Butiran hujan masih terasa dengan hembusan angin yang menebarkan aroma tanah. Dingin.
Zahra berdiri di teras asrama, tangannya menengadah merasakan butiran hujan yang hanya sebesar biji zarrah.
Pikirannya masih terus memikirkan pengirim surat itu, siapa kah dia? Mengapa dia membuat Zahra bingung.
"Neng Zahra, ngapain disini, Ayuk masuk nanti masuk angin loh". Teteh Fanya menghampiri Zahra dan berdiri disampingnya.
"Eh teteh, gak papa teh, Zahra disini aja".
"Teh, boleh tanya sesuatu gak?".
"Mau tanya apa neng?". Tanya teteh Fanya dengan dahi yang berkerut.
"Itu teh, teteh dapat dari mana surat itu?".
"Oh itu teteh dapat dari Nathan, kenapa neng?".
"Eh nggak apa apa teh".
"Ya udah teteh masuk dulu ya, neng jangan lama lama diluar nanti masuk angin".
"Iya teh". Jawab Zahra sambil tersenyum.
Nathan?. Mungkin Nathan mengetahui pengirim surat itu.
Zahra mulai melangkah kan kaki bolak balik teras asrama sambil berfikir.
" Apa mungkin, Nathan yang . . . Oh tidak tidak. . . Zahra mikirin apa sih. . .". Zahra refleks mengusap kedua pipinya.
"Assalamualaikum".
"Eh Ali". Pipi Zahra berubah menjadi merah, entah sejak kapan Ali disitu melihat kekonyolan Zahra yang bolak balik teras asrama.
"Ya Allah salah apa hamba hingga salam hamba tidak dijawab. Assalamualaikum neng Zahra".
Sekali lagi Ali mengucapkan salam membuat Zahra semakin salah tingkah dibuatnya.
"Waalaikumsalam". Ucap Zahra lirih.
"Ada apa sih neng? Sampai neng tidak menjawab salam Ali".
"Maaf Ali, Zahra sibuk memikirkan surat".
Ali mengalihkan pembicaraan tidak ingin ikut campur masalah Zahra.
"Ah iya neng, Ali kesini mau pinjam kitab ihya Ulumuddin".
"Oh iya bentar ya". Zahra memasuki asrama dan mencari kitab yang dimaksud Ali.
Beberapa menit kemudian dia kembali membawa kitab ditangannya, diluar asrama tidak hanya Ali tetapi juga ada Shofi dan Aisyah disana.
"Shofi, Aisyah ada apa malam malam disini?". Tanya Zahra.
"Zahra sibuk gak?, Kita ingin mengajak Zahra ke caffe depan". Tanya Shofi.
"Nggak juga sih".
Aisyah dan Ali dibuat bingung dengan percakapan Zahra dan Shofi yang sepertinya sudah lama akrab.
"Kalian saling mengenal?".Tanya Aisyah
"Sejak kapan kalian bertemu?". Lanjut Ali.
"Ah iya kita sudah teman sejak lama, dan kita sempat berpisah sekitar 12 tahun yang lalu, aku tidak menyangka bakal bertemu di tempat ini". Ucap Zahra menjelaskan.
"Wah kalian temenan ternyata".
Zahra hanya mengangguk mendengar ucapan Ali.
"Shofi, apakah dia sahabat yang selalu kau ceritakan?". Tanya Aisyah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Santri
Non-FictionKetika debaran cinta semakin besar lantas pada siapakah perahuku akan berlabuh? Ya Allah jodohkanlah aku dengan kekasih pilihanmu