Zahra berjalan menuju rumah sakit pesantren bersama Shofi dan Aisyah.
Langkahnya yang sedikit berlari menuntunnya menuju ruang IGD. Dia mengintip di kaca pintu ruang IGD.
Para perawat dan dokter sedang sibuk disana namun Zahra tidak menemukan Raihan.
"Gimana?". Tanya Shofi dengan raut wajah cemas.
"Raihan udah gak ada di IGD".
Mereka lanjut melangkah menuju loket dan bertemu teteh Fanya disana.
Kebetulan hari ini adalah piket teteh Fanya menjaga loket.
"Teteh. . .". Jawab Zahra dengan nafas yang masih terengah.
"Iya neng, kok neng disini?".
"Ada Raihan gak teh?".
"Gus Raihan baru saja di bawa ke ruang Sunan Drajat nomer 9".
"Oh terimakasih teh".
Zahra lanjut berlari. Menaiki anak tangga dengan cepat dan hati hati.
Shofi dan Aisyah berada pas dibelakangnya.
Matanya melirik membaca setiap koridor dengan nama tokoh wali songo Indonesia.
Hingga sampai di ruang paling ujung mereka menemukannya. Zahra langsung membuka pintu ruangan itu dengan salam
"Assalamualaikum". Ucapnya dengan nafas yang masih terengah.
"Waalaikumsalam". Salam Zahra dijawab oleh kiai Azhrof dan Ali.
Aisyah dan Shofi menuntun Zahra yang masih ragu melangkah, mereka tau perasaan Zahra saat ini yang merasa bersalah teramat luar biasa.
"Abi, bagaimana keadaan kak Raihan?". Tanya Aisyah.
"Alhamdulillah lukanya tidak terlalu parah, dia hanya membutuhkan jahitan sedikit di kepalanya".
"Alhamdulillah". Suara syukur yang lirih terucap dari bibir ketiga gadis itu.
"Maafkan saya kiai, gara gara saya Raihan jadi terluka". Zahra menunduk. Tidak berani menatap wajah kiai Azhrof.
Kiai Azhrof hanya tersenyum dan berusaha menenangkan Zahra.
"Zahra, janganlah sering menyalahkan diri sendiri, ini bukan sepenuhnya salahmu, tapi ini adalah takdir yang diberikan oleh Allah untuk Raihan".
"Tapi kiai. . .".
"Sudahlah jangan dibahas lagi, sebaiknya kita berdoa saja untuk kesembuhan Raihan".
Suara yang lembut dan penuh wibawa itu menenangkan hati Zahra.
"Jika kiai mengizinkan bolehkah saya disini sebentar menemani Raihan?".
"Tentu saja boleh, ya sudah sebaiknya kita semua kembali ke pondok, biar Ali yang menjaganya".
"Terimakasih kiai".
"Saya pergi dulu, assalamualaikum".
"Waalaikumsalam warohmatullahi wabarakatuh".
Kiai Azhrof pergi diikuti dengan Shofi dan Aisyah.
Dalam hati Shofi ada ketidak tenangan, ada rasa cemburu ketika Zahra meminta untuk menemani Raihan.
"Astagfirullah, mengapa aku cemburu". Ucapnya dalam hati.
"Zahra, aku ke toilet dulu ya". Ucap Ali.
"Ya".
Ali keluar dari ruangan Raihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Santri
Non-FictionKetika debaran cinta semakin besar lantas pada siapakah perahuku akan berlabuh? Ya Allah jodohkanlah aku dengan kekasih pilihanmu