Catatan Santri

2K 253 0
                                    

"Zahra, udah hampir asar. Kamu balik aja ke asrama".

Ucap Raihan kepada Zahra yang sedari tadi menemaninya.

"Gak apa apa nih aku tinggal?".

"Iya, disini juga udah ada Ali".

"Iya Zahra, sebaiknya kamu kembali saja ke asrama, takutnya para santri yang lain berpikiran buruk tentangmu, kau sudah lama disini". Ucap Ali menjelaskan.

Iya sih. Sudah beberapa jam yang lalu dia menemani Raihan.

"Aku balik dulu. . . Assalamualaikum".

"Waalaikumsalam".

Salam Zahra dijawab lembut dengan Ali dan Raihan. Gadis itu melangkah dan menutup kembali pintu ruangan dengan pelan.

Tiba tiba saja suasana menjadi sunyi.

"Al".

Raihan angkat bicara memecahkan kesunyian yang menyelubungi.

Ali menoleh "ya, apa kau ingin sesuatu?".

"Aku hanya ingin bertanya satu hal kepadamu".

Deg. Suasana tiba tiba saja menjadi sangat mencekam. Ali membenarkan posisi duduknya mendekat kearah Raihan.

"Silahkan". Suara Ali lirih.

"Apa kau menyukai Zahra?".

Pertanyaan yang sangat menjurus itu membuat Ali sejenak terdiam. Dia bingung harus menjawab apa.

"Tidak".

Ucapnya singkat. Mungkin untuk saat ini berbohong adalah yang terbaik.

"Syukurlah kalau begitu, karena aku sangat menyukai Zahra".

Ali memalingkan tatapannya sebentar. Dia tidak ingin membahas jauh pada topik yang sangat tidak menyenangkan baginya.

"Raihan, apa kau tidak ingin memakan sesuatu?".

"Ah iya aku sampai lupa untuk makan".

"Aku akan pergi ke kantin, kau ingin makan apa?".

"Apa ya. . .".Raihan mengetuk dagunya  "Bisakah kau membelikanku roti kacang hijau hangat?".

"Baiklah, aku akan segera kembali". Ali berlalu dari hadapan Raihan.

Hatinya sangat kacau. Bagaimana bisa dia berbohong kepada Raihan. Sahabat yang selama ini tidak pernah dibohonginya.

"Eh mas Ali".

Ali tetap jalan tanpa menghiraukan orang yang memanggilnya.

Merasa tidak ada respon dari Ali. Nathan memanggilnya sekali lagi.

"Mas Ali".

Tetap saja Ali tidak menghiraukannya. Dia terus berjalan dengan raut wajah murung.

"Wooi". Nathan menghampiri Ali dan berteriak didekat telinga Ali sambil menepuk pundaknya.

"Astagfirullahaladzim, Nath. Sopan dikit iso kan? Haduh jantungku  mau copot".

Suara teriakan Nathan yang membahana di telinganya membuat Ali mengelus dada karena terkejut.

"Ya mas Ali juga dari tadi di panggil gak dengar dengar".

"Haduh maaf ya".

"Kenapa sih mas? Kok murung? Apa jangan jangan terjadi hal serius pada Gus Raihan?".

Dear SantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang