Nathan masih setia memandangi huruf huruf Hijaiyah di hadapannya. Dia membaca dengan hati hati hingga semakin hari semakin sempurna dia mengaji.
Alhamdulillah. Allah telah menyadarkannya dari kesesatan, menuntunnya menuju pribadi yang lebih baik lagi.
Nathan menyudahi mengaji, dia melihat Ali yang tengah duduk termenung disana. Membiarkan sinar mentari pagi menerpa wajah tampannya.
Cowok itu tampak murung sepertinya ada sesuatu yang menghantui pikirannya.
"Mas Ali, masih pagi udah melamun aja". Nathan bergerak merenggangkan otot otot nya yang kaku.
Ali kaget. Langsung membalikkan badannya dengan cepat lalu memandang Nathan yang sudah duduk disampingnya.
"Sudah mengaji?, Sana mandi nanti telat".
"Kamu kenapa?".
"Nggak kenapa napa".
"Apa yang kamu pikirkan?". Nathan menangkap rona kegalauan di wajah Ali.
Ali masih diam. Nathan memandangnya dalam dalam, Ali menunduk seakan tak ingin Nathan tau tentang masalahnya.
"Mungkin mas belum mau cerita sama aku. Tapi aku minta kuatkan jiwamu. Biarkan jiwamu menjalani semua ini dengan ikhlas".
"Iya Nath terimakasih". Senyum Ali sekejap.
Kemudian Nathan teringat sesuatu, ya sesuatu yang bodoh yang pernah dilakukannya sebelum memeluk Islam. Dia menatap Ali dan ragu ragu memanggilnya.
"Mas . . .".
"Ya, kenapa??".
"Apakah aku bisa dapatin ampunan darinya?".
"Kenapa nanya seperti itu?".
"Jawab, mas".
"Cinta Allah lebih besar dari apapun di dunia ini. Dia pun maha penyayang lagi maha pengampun".
"Walaupun dosa mencuri?".
"Astagfirullah. . .".
"Aku takut mas. Bingung. Aku merasa nggak akan ada ampunan untuk seorang pencuri sepertiku". Nathan menghembuskan nafas sebelum melanjutkan perkataannya.
"Aku memang tak pantas untuk neng Aisyah, seberapapun usahaku untuk menjadi yang terbaik tetap saja mas. Aku dan neng Aisyah bagaikan air dan minyak, tidak akan pernah bersatu".
Ali terdiam. Dia bisa menduga apa yang melanda hati Nathan. Dia mencoba berbicara kepada Nathan dengan bahasa seorang sahabat.
"Allah maha pengampun Nath, yang penting kita bersungguh sungguh dalam bertaubat. Jika seandainya neng Aisyah bukan jodohmu, pasti Allah akan memberikanmu jodoh yang terbaik".
"Ya udah mas, aku mandi dulu".
"Iya silahkan, jangan lama lama nanti terlambat lagi".
Nathan mengacungkan jempolnya pada Ali. Dia berlalu dan mengambil peralatan mandi di asrama.
Langkahnya yang santai dia seret menuju kamar mandi sambil memikirkan percakapannya tadi bersama Ali.
Tok tok tok.
"Siapa didalam?". Tanya Nathan mengetuk salah satu pintu kamar mandi.
"Noufal".
"Ada yang ganti gak?".
Tidak ada jawaban, yang ada hanya suara gemericik air.
"Gak ada mas".
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Santri
Non-FictionKetika debaran cinta semakin besar lantas pada siapakah perahuku akan berlabuh? Ya Allah jodohkanlah aku dengan kekasih pilihanmu