Kim Hanbin

532 74 85
                                    

Tidak ada yang bisa saya lakukan saat ini selain memeluknya, bahkan mengandalkan pelukan saja sepertinya masih kurang untuk mengurangi bebannya.

Bagaimana hati tidak teriris? Lelaki manis yang saya peluk saat ini begitu banyak menanggung beban. Bahkan saya malu dengan diri saya sendiri, merasa tidak berguna selama ini.

Cairan bening juga keluar dari kedua mata saya, saya juga menangis sambil memeluk erat. Kita tidak berbicara, hanya menangis dan terus menangis.

Saya mencoba menenangkannya dengan mengusap pelan punggungnya, tapi dia semakin terisak-isak.

"Tenanglah Yunhyeong" ucapku, tapi Yunhyeong semakin menangis "Dokter hiks... Maafin Yun" jawabannya.

"Hey kenapa harus minta maaf, kamu tidak salah" hanya kata maaf yang terus-menerus Yunhyeong katakan kepada saya, dia tidak salah apapun, sama sekali tidak.

"Dokter pasti benci sama Yun hiks... " Ucapnya disela-sela tangisannya. Saya tidak tahan lagi, saya menghentikan pelukan saya dan melepaskan pelukannya. Dia hanya tertunduk, tak berani menatap saya. Matanya sudah sangat memerah dan bengkak bahkan saya tak tega melihatnya.

Ya Tuhan, kenapa yang seperti ini terjadi kepada nya? Dia bahkan masih SMA, bagaimana mungkin dia menanggung beban berat seperti ini?

"Brengsek kau Junhoe"  Yunhyeong mendongakkan kepalanya setelah mendengar ucapan saya barusan.

"Hiks... Dokter maafin Yun" gumamnya lagi dan lagi.

"Yunhyeong tidak salah, yang salah lelaki brengsek itu" jawab saya, Yunhyeong kembali menunduk tidak menjawab perkataan saya.

Saya khawatir, saya menarik tangannya pelan menyuruh untuk pulang saja, udara malam tidak baik untuk kesehatan dirinya. Kami berjalan menuju mobil yang terparkir di depan rumah temannya.

Yunhyeong duduk disamping saya, dia tak berani bicara, hanya menunduk saja. Saya khawatir. Saya cepatkan laju mobil saya agar segera sampai di apartemen dan berharap Yunhyeong menceritakan semuanya, karena saat ini yang saya tahu hanya Junhoe yang saya kira selama ini adalah pamannya, ternyata adalah ayah dari bayinya.

Jinan? Saya tidak tahu yang dimaksud Yunhyeong, yang saya tahu Jinan sedang berbulan madu dengan Junhoe, entah Jinan itu siapanya, saya harap bukan isteri Junhoe.


"Dokter Yun tidak mau pulang ke apartemen itu lagi hiks" rengeknya di dalam mobil. Saya paham, mungkin saja apartement itu milik si brengsek itu.

"Tinggallah di apartemen saya saja" jawabku, pandangan Yunhyeong langsung tertuju ke arahku yang tengah menyetir "Dokter apa dokter tidak benci sama Yun?" Tanyanya pelan penuh hati-hati.

"Kenapa saya harus benci? Yun bukan orang jahat" jawabku, saat ini saya tidak ingin mengucapkan kata yang akan menyakiti Yunhyeong, saya percaya Yunhyeong adalah orang yang baik. Sepenuhnya saat ini saya menyalahkan si brengsek itu.

"Yun sudah bohong sama dokter hiks.. mengenai suami Yun hiks.. Yun gak ada Maksud buat bohongin dokter, waktu itu Junhoe yang tiba-tiba bilang kalau suami Yun di Jepang"  Yunhyeong kembali menangis lagi. Saya tak tega melihatnya, ingin segera sampai di apartemen.

"Tenangkan dirimu, kita bahas di apartemen saja" ucapku.


Sesampai di apartemen, Yunhyeong enggan memasuki apartementnya, dia bilang dia tak sudih menerima pemberian Junhoe, bahkan saya baru tahu bahwa apartement itu milik Junhoe.

Apa Yunhyeong sedang kabur dari rumahnya dan menghindari orangtuanya? Karena dirinya hamil?

Itulah yang terpikirkan dari otak saya.

~Kesalahan~ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang