#21

11 1 0
                                    

 Kontrakan pagar biru, pukul sebelas siang. Hari ini, tepat dua bulan setelah ayah berkunjung kembali ke desa tempat KKNnya dulu, ayah baru saja terbangun dari tidurnya. Di atas mesin pemutar piringan hitam tergeletak sebuah undangan pernikahan. Di dalam undangan tersebut tertulis nama Suryo dan Dewi. Dewi? Benar sekali terkaan ayah dulu. Saat ibu Suryo memanggil calon menantunya itu 'Wi', ayah menebak kekasih Suryo bernama Dewi. Ternyata memang benar. Lokasinya di Solo, di salah satu gedung yang tak jauh dari rumah Suryo. Ayah sangat senang mendapat undangan ini. Dengan adanya undangan ini, artinya ia bisa kembali berkumpul bersama teman-teman vespaannya dulu. Namun, ayah terkesiap saat melihat hari dan tanggal pernikahan Suryo itu. Rupanya tanggalnya bertepatan dengan hari ulang tahun kekasihnya, yang mana tubin dari hari ini. Ayah bimbang. Tak mungkin ayah pergi ke resepsi pernikahan Suryo saat kekasihnya berulang tahun. Dan, kekasihnya pun pasti sudah menyiapkan acara untuk merayakan hari ulang tahunnya. Tapi, alangkah baiknya jika semua ini dibicarakan bersama kekasihnya saja. Pikir ayah.

  Tiga puluh menit kemudian, kekasih ayah itu tiba di kontrakan. Seperti biasa, membawa makanan, masakannya.

"Kamu udah bangun?" Nur bersila di karpet kamar ayah, menyiapkan apa yang sudah dibawanya. "Eh, Yang, ada yang mau aku omongin."

"Udah, Sayang. Soal ulang tahunmu yang empat hari lagi?"

"Iya. Kok kamu tahu?" Nur nyengir. "Jadi, rencananya aku mau adain pesta kecil-kecilan gitu, Yang. Dan, kebetulan ada temenku, DJ, mau ngisi acara itu."

"Oh, pestanya DJ?" Ayah tertegun.

"Iya. Pasti seru ya?"

"Oh, iya. Seru itu mah." Jawab ayah. Semu.

  Ayah memang tak pernah menilai suatu karya itu buruk. Apa pun itu. Apalagi soal musik yang menjadi jiwanya. Namun, kembali lagi, ayah sangat idealis. Jika ia sudah tak suka, selamanya tak suka. Ayah tak pernah suka dengan alunan musik seperti ini, begitupun dengan apa pun acara yang berkaitan dengan musik ini. Ayah tak bisa menikmatinya. Acara seperti ini pasti identik dengan glamouritas dan hura-hura. Ayah merasa bahwa dirinya tak bisa berada di tengah-tengah acara seperti itu. Di sana bukan tempat ayah. Akhirnya, dengan kondisi yang seperti ini, ayah semakin bingung dibuatnya. Belum lagi, dengan undangan resepsi pernikahan Suryo yang bertepatan dengan pesta ulang tahun tersebut. Ayah termenung cukup lama, bahkan sampai saat ia tengah menyantap makanan yang dibawa oleh kekasihnya.

  Tak mendapat keputusan apa pun sampai kegiatan makannya itu selesai, ayah menyalakan sebatang rokok. Kekasihnya sibuk mengirim undangan pesta melalui ponsel kepada teman-temannya. Andai saja ayah masih memakai barang terlarangnya, pasti ia akan lebih cepat mengambil keputusan. Pikir ayah.

  Ayah terus termenung selama berjam-jam. Piringan hitam telah dinyalakannya. Telah memutar setidaknya sebelas lagu. Ayah masih belum bisa menentukan keputusan. Menurutnya ini keputusan yang sangat sulit. Kekasih ayah, ia adalah orang yang paling dekat dan sangat perhatian kepadanya. Orang yang selalu mengurus dan merawatnya ini akan berulang tahun, mana mungkin ayah tak hadir di acara ulang tahun itu? Namun, beribu sayang, acaranya sangat bertolak belakang dengan jiwa ayah. Ayah tak bisa. Walau dipaksa, tetap tak bisa. Ia sangat idealis dan keras kepala. Dan, dengan jika ayah memberi saran untuk mengganti acaranya, khawatir Nur akan kecewa kepada ayah. Itu adalah hari yang sangat spesial baginya. Mungkin sudah dari jauh-jauh hari juga Nur merencanakan semuanya. Lagi pula undangan pun sudah terlanjur disebarnya bukan? Ayah semakin bimbang. Ia tak ingin merusak hari spesial kekasihnya ini. Akhirnya rencana awal ayah yang akan membicarakan soal undangan pernikahan Suryo kepada kekasihnya itu pun urung. Ayah lebih memilih untuk menyembunyikan undangan tersebut dari kekasihnya.

  Hari-hari terus berlalu. Esok, lusa, tulat, telah ayah lalui sedari hari itu. Semuanya nihil, ayah masih belum bisa mengambil keputusan apa pun. Malam hari, sehari sebelum acara ulang tahun Nur, ayah mendapat pesan masuk di ponselnya yang mana dari Beno.

ELEANOR IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang