"Nak, bukalah cadarmu dihadapan calon suami mu".
Perlahan Aisyah membuka cadarnya, membiarkan Nathan menatap wajahnya yang cantik dengan pipi yang bersemu merah.
"Subhanallah, terimakasih ya Allah". Ucapan syukur selalu Nathan lontarkan.
Aisyah memalingkan wajah dan memasang kembali cadarnya tatkala dia mendengarkan suara langkah kaki mendekat.
Ya siapa lagi jika bukan Raihan, cowok itu berjalan sambil merangkul Ali, menyunggingkan seulas senyum bagi Nathan yang telah merindukannya.
"Mas Ali, akhirnya kau kembali".
"Iya Nathan". Ucap Ali yang ikut bahagia.
"Ada apa ini? Sepertinya ada berita menyenangkan yang baru saja terlewat olehku". Ucap Raihan ketika menyadari wajah semua orang di ruangan itu berseri seri.
"Abi akan menikahkan adikmu dan Nathan".
Ali dan Raihan ikut senang, Raihan mengepalkan tangan meninju sedikit lengan Nathan.
"Ah akhirnya kau berhasil bro".
"Iya calon kakak ipar". Ucap Nathan dengan senyum yang mengembang.
Raihan menghentikan bercandaannya ketika melihat Zahra dan Ali saling bertukar pandang.
Deg.
Sebenarnya dia masih mencintai Zahra, tapi apalah nilai cinta yang dimilikinya jika hanya bertepuk sebelah tangan.
"Abi, bisakah Abi meridhoi satu santri Abi lagi?". Ucap Raihan memohon pada kiai Azhrof.
"Apa yang harus ku ridhoi?".
"Abi, aku melihat kehadiran cinta diantara santri mu, dan akupun tertarik untuk mendukungnya". Sejenak Raihan menghela nafas "Jadikanlah Ali sebagai imam Zahra".
"Tapi Raihan aku_".
"Sudah cukup Ali, bukankah kau juga mencintai Zahra? Jangan kau korbankan perasaan mu lagi untuk kebahagiaan sahabatmu, aku sudah bahagia mempunyai sahabat sepertimu". Ucap Raihan kepada Ali.
Aisyah ikut bahagia mendengarnya "lagipula Zahra sudah mengetahui bahwa kau yang menulis surat misterius untuknya".
Ali terdiam sambil menggigit bibir bawahnya, mengingat tingkah laku konyolnya yang menulis surat kaleng kepada Zahra.
"Sebenarnya Zahra juga mencintaimu".
Zahra mencubit lengan Aisyah mendengar penuturannya, dia sedikit tersenyum malu malu dan ingin menyembunyikan wajahnya sekarang juga.
Kiai Azhrof tersenyum, sepertinya dia harus merelakan Zahra bersanding dengan Ali. Beliau juga memperhatikan Raihan. Pasti tidak mudah bagi Raihan untuk melepaskan Zahra. Raihan tersenyum seperti telah menegarkan hati yang baru saja hancur, dia mengangguk berharap kiai Azhrof segera meridhoi santri santrinya.
"Apa kau baik baik saja nak?". Tanyanya kepada Raihan.
"Iya Abi, aku permisi untuk menemui calon makmum ku".
Raihan berlalu dari hadapan kiai Azhrof. Cowok itu berlari mencari Shofi hingga dia berhasil menemukan Shofi di masjid.
"Assalamualaikum calon makmum".
"Waalaikumsalam". Jawab Shofi. Dia masih bingung dengan maksud perkataan Raihan yang memanggilnya calon makmum.
"Iya calon makmu, kau calon makmum ku".
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Santri
Non-FictionKetika debaran cinta semakin besar lantas pada siapakah perahuku akan berlabuh? Ya Allah jodohkanlah aku dengan kekasih pilihanmu