Menikah Bab 14

1.7K 149 0
                                    

Ranum baru saja selesai menyantap sepiring nasi goreng buatan Raymond kemudian berbincang sebentar menunggu makanan itu berada di posisi yang tepat, baru setelah itu dia naik ke kamarnya. Saat baru bersiap membuka pintu kamar tiba-tiba rasa mual datang dengan gelombang yang begitu dahsyat membuatnya langsung berlari ke arah toilet dan memuntahkan semua nasi goreng yang baru saja dia santap.

Raymond yang baru naik setelah membereskan perkakas di dapur mendengar Ranum muntah, dia langsung berlari ke arah kamar mandi dengan tissue dan juga air hangat. Sesampai di wastafel dia segera mengusap-usap punggung isterinya itu ringan agar membuat perasaan Ranum lebih baik, tapi Ranum tidak berhenti muntah hingga lemas. Raymond menjadi panik, dan dalam keadaan seperti itu dia menghubungi dokter Bryan kenalannya untuk datang kerumahnya, kebetulan rumah bereka hanya berselang berapa blok.

Saat dokter Bryan sampai di rumah Ray, Ranum sudah berhenti muntah dan sedang berbaring lemas dengan perasaan mual yang tak kunjung hilang.

Setelah memeriksa kondisi Ranum dan memberikan obat anti mual sementara untuk membantu meringankan rasa mual yang dialami Ranum, Ray mengantar dokter Bryan turun.

"Kenapa isteri saya dok?" Tanya Raymond dengan wajah penuh kekhawatiran, sementara itu dokter Bryan tampak santai, dia menepuk pundak Raymond. "Mungkin salah makan." Jawabnya.

"Tapi dia cuman makan nasi goreng." Terang Raymond.

"Mungkin ada bahan yang memicu reagen alergi jika punya riwayat alergi. Sementara saya kasih obat anti mual, kalau masih muntah malam ini, langsung di bawa kerumahsakit saja."

"Ok dok, terimakasih."

"Sama-sama."

***

Raymond kembali ke kamar dengan perasaan bersalah teramat sangat, harusnya dia tanya dulu Ranum mau makan apa, apa yang bisa dan nggak bisa dia makan, nggak main masak aja. sementara itu Ranum menatap suaminya itu dengan mata sayu, dia terlihat lemas dan kelelahan.

Ray berjalan ke arah isterinya itu dan duduk di tepi ranjang, dia meraih tangan Ranum.

"Kita kerumahsakit ya."

"Nggak usah, udah mendingan kok." Jawab Ranum lirih.

"Aku nggak tega lihat kamu seperti ini."

"Aku nggak papa, udah nggak mual." Jawab Ranum, meski sejujurnya rasa mual itu masih tetap sama, hanya saja intensitasnya tidak separah tadi.

"Harusnya aku tanya dulu sama kamu, mau makan apa."

Rahum mengusap wajah Raymond. "Nggak papa." Senyumnya lemah. Raymond langsung meraih tangan isterinya itu dan mengecupnya.

"Aku mau bersih-bersih terus tidur." Ujar Ranum.

"Enggak, aku yang akan bantu kamu bersih-bersih, kamu tetap rebahan di sini aja. Tunggu aku ambil air hangat dulu ya."

"Nggak usah, aku nggak separah itu." Ranum menolak, tapi Raymond menatapnya dalam diam, seolah dia tidak ingin dibantah saat ini. Akhirnya Ranum mengalah. Dia menunggu suaminya itu datang dengan air hangat dan handuk kecil seukuran sapu tangan.  Dengan telaten Raymond mulai melepaskan pakaian Ranum dan menutup sebagian dengan handuk.

Tampak tidak terbiasa tapi dia berusaha melakukan sebaik mungkin, membersihkan wajah hingga ujung kaki isterinya itu dengan air hangat. Setelah merasa lebih nyaman, Raymond mengganti pakaian Ranum dengan piyama tidur.

"Makasih." Kata Ranum dengan mata berkaca.

"Aku suami kamu." Kata Raymond setelah membereskan semua kekacauan hari itu.

"Aku masih inget kok." Seloroh Ranum berusaha mengalihkan rasa harunya yang lagi-lagi datang mendadak.

"Sekarang kamu tidur." Kata Raymond sambil memegang tangan isterinya itu, sementara dia duduk di kursi sebelah tempat tidur.

"Kamu juga." Bisik Ranum lirih.

"Aku tidur belakangan. Kamu duluan aja." Bohong Raymond, dia tidak pernah melihat orang lain selemah itu di sekitarnya, jadi pengalaman pertamanya ini benar-benar membuatnya panik hingga dia bersumpah pada dirinya sendiri untuk tidak memejamkan mata hingga memastikan kondisi isterinya baik-baik saja, jika perlu dia akan begadang semalaman untuk memastikan hal itu.

Ranum tersenyum, kemudian memejamkan matanya. Dalam hatinya dia menangis haru, dia tidak menyangka suaminya akan sebegitu mencintai dirinya meski mereka belum lama saling mengenal.

______________________________

HIHIHIHI

Pasti diantara salah satu yang baca ada juga yang pernah ngalamin hal ini. Waktu kita sakit, terus suami kita tu perhatian sampai bikin kita nangis dalam hati karena terharu. Gilakkk laki gue yang biasa cuek abis ternyata bisa yaaaaa seperhatian itu sama kita.

Yang kalau di mintain tolong sering salah-salah dan bikin kita jengkel kadang ngomel-ngomel ke doi, tapi pas kita sakit mereka kaya nggak pernah inget betapa cerewet dan tukang ngomel-ngomelnya kita.

Jangan lupa bilang "Makasih ya pa" "Makasih ya yang" "Makasih ya pi" " Makasih ya honey" Apapun panggilannya, karena dia adalah orang yang selalu ada buat kita nggak peduli secerewet apa kita, segembrot apa kita, dan secuek apa kita berpakaian (Dasteran mulu)

hihihihi

Yang belum nikah, lagi lagi selamat membayangkannnnn


MENIKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang