Menikah Bab 13

1.8K 164 15
                                    

Ranum menyeret langkahnya masuk kedalam rumah dengan seluruh perasaan yang teramat berat. Bukan hanya lelah menghadapi hari berat bersama pasien apalagi akhir-akhir ini dia merasa badannya sedang tidak terlalu fit.

Ranum membuka kunci rumah, meski tampak sudah ada mobil Raymond digarasi tapi dia mengira bahwa Ray mungkin saja sudah tidur karena malam sudah terlalu larut sementara Ranum menyempatkan diri bertemu dengan sahabatnya Anindya setelah lama sekali mereka tidak bersua karena pasca menikah Anindya tinggal di Bali bersama suaminya. Selain itu, pertemuannya dengan Anindya dianggap seperti penawar setelah dia menemui ibunda Raras dan melihat gadis itu terbaring lemas dalam keadaan tidak sadarkan diri.

***

Ranum melewati ruang tamu dan sengaja tidak menyalakan lampu, dia melewati ruangan besar itu begitu saja hingga sampai ke ruang tengah, tapi langkahnya terhenti ketika melihat lampu ruang makan dan dapur masih menyala. Dia sengaja menghampiri ruangan itu sekedar untuk mematikan lampu, tapi saat dia sampai dilihatnya Raymond dengan celemek yang menempel di kaos putihnya tampak sedang sibuk mengaduk sesuatu di atas pan dengan kompor yang menyala. Tapi Raymond tampak tak menyadari kedatangan Ranum karena posisi Raymond membelakanginya.

Ranum melihat pria itu sedang sibuk memasak dengan sedikit bersenandung mengikuti musik lirih yang ternyata di putar sejak tadi. Hati Rahum mendadak menghangat dibuatnya. Dia bahkan hampir meneteskan air matanya saat menyadari bahwa pria itu, yang menjadi suaminya, bukan pria yang tidak akan jatuh cinta padanya. Jika Raymond bukan pria yang bertanggung jawab tentu dia sudah akan tidur di kamar tanpa mempedulikan isterinya sudah makan belum atau sudah pulang belum.

Ranum mengingat pesan singkat terakhirnya pada Raymond adalah dia mengatakan bahwa dirinya sudah dijalan pulang dari cafe tempatnya bertemu dengan Anindya, tapi dia memang mengatakan bahwa dia belum makan.

Ranum terkesiap ketika tiba-tiba Raymond mematikan kompor dan berbalik dengan sepiring nasi goreng.

"Hei . . ." Raymond segera meletakkan piring itu di atas meja dan melepas celemeknya lalu menghampiri Ranum untuk memberinya pelukan, tapi Ranum berusaha menghindar dengan mundur beberapa langkah.

"Aku masih bau." Alasannya menghindar.

"Aku suka bau kamu." Raymond menarik Ranum dalam pelukannya. Dan entah mengapa mendadak tenggorokan Ranum terasa kering, matanya bahkan berkaca-kaca meski Raymond mungkin tidak menyadarainya karena wanita itu berada dalam pelukannya.

"Aku masakin nasi goreng." Kata Raymond sambil melepas pelukannya, dan saat itu dia menyadari mata isterinya berkaca-kaca.

"Kamu nangis?" Tanya Ray bingung, dan Ranum berusaha menutupinya dengan mendongakkan kepalanya sambil memalingkan wajah. "Nggak papa." Ranum menarik nafas dalam, kemudian memasang senyum untuk menyembunyikan rasa harunya itu.

"Sorry, aku cuman nemu nasi, sosis, sama telur di kulkas. Jadi cuman nasi goreng deh jadinya." Raymond menarik bangku dan mempersilahkan isterinya itu duduk.

"Cicipin." Kata Raymond, dan meskipun Ranum termasuk pemerhati penampilan yang nggak akan makan nasi di malam hari, tapi semua aturan itu menjadi mentah ketika nasi goreng ini buatan suaminya.

Ranum tersenyum, kemudian menyendok nasi dari pinggir dan menyuapkannya kedalam mulut. Ekspresinya tampak surprise dengan rasa nasi goreng itu.

"Ini nasi goreng paling enak yang pernah aku makan." Kata Ranum, entah mengapa matanya kembali berkaca.

Raymond tersenyum. "Paling enak tapi makannya sampai mau nangis gitu."

Ranum kembali mendongak, berusaha agar air matanya tidak jatuh. "Karena kamu yang masak, suami aku." Ujarnya kemudian.

Ray meraih tangan isterinya itu. "Kasih aku kesempatan untuk mencintai kamu." Ray mengecup tangan isterinya itu, kemudian menatapnya dalam. Dan Ranum menghambur ke dalam pelukannya, dia tidak bisa lagi menahan seluruh air matanya untuk tidak tercurah. Dia memeluk Raymond erat, seolah seluruh dirinya ingin mengatakan bahwa pria itu miliknya dan tidak akan dia biarkan lepas dari pelukannya, selamanya.

__________________________

Haiiiii . . . ada nggak nih yang pernah di masakin suaminya pulang kerja dan mewek gegara terharu????

Aku pernah sekali, walaupun nggak seromantis ini tapi beneran aku sampai mewek, dan meeweknya di kamarmandi biar si suami nggak tahu betapa terharunya aku. hihihihi

Menikah itu ya gitu, kadang-kadang hal-hal sederhana yang di lakuin suami kita, ternyata sangat berarti buat kita yaaaa  . . .

yang pada belum nikah bayangin aja ya, semoga nggak baperrrrr terus pengen cepet-cepet nikahhh. hihihihi

next chapt soon.

Jangan lupa komentar

MENIKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang