Menikah - Bab 7

1.7K 136 2
                                    

Setelah muter seharian, ketemuan sama orang  wedding organizer,  sekarang saatnya belanja buat seserahan.

"Ini kenapa lo sendiri yang belanja buat seserahan sih?"

"Ya lo tau kan calon laki gue masih tugas." Jelas Wina, memang benar karena calon mempelai laki-laki adalah seorang anggota TNI aktif yang saat ini masih bertugas di Sorong, Papua.

Ranum tersenyum. "Pernah nggak sih lo ngrasa sendiri Win?" Tanya Ranum sambil melihat-lihat baju tidur yang dipajang di butique penyedia pakaian dalam dan sleeping wear.

"Sering, tapi untungnya ada lo yang selalu ada buat gue Ran."

Ranum menarik nafas dalam. "Gue juga beruntung punya lo."

"Kenapa, lo ngrasa sendiri dalam pernikahan lo?"

Ranum menoleh, dia tersenyum. Dan senyum kadang dapat berarti banyak hal.

"Tadi pagi lo baru berbunga-bunga, terus kenapa sekarang kok malah jadi sedih sih?"

Ranum berjalan mendekat ke arah Wina yang sedang melihat underwear. "Nggak tahu, pas ketemu sama mba Rani dan mas Ilham dari WO lo tadi gue jadi inget sama persiapan pernikahan gue. Semua juga gue yang siapin waktu itu."

"Terus?"

"Gue takut Raymond nggak bener-bener menginginkan pernikahan ini."

"Loh, . . . dia sudah berusaha menjadi suami yang baik kan buat lo? Kalian berhubungan sebagai suami isteri, dan gue pikir Ray nggak akan mau nyentuh lo kalau hati dan perasaannya masih buat mantannya deh."

"Iya, tapi terkadang masih ada nama Raras, si mantan itu dalam obrolan kami."

"Nah kalau begitu tugas lo untuk menghapus nama mantannya itu dan menulis nama lo di hatinya Raymond dengan huruf BESAR- BESAR dan TEBAL-TEBAL."  Wina mencolek dagu Ranum.

"Semangat ah . . .  jangan lesu gitu." Wina berusaha membangkitkan semangat Ranum.

"Gini aja, gue bantu lo pilih lingerie   yang akan bikin Raymond males ngantor, dan pengennya dirumah terus sama isterinya."

"Besok gue praktek full day."

"Gue nggak minta lo pakai besok, tapi MALAM INI."  Tawa Wina.

"Aduhhh . . . tapi gue nggak PD tau."

"Udah PD Aja lahhh . . . . semua cowo di dunia ini punya fantasi dalam otak mereka soal sex, dan kita bisa membantu mewujudkan fantasi mereka, niscaya mereka nggak akan bisa lepas sama kita."

"Niscaya . . . bahasa lo udah kaya apaan aja."

Wina terkekeh, kemudian dia membolak-balik gantungan pakaian dalam warna-warni sampai menemukan motif leopard dengan potongan sangat berani dan menariknya keluar kemudian menunjukkan pada Ranum.

"Nih cocok banget buat lo."

"Lo mau gue jadi badut di hadapan Raymond ya?"

"Eh ini bukan kostum badut, ini motif macan . . . .  ROAAARRRRRRRRRR."  Wina terkekeh sambil menirukan raungan macan dan menggambarkan cakar macan dengan tangannya.

"Gue nggak mau lo jadiin gue lelucon di hadapan Raymond." Ranum cemberut memandang sahabatnya itu.

"Ok, warna paling aman buat lo adalah ini." Wina memilih lingerie dari bahan bludru dengan jubah senada berwarna biru gelap.

Ranum mengerutkan  alisnya. "Em . . . boleh juga."

"Bungkus . . ." Wina tersenyum lebar, dia memanggil pramuniaga yang berjaga dan memberikan pakaian itu untuk dibungkus. Setelah itu mereka masih menghabiskan lebih dari satu jam untuk memilih berbagai macam pakaian dalam lainnya.

________________________-

TBC ya guysss . . . .. bentar lagi akan di update tapi sabar yakkkkk


MENIKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang