Ketika Rindu Bersenandung

2.8K 209 0
                                    

"Zahra disini asrama mu, oh iya apa Shofi sudah kembali teh?".

Tanya Aisyah kepada salah seorang santri yang sering dipanggilnya dengan sebutan teteh Fanya.

Seorang kepala asrama sekaligus santri abdi yang mengabdikan dirinya pada kesehatan pesantren dan perizinan, tak jarang banyak santri yang mengincarnya ketika mereka ingin berobat atau pulang kampung.

Membawa buku kecil dan pena untuk mendapatkan tanda tangannya, sebelum meminta izin menghadap pemangku .

"Belum neng". Jawab teteh Fanya.

"Oh iya perkenalkan ini Zahra putri kiai Arsyad, sekarang dia akan tinggal disini bersama kalian". Aisyah memperkenalkan Zahra yang masih malu malu.

Zahra tersenyum menatap sekelilingnya, asrama yang lumayan besar dan hanya menampung sekitar 20 santri di dalamnya.

Koper koper tersusun rapi diatas loker loker kecil yang menyimpan buku dan pakaian. Suasana yang fantastis membuat Zahra sejenak terkagum, dia juga mengamati segerombolan santri yang sedang menyantap makanan di pojok.

"Eh neng Zahra, suatu kehormatan bagi saya bisa satu asrama dengan neng Zahra".

"Eh teteh, gak usah terlalu formal begitu, saya juga bahagia bisa bertemu teteh".

Ucap Zahra merasa tidak nyaman atas perlakuan teteh Fanya yang terlalu formal baginya.

"Ya sudah aku tinggal dulu ya, assalamualaikum".

"Waalaikumsalam".

Aisyah pamit meninggalkan Zahra, membiarkan gadis itu berbaur dengan lingkungan barunya.

"Eh neng Zahra, sini teteh bantu berbenah".

"Gak usah repot-repot teh".

"Gak papa, sini kopernya".

"Terimakasih ya teh".

"Gak usah berterima kasih, neng yang kerasan ya disini, saya teh orang nya memang cerewet tapi saya itu kebalikan rumus matematika, kalo rumus matematika susah dihafal mudah dilupakan kalo saya teh mudah dihafal susah dilupakan".

"Teteh bisa aja". Zahra tersenyum melihat tingkah teteh Fanya yang mudah akrab.

"Saya mah gitu orangnya, neng Zahra kalo mau ke toilet tinggal lurus aja dari sini terus belok kiri, disana toiletnya".

"Ah iya teh".

Teman pertama yang dimiliki Zahra. Dia pikir teman asramanya akan bertolak belakang dengan dirinya, namun ternyata tidak, pertama kali bertemu teteh Fanya serasa lebih baik meski dia harus belajar beradaptasi dengan lingkungan baru.

💕💕

Malam dengan gelapnya menyelimuti ruang dan waktu. Keheningan senantiasa berjelaga dalam jiwa yang masih dibasuh embun kerinduan.

Dalam benak, dia seakan melihat nenek begitu dekat. Lalu semua bayangan itu hilang kala dirinya menyadari bahwa hidup telah membawanya pergi jauh dari nenek.

Ia mencoba membendung rindu yang menimpa hatinya, bukan perihal mudah bagi Zahra.

Sudah bertahun tahun dia belum juga bertemu nenek.

"Neng Zahra, teteh pergi dulu ya".

"Kemana teh?".

"Pengajian sama kiai Azhrof, neng disini sendiri berani kan? Atau neng bisa bermain ke asrama sebelah dulu kalo takut".

Dear SantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang