From: Nuy
23:11"Selamat berbulan madu papaaah, jangan lupa buatin debay yaa. Biar dedek punya temen"
"SIAL!" Junhoe membelalakkan matanya ke arah layar handphonenya. Siapa yang tidak kaget melihat isi pesan yang barusan dia baca? Junhoe benar-benar seperti orang yang terserang penyakit jantung.
Dia melirik Jinhwan disebelahnya, memastikan istrinya masih terlelap atau tidak. Tapi sepertinya Jinhwan tidak mendengar umpatan yang barusaja Junhoe ucapkan.
Dengan hati-hati dan pelan-pelan, Junhoe bergerak dari kasurnya, berjalan perlahan menuju pintu keluar, tak luput handphonenya dia genggam menuju balkon halaman belakang hotelnya.
Junhoe berjalan hati-hati, sesekali menoleh ke arah Jinhwan, tapi Jinhwan sepertinya tidak merasakan Suaminya yang tengah diam-diam pergi ke halaman belakang.
Ngapain?
Dipastikan aman, dengan cepat Junhoe memencet tombol "Call". Kakinya tak berhenti bergerak, layaknya orang was-was pada umumnya.
"Angkat Yun angkat" mohonnya, tapi apa daya, Orang yang ditelponnya tidak mengangkat panggilannya.
"Yun jebal angkat" ucapnya lagi, Junhoe kembali menelpon Yunhyeong. Tapi hasilnya sama saja.
Junhoe tak mau menyerah, dia tidak peduli, bahkan dia akan terus menelpon Yunhyeong hingga matahari pun muncul.
"Plis angkat Yun" mohonnya lagi.
Disisi lain~
"Hikss jahat" Yunhyeong tidak bisa tidur, dia mungkin kelelahan seharian beraktifitas, tapi hatinya juga tidak bisa dibodohi. Yunhyeong merasa bodoh karena mau saja dibohongi Junhoe.
Yunhyeong mengingat kembali saat Junhoe menghampirinya di ruang BK. Bagaimana Junhoe dengan yakin meminta izin untuk ke Jepang karena kerjaan dan betapa bodohnya Yunhyeong dengan mudah mempercayainya.
Jujur setelah mengirim pesan terakhirnya untuk Junhoe, Yunhyeong tidak berhenti menangis di kamar barunya, sendirian. Perutnya selalu ia Elus. Yunhyeong menyesal, seharusnya dia tidak boleh berharap banyak kepada Junhoe.
"Bagaimana kalau papamu disana benar-benar membuatkan adik buat kamu sayang?" Tanyanya kepada bayinya yang masih di perutnya.
"Tapi mama sebel banget sama papamu. Dia bohongin kita sayang" Yunhyeong masih dalam keadaan menangis.
Bahkan sekarang jam 3 pagi , Yunhyeong masih bergelut dalam pikirannya.
Junhoe daritadi menelponnya, tapi Yunhyeong enggan mengangkatnya. Untuk apa? Tidak ada yang perlu dijelaskan. Yang ada malah semakin membuatnya sakit hati.
"Mama kuat sayang! Mama gak boleh angkat telepon papa" teriaknya sambil meletakkan handphonenya kebawah kolong ranjangnya.
Kenapa tak sekalian blokir saja nomornya Yun? Kenapa cuma didiamkan? Hmmm
Junhoe masih usaha untuk menelpon Yunhyeong, bahkan sudah 1 jam Junhoe diluar.
"Yun" dengan raut wajah frustasi, Junhoe tidak tahu lagi harus bagaimana, dirinya harus bisa menjelaskan kepada Yunhyeong, dia tidak peduli bagaimana Yunhyeong bisa tahu tentang dirinya dan Jinhwan di Jepang, yang terpenting saat ini Junhoe harus bisa menjelaskan kepada Yunhyeong. Bahwa semuanya tidak seperti yang Yunhyeong pikirkan.
"Haruskah aku pulang saja? Apa yang akan aku katakan kepada Jinhwan?" Junhoe mulai berpikir untuk menyudahi acara bulan madunya, tentu saja dia lebih memilih menjelaskan semuanya kepada Yunhyeong, tapi disisi lain Junhoe khawatir tentang Jinhwan. Junhoe tidak bodoh, Jinhwan lah yang menyiapkan semuanya. Mulai dari pesan tiket, Hotel, belum lagi soal packing dirinya dan istrinya yang tentu saja itu tidak mudah. lalu dengan gampangnya Junhoe ingin mengacaukan semuanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
~Kesalahan~
RandomJunhoe : "Aku membutuhkannya" Also Junhoe: "Tapi aku tidak mencintainya"