Zahra masih duduk disamping Aisyah matanya yang indah menerawang jauh memandang para santri dengan aktifitas paginya. Dia tersenyum mengingat raut wajah Ali yang terbayang di benaknya.
"Zahra aku mau bertanya sesuatu".
"Ya Aisyah katakan saja aku siap mendengarnya".
"Jika kau seorang raja dan aku pengawalmu apakah kau akan memandang ku rendah?".
"Apa maksudmu? Mengapa kau bertanya seperti itu?". Zahra masih mengernyitkan keningnya mencoba memahami ucapan Aisyah.
"Jawab saja apakah kau akan memandang ku rendah?".
"Aisyah, jika aku raja janganlah kau berada di belakangku karena aku tidak akan memimpin begitu juga sebaliknya, jika kau menjadi raja aku tidak akan berada di belakangmu karena aku tidak akan mengikuti mu, beradalah di samping ku dan jadilah sahabatku siapapun kamu dan seberapa sukses dirimu, ingatlah sahabat yang selalu ada untukmu".
Aisyah menunduk mendengar nya.
"Mengapa kau bertanya seperti itu?".
"Tidak, aku hanya takut menjalin persahabatan, aku takut kejadian itu terulang kembali, menjalin persahabatan dan mengalami perpisahan yang menyedihkan".
Cairan bening menetes dari mata cantik Aisyah.
"Ya perpisahan itu sangat menyakitkan, tapi begitulah hidup dimana ada pertemuan pasti ada perpisahan dan Allah tau cara menghibur yang tepat, jika kau mau jadilah sahabatku".
"Kau sangat baik Zahra, terimakasih".
Dari kejauhan teteh Fanya berlari dia menghampiri Zahra dan Aisyah dengan cepat dia menyambar tangan Zahra dan menariknya.
Entah apa yang terjadi Aisyah hanya bisa tersenyum memandang mereka berdua yang semakin jauh meninggalkannya.
"Assalamualaikum ya ukhti".
Aisyah menoleh melihat Nathan yang mengucapkan salam kepadanya.
"Waalaikumsalam, kak Nathan ada apa?".
"Ini neng saya hanya mau mengembalikan ini, tadi terletak di teras masjid".
Nathan merogoh saku kemejanya dan mengeluarkan tasbih kayu milik Aisyah, dengan wajah cerianya dia menyodorkan tasbih itu kepada Aisyah.
"Oh iya terimakasih ya". Ucap Aisyah malu malu.
Untunglah Aisyah menggunakan cadar jadi dia bisa menyembunyikan wajah merahnya di balik cadar.
"Neng, boleh bertanya sesuatu gak?".
"B. . Boleh". Ucapnya singkat.
"Neng udah punya pacar belum?".
Dengan sedikit ragu dia bertanya memastikan gadis incarannya ini tidak mempunyai pacar.
"Udah".
Kata kata itu bagaikan petir yang menyambar Nathan.
"Terus mana sekarang pacarnya?".
"Lagi LDR-an".
"Kasihan ya, terus cara komunikasi nya bagaimana?".
"Lewat doa di sepertiga malam kak".
Rasa cemburu menyelubungi hati Nathan, dia terus bertanya tentang kekasih Aisyah.
"Oh, neng udah pernah ketemu?".
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Santri
Non-FictionKetika debaran cinta semakin besar lantas pada siapakah perahuku akan berlabuh? Ya Allah jodohkanlah aku dengan kekasih pilihanmu