Menikah - Bab 8

1.6K 147 1
                                    

Setelah mengantar Wina pulang, Ranum sengaja mampir ke toko kue untuk membawakan mertuanya kue. Selain itu dia juga membelikan dompet yang cukup mahal untuk mertuanya itu. Dan sekarang dia sampai di rumah sudah di sambut oleh mertuanya yang sedang sibuk dengan tanaman di halaman depan rumah.

"Ibu . . . lagi ngapain?" Ranum menyapa sang mertua.

"Ini, ibu selalu gatel kalau lihat tanaman. Yah kalian sama-sama sibuk, maklum tanaman di depan rumah nggak terawat." Jelas sang mertua.

Ranum tersenyum malu. "Maaf ya bu, nggak sempet ngrapiin." Tuturnya sambil mengangkat tentengan keluar dari mobilnya.

"Masuk yuk bu, aku beliin kue kesukaan ibu."

"Woh . . . kamu hari ini nggak kerumahsakit, kok jam segini udah sampai rumah?"

"Enggak bu, tadi ketemu Wina, nemenin dia beli seserahan."

"Oh, temen deket kamu itu ya."

"Iya bu."

Mereka berjalan beriringan masuk kedalam rumah. Sang ibu mencuci tangan kemudian duduk di meja belakang diikuti dengan Ranum yang datang dengan potongan kue dan juga teh manis hangat. Dia benar-benar merasa ibu mertuanya ini sebagai ibukandungnya.

"Teh bu."

"Eh ya . . . makasih ya."

"Ini hadiah buat ibu."

Sang ibu menatap mata Ranum dengan binar terang, jelas sekali dia sangat menyukai diperlakukan dengan hormat dan penuh kasih sayang seperti yang dilakukan Ranum saat ini.

"Saya beruntung sekali punya menantu seperti kamu."

"Saya yang beruntung punya ibu mertua seperti ibu."

Sang ibu mertua membuka bungkusan itu dan clutch dari merk terkenal dengan warna kalem itu, mendadak matanya berkaca-kaca.

"Makasih ya nak."

"Sama-sama bu."

Mereka berpelukan sekilas.

"Maaf kalau anak ibu masih belum bica mencintai kamu sepenuhnya."

"Kami sedang berproses kok."

"Pagi ini ibu udah ngobrol sama Raymond dan dia janji akan meninggalkan semua yang berbau mantan kekasihnya itu. Sejak awal ibu nggak terlalu sreg Raymond menjalin hubungan dengan gadis itu. Ibu ngerasa kami nggak akan bisa cocok sebagai menantu dan mertua karena sikap kami yang bertolak belakang."

"Iya bu, aku ngerti."

"Hari ini ibu akan pulang ke bogor, ibu sudah cukup tenang bisa melihat keadaan rumahtangga baru kalian. Kalian berusaha saling menyayangi."

"Kami tetap butuh dukungan ibu ya."

"Pasti sayang."

"Aku anterin aja ya bu."

"Eh enggak, ibu naik taksi aja."

"Jangan bu."

Sang ibu tersenyum. "Persiapkan malam ini, jadi yang terbaik buat suamimu. Ibu tahu betul seberapa keras Raymond berusaha untuk mencintai kamu."

"Iya bu, aku juga bisa melihat kesungguhan mas Rey."

"Ya udah, ibu mau siap-siap ya. Jam tiga nanti ibu mau jalan."

"Ibu bener-bener nggak mau dianterin?"

"Bener sayang, tenang aja. Lagian ibu nanti mau nyamperin tante Vivian, dia mau ikut ke Bogor juga."

"Atau aku anterin ke rumah tante Vivian aja ya."

"Boleh, nanti biar dari rumah tante Vivian kami dianterin supirnya aja."


***

TBC ya gengssss . . . .

MENIKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang