MENIKAH - BAB 6

2K 164 9
                                    

Wina datang menghampiri Ranum yang baru saja turun dari mobilnya. Berhubung hari ini dia off Praktek, jadi Ranum benar-benar menyempatkan ke kantor hanya untuk menemui sahabatnya itu.

"Muka lu sumringah amat, ada kabar apa nih?" Goda Wina.

"Apaan sih . . . bisa nggak ngomongnya di ruangan lo aja." Wajah Ranum semakin memerah.

"Ih, bener-bener bikin gue penasaran. Lo duluan aja ke ruangan gue, gue masih harus visit satu pasien nih. Lima menit doang, hari ini dia udah bisa pulang soalnya."

"Lahiran?"

"Postpartum."

"Oh, kasihan ya."

"Iya, dia pasien IVF gue lagi. Kasihan banget, ini udah dua kali nyoba dan gagal di tengah jalan." Ujar Wina sambil meninggalkan sahabatnya itu, dan Ranum mengikuti saran Wina untuk menunggunya di ruangan.

Ranum berjalan menyusuri lorong menuju ruangan praktek Wina. Banyak sekali gambar bayi di sana, dan kesemuanya mengingatkan Ranum pada kejadian malam tadi, untuk pertama kalinya seorang pria menyentuhnya, dan itu adalah Raymond Reinaldi, suaminya.  Hanya mengingat bagaimana Raymond masuk dan merobek mahkota kewanitaannya dengan lembut membuat darah Ranum berdesir.

"Duh . . . gue kenapa sih."  Ranum berbicara pada dirinya sendiri, dan entah mengapa dia menjadi salah tingkah, untung saja tidak ada orang yang melihatnya. Dia bergegas masuk keruangan Wina dan menyembunyikan wajahnya yang terus mereona sejak dia bangun pagi tadi. Ketika dia membuka mata dan menemukan dirinya berada di pelukan Raymond, bergelung didalam selimut satin berwarna abu-abu tua.

Jantungnya hampir berhenti berdegup melihat dada telanjang suaminya yang semalam tak tampak dan kini jelas telihat karena cahaya matahari pagi mulai menyusup di balik tirai membuat bulu-bulu lembut yang menutup dada Raymond terlihat kemerahan seperti rambut bayi.

Ranum beringsut turun dari ranjang dan bersyukur karena Raymond tidak bereaksi. Raymond sudah terbangun tapi tidak ingin membuat isterinya itu menjadi malu, jadi dia memilih pura-pura tertidur agar Ranum memiliki kebebasan untuk menyelamatkan diri, karena kejadian semalam benar-benar spontan dan tidak direncanakan baik olehnya maupun oleh Ranum isterinya.

***

Sepuluh menit kemudian Wina masuk keruangan dan segera melepaskan stetoskop yang dia kalungkan di kerah kemejanya.

"Gimana . . .ceritain dong." Desak Wina tak sabar begitu dia membanting dirinya di kursinya, sementara Ranum duduk di kursi yang disediakan untuk pasien konsultasi.

"Apaan sih?" wajah Ranum kembali merona.

"Wahhh . . .lu tu biasanya tampil dengan kulit pucat dan lipstick nude, dan nggak tahu kenapa gue ngelihat lu beda deh pagi ini."

"Enggak, gue masih pakai skin care yang sama, nggak ada yang beda."

"Kalau gitu pasti ada yang terajdi semalem dong."

Ranum menutup wajahnya dengan dua tangannya, gadis pemalu itu benar-benar dibuat salah tingkah dengan pertanyaan nakal dari Wina sahabatnya.

"Ya gitu . . ."

"Gitu gimana . . ." Wina meraih tangan Ranum dan dengan rasa penasaran yang semakin menjadi dia terus mendesak agar Ranum membeberkan semuanya secara detail.

"Masa gue harus cerita secara detail sih?"

"Ya iya lah . . . lo kan jadi bakalan jadi mentor gue."

"Ah . . . syaul . . . lo kan dokter kandungan, lo udah pasti tahu mulai dari teori sampai praktek."

Wina terbahak "Ya teori gue tau, udah ngelotok. Tapi kan lo tau, kalau Fandi juga baru gue kenal dari temen abang gue, itu juga dikenalin belum lama. Kan lo tahu kita tu termasuk golongan susah move on, dan sama yang dulu gue nggak pernah praktek gituan, apalagi sama Fandi yang baru gue kenal."

Ranum memutar matanya. "Ya gitu, bikin lo ser seran deh pokoknya."

Wina terbahak lagi. "Bikin ketagihan nggak?"

"Bikin gue malu sama dia."

Wina kembali terbahak. "Kenapa harus malu, dia kan udah jadi laki lu."

"Ya kan sama juga kaya lo sama Fandi, kita juga belum lama kenal."

"Eh critain dong, awalnya lo dulu atau dia dulu."

"Win, serius lo . . . gilak mau bahas gituan."

"Ya elah . . . jam praktek gue udah kelar. Bisa kali kita nafas bentaran doang, ngobrolin yang seru-seru."

Ranum menarik nafas dalam, dia berusaha menyembunyikan rasa malu dan gugupnya.

"Buruan nih, gue hampir mati penasaran. "

Ranum tersenyum untuk dirinya sendiri. "Awalnya kami ngobrol, terus gue iseng-iseng deket-deketin dia."

"Terus?" Mata Wina berbinar, tidak sabar mendengar cerita lengkapnya.

"Terus dia kasih gue space,  jadi gue bisa meluk dia gitu."

"IHhhhhhh . . . . tuh kan gue jadi ikutan merinding."

"Ya terus dia nyium gue gitu. . .  terus lanjut."

"Wah syaulllll . . . . yang lengkap dong."

"Ah enggak ah . . . . lo bayangin aja sendiri. Lagian salah siapa sih kita jadi cewe cupu banget padahal dokter lho."

"Nah itu dia, salah banget sih gue kuliah kedokteran." Sesal Wina. "Kita tu jadi nggak punya waktu pacaran, nggak punya waktu buat nikmatin masa muda."

Ranum tersenyum. "Ya udah buruan jadi suruh nemenin belanja enggak."

"Oh jadi dong."

Wina segera berkemas dan tepat saat mereka hendak meninggalkan ruangan Wina, sebuah pesan singkat masuk ke ponsel Ranum.

"Mungkin kita bisa bahas soal honeymoon lebih serius nanti malam."

Membaca pesan singkat dari suaminya Ranum tersenyum dan itu jelas membuat Wina makin penasaran.

"Nah kan mulai gila ni temen gue, senyum-senyum sendiri. Kenapa sih lo?" Selidik Wina.

"Ada deh . . . kepo banget sih."

"Oh gitu ya, udah nikah aja main rahasia-rahasiaan sama gue."

"Ah entar lo juga tau kali."

Dua sahabat itu meninggalkan ruangan Wina dengan mengenakan topeng mereka lagi. Tentu saja tidak ada dokter yang terlihat terlalu receh di rumahsakit. Semua terlihat serius dan berwibawa, termasuk Wina dan Ranum, tapi begitu mereka masuk ke mobil Ranum, mereka kembali menggila dengan obrolan seputar pengantin baru dan pada akhirnya Ranum haru menceritakan setiap detail apa yang dia alami semalam dan sukses membuat Wina berkeringat meski air conditioner di mobil Ranum sudah di seting sangat dingin.

"Ih . . . gue jadi nggak sabar nih pengen kawin." Seloroh Wina.

"Nikah dulu kali." Ranum mengkoreksi.

"Iya, maksud gue nikah . . ." Wina memutar matanya.


___________________________

TBC . . ..  di tunggu votenya yakkkkk

 

MENIKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang