Menikah BAB 15

2K 182 9
                                    

Menjelang pagi tiba-tiba rasa mual itu menyerang lagi, kali ini dengan lebih membabibuta hingga membuat Ranum terpaksa harus muntah diatas tempat tidurnya. Raymond yang memang terjaga segera mengambilkan wadah untuk menampung muntahan Ranum, meski tidak ada apapun yang dia muntahkan selain air dan itu juga tidak banyak, hanya saja ranum terus mengeluarkan suara seolah-olah dia benar-benar memuntahkan sesuatu.

Raymond yang tidak tahan lagi segera mengangkat isterinya itu dalam pelukannya dan membawa turun. Dia mendudukkan Ranum di meja ruang tamu sementara dia menyiapkan mobil, dan setelah siap dia segera membawa isterinya itu ke rumahsakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan. Sesampai di UGD rumahsakit terdekat Ranum segera mendapat perawatan, dipasang infus, suntikan anti mual dan pemeriksaan standard. Sementara Raymond tidak pernah meninggalkannya sedikitpun, dia bahkan tidak berpaling sedikitpun, sementara itu wajahnya pucat karena melihat isterinya begitu lemah terbaring di tempat tidur.

***

"Sebenarnya kondisinya sudah stabil pak, tapi kami memberikan pilihan apakah anda ingin isteri anda di rawat atau rawat jalan?"

"Tolong di rawat dan dilakukan pemeriksaan lab menyeluruh dok. Saya akan urus administrasinya."

"Baik, silahkan bapak selesaikan administrasinya. Setelah itu kami akan proses pemindahan isteri anda ke kamar."

Raymond meminta vasilitas terbaik, kamar VVIP untuk perawatan isterinya itu. Dan setelah semua prosedur dan pembayaran uang muka dia lakukan akhirnya Ranum dipindahkan di ruang perawatan. Dia tampak tertidur saat dipindahkan ke ruang perawatan. Kali ini terlihat sedikit lebih baik karena dia sudah sempat menghabiskan satu kantong infuse yang membantu memulihkan cairan tubuhnya.

Raymond setia menemani isterinya itu sambil terus memegang tangannya sementara dia duduk menatap wajah Ranum yang tertidur pulas. Hanya butuh waktu dua jam hingga mata hari terbangun dan mulai menampakan sinar lembutnya.  Dan itu berati sudah semalaman Raymond terjaga untuk menemani isterinya itu. Tapi hingga perawat datang untuk memeriksa Ranum pagi ini, dia tampak masih terlelap.

"Nggak papa pak, saya hanya memeriksa infuse dan kondisi fisik bu Ranum."

"Ok."

"Sebaiknya bapak istirahat juga, karena kondisi isteri anda sudah semakin membaik. Setelah visit dokter dan hasil lab keluar, kemungkinan bu Ranum bisa pulang."

"Terimakasih sus."

Pembicaraan singkat itu menghakhiri kunjungan perawat pagi ini. Tak lama dua perawat datang untuk menawarkan jasa memandikan Ranum, tapi Raymond memilih untuk tidak menerimanya karena dia ingin Ranum benar-benar tidur setelah semalaman dia juga mungkin tidak bisa tidur merasakan kondisinya sendiri.

"Baik pak, sebentar lagi sarapan akan diantar, mohon dibangunkan saja untuk sarapan ya."

"Ok."

***

Menjelang pukul sepuluh pagi semua keluarga datang untuk membesuk Ranum. Baik orantuanya maupun mertuanya, dan semuanya terlihat panik menunggu kunjungan dokter untuk memastikan hasil labnya. Mereka semua bertanya-tanya penyakit apa yang mungkin diderita oleh Ranum, sementara sebelumnya Ranum tidak memiliki riwayat sakit apapun.

Orang tua Ranum menunggu dengan cemas di dalam ruangan sementara orang ibu Raymond memilih untuk menunggu di luar ruangan bersama puteranya mengingat orang tua Ranum sudah menunggu Ranum didalam.

"Yang sabar ya Ray." Ungkap sang ibu sementara Raymond yang tampak kurang tidur tak menjawab, dia hanya menghela nafas dalam.

"Aku belum pernah ngerasa takut seperti sekarang ini ma." Ujarnya dengan suara rendah.

"Mama ngerti posisi kamu, tapi mama yakin Ranum baik-baik saja. Kamu banyak-banyak berdoa."

Raymond tidak menjawab, dia melipat tangannya di dada sementara tatapannya tertuju ke jendela kaca besar yang membuatnya bisa terus menatap Ranum yang masih terpejam di dalam ruangan. Rahang Ray mengeras seklias kemudian jakunnya bergerak naik turun pertanda dia menelan ludah, entahlah, mungkin situasi ini benar-benar sulit dia terima.

Pagi ini Ranum terbangun dan menolak makan karena masih begitu mual, dia juga memilih untuk terus menutup matanya, jadi dia tidak dipaksa untuk makan apapun. Itu yang membuat Raymond begitu cemas, jika ini akibat sepiring nasi goreng, tentu ini akan jadi penyesalan terbesar dalam hidupnya.

________________________________________

Kita mungkin sering berantem kalau lagi bareng, soal anak, soal kerjaan, soal uang, soal apapun, tapi percayalah jika kita adalah sepasang suami isteri yang saling mencintai, ketika kita tak berdaya akan ada jiwa yang rela menukar dirinya untuk berada di posisi kita daripada harus melihat kita yang adalah pasangannya berada dalam keadaan tidak berdaya.

See you next chapter . . . .

mana suaranya yang masih nungguin kelanjutannya???

MENIKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang