Di Lain Waktu

1.5K 188 1
                                    

Allah menguji seorang hamba bukan berarti membencinya tapi Allah menyayanginya agar hamba itu semakin bertaqwa kepada Allah.

💕💕

Zahra memandangi bayangannya di cermin, tatapannya melihat seorang gadis cantik yang berbalut kain pengantin dengan tumpukan bunga melati yang menghiasi kerudungnya.

"Siapa gadis ini? Bahkan dia tidak pantas menggenakan baju pengantin". Ucap Zahra dalam hatinya.

"Tidak Zahra, ini adalah kamu dan ini yang terbaik untuk mu". Kedua dimensi dalam hatinya memberontak hingga membuat Zahra menggigit bibir bawahnya karena frustasi.

Tidak seperti pengantin pada umumnya, kebahagiaan seakan sirna, yang ada hanyalah air mata yang selalu menetes.

Kreek. . .

Shofi memasuki ruangan Zahra dengan senyuman diwajahnya, dia melihat Zahra yang masih berdiam diri didepan cermin.

"Zahra kau menangis?, Kau harusnya bahagia, tersenyumlah".

"Cukup Shofi, jangan paksakan dirimu untuk tersenyum karena ini tidak akan berhasil mengukir senyum di wajahmu". Perlahan Zahra menggenggam tangan Shofi.

"Aku tau betapa sakitnya hatimu dengan pernikahan ini, memang mencintai sangat mudah tetapi melupakan itu sulit. Shofi. Aku masih canggung berbahagia diatas pernikahan ini".

"Zahra, kau tenang saja. Allah maha membolak balikkan hati, perlahan lahan kau pasti akan mencintai Raihan, la tahzan ya Zahra".

Jati Shofi bergerak mengusap sisa air mata di pipi Zahra.

Tidak lama kemudian Khodija masuk "putri umi sudah cantik". Sejenak perempuan itu tersenyum kepada Zahra "ayo nak yang lain sudah menunggu".

Dikamar Raihan. Raihan masih berputar putar menilai dirinya, dia masih tidak puas dengan penilaiannya di cermin hadapannya.

Brak. . .

Suara pintu yang dihempaskan kasar itu menyita perhatian Raihan.

"Hey, bukan kah Abi mengajarimu sopan santun?". Ucap Raihan dengan tenang.

Tanpa sedikitpun dia menoleh menyambut kehadiran Aisyah.

"Kak, maaf tapi kakak yang membuat ku begini".

"Aku? Mengapa kau menjadikan ku sebagai alasan ketidak sopanan mu?".

Aisyah mulai kesal ketika perhatian Raihan tidak tertuju padanya. Lelaki itu sibuk merapikan jasnya.

"Kak aku mohon batalkan pernikahan ini".

"Mengapa begitu? Bukankah ini kesepakatan dua keluarga?".

"Sadarkah kakak, jika pernikahan ini terjadi akan banyak hati yang tersakiti".

"Itu tidak akan terjadi Aisyah, karena Shofi telah merelakan aku menjadi milik Zahra, jadi tenang saja persahabatan kalian pasti akan baik baik saja". Raihan tersenyum penuh kemenangan.

"Kak aku mohon, bukankah kakak yang mengajariku supaya kita tidak egois? Tapi mengapa kakak sekarang egois?. Aku tau Zahra mencintai Ali mereka berdua saling mencintai, apakah kakak tega merusak kebahagiaan mereka?".

"Seberapapun usahamu membujukku, aku tidak akan membatalkan pernikahan ini". Raihan berlalu sambil membanting pintu keras keras.

Suasana pendopo dihias secantik mungkin. Bunga bunga berwarna warni berbaris rapi, diujung sana Raihan dan keluarga besarnya menunggu Zahra.

Dear SantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang