Subuh hari yang terasa dingin, menyisahkan kantuk yang masih merajalela. Nathan bangkit ketika mendengar suara bel asrama disamping tempat tidurnya.
Sekilas dia melirik kearah tempat tidur Ali. Sudah hampir satu bulan tempat tidur itu kosong.
Sosok Ali ternyata sangat berarti bagi Nathan, biasanya Ali yang membangunkannya disaat dia tertidur, sekarang hanyalah bel listrik yang mampu memecahkan mimpinya.
Serasa ini seperti pertama kalinya dia menginjak pesantren Al Ahzaf. Merasa sepi ditengah tengah keramaian santri.
Nathan berbaris dengan malasnya di belakang santri yang lain, menunggu giliran untuk berwudhuk.
Beberapa menit kemudian dia sampai di depan kran. Dia menengadahkan tangannya menangkup air dan membasuhnya pada wajah yang mengantuk.
Cowok itu menyeret langkah ke masjid. Sejenak dia mengintip pada shof putri mencari wanita penyemangat nya disana, dan benar saja Aisyah ada disana duduk bersama Shofi tanpa kehadiran Zahra.
Aisyah menoleh melihat kearah jendela. Mata mereka bertemu. Senyuman Nathan yang lugu menghiasi wajahnya. Oh inikah cinta.
"Nak".
Nathan berbalik ketika merasakan tepukan di pundaknya.
"Ehehe kiai, maafkan saya kiai". Nathan menundukkan kepalanya tidak berani menatap kiai Azhrof.
Tatapan mata kiai Azhrof menatap kedalam masjid. Melihat Aisyah yang dengan cepat memalingkan wajah dari jendela.
"Kau begitu semangat melihat Aisyah".
"Maafkan saya kiai".
"Ya sudah, ayo masuk". Kiai Azhrof menepuk kembali pundak Nathan.
Serasa ruh keluar dari dalam tubuh, lelaki itu masih berdiri mematung dengan badan yang gemetaran. Sesaat kemudian dia mulai melangkahkan kaki ketika sebuah tangan melingkar di lehernya.
Raihan. Dia datang merangkul Nathan masuk.
Sehabis sholat subuh kiai Azhrof memimpin doa dan wirid. Jauh dibelakang para santri diam diam tertidur, menyandarkan kepalanya pada pundak teman atau tiang masjid, ada pula yang membaca doa dengan khusuk.
Nathan terdiam sambil mengikuti alunan doa, biasanya dia juga tertidur seperti mereka tapi entah mengapa dia ingin sekali berdoa, berharap Ali segera hadir di pesantren Al Ahzaf.
Ketika menjelang pagi dia kembali ke asrama. Menyambung mimpi yang tadi sempat terputus. Kebetulan hari ini hari Jum'at. Jadi kegiatan pesantren tidak terlalu padat.
Cowok itu tertidur hingga bel asrama kembali berdering.
"Woi piket woi ayo bangun".
Suara teriakan keras bak toa itu memekakkan telinga Nathan. Siapa lagi dalang dibalik semuanya selain wakil ketua asrama yang menegakkan piket di pagi hari.
Ah jika dipikir lagi dia lebih suka dibangunkan Ali yang lemah lembut daripada wakil ketua yang bersuara cempreng khas toa.
Nathan menarik tubuhnya malas. Melihat para santri di asrama mulai sibuk bersih bersih.
"Eh kamu buang sampah aja ya sama Dito". Ucap salah satu santri menghampiri Nathan.
"Ah iya deh serah apa kata lu". Ucap Nathan sambil menguap.
"Nath ayok Nath, sampahnya penuh nih".
"Iya iya bentar". Nathan berjalan malas kearah Dito.
Dia mengangkat tong sampah yang besar itu disamping kanan. Mereka berdua jalan menuju pembuangan sampah namun tiba tiba saja di perjalan Nathan melihat Aisyah melintas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Santri
Non-FictionKetika debaran cinta semakin besar lantas pada siapakah perahuku akan berlabuh? Ya Allah jodohkanlah aku dengan kekasih pilihanmu