Menikah Bab 11

1.9K 139 0
                                    

Pagi ini Ranum bekerja seperti biasa karena memang dia praktek pagi di rumahsakit. Saat sampai di rumahsakit beberapa orang sedang membicarakan sebuah topik yang sangat hangat, memang bukan kabar suka, melainkan kabar duka. Suami seorang artis ibukota mengalami serangan jantung yang merenggut nyawanya, padahal semalam sang artis masih terlihat di salah satu stasiun televisi.

"Lagi heboh apa sih sus?" Tanya Ranum pada seorang perawat yang tengah membantunya bersiap untuk memeriksa pasien.

"Itu dok, ada suami artis meninggal."

"Siapa?" Tanya Ranum penasaran.

"Itu suami penyanyi dok."

"Oh, kenapa meninggalnya?"

"Serangan jantung dok. Padahal masih ganteng, muda banget, ah keluarganya harmonis banget deh." Ujar sang perawat.

"Dari mana kamu tahu keluarga mereka itu harmonis?" Tanya Ranum lagi. Meski mereka saling bicara tapi tangan mereka tetap bekerja. Ranum memeriksa agendanya hari ini sementara sang perawat memperiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam proses pemeriksaan nanti.

"Kan saya follow akun instagramnya dok. Lagian nggak pernah ada gosip-gosip murahan gitu dok." Sang perawat muda bernama Irawati itu terus mengoceh sementara Ranum senyum-senyum sendiri mendengarnya. "Umur itu kita nggak pernah tahu kan dok, siang masih ngobrol, bisa-bisa sore udah meninggal. Semalam masih tidur bareng, eh tau-tau pagi udah meninggal." Ujarnya sambil menatap serius wajah Ranum. Entah mengapa tatapan itu terasa seperti sebuah tamparan keras bagi Ranum.

Semalam meski tidak sepanjang malam dia berada di pelukan suaminya, dan pagi ini meski tidak begitu hangat tapi hubungan mereka tetap baik-baik saja bahkan setelah badai. Meski begitu badai di dalam diri Ranum sejujurnya belum benar-benar mereda. Meski dia sudah mulai bisa mencerna dan menerima alasan yang diungkapkan Raymond tapi dia tetap masih enggan untuk mengirim pesan balasan untuk pesan yang dikirim suaminya tadi.

"Aku udah di kantor."  Tulis Raymond, tapi Ranum enggan membalas, hingga Irawati mengatakan soal maut itu bisa datang kapan saja yang begitu menggelitik hatinya, akhirnya jemari Ranum menari di atas layar ponselnya.

"Ok, semoga harimu menyenangkan mas." Balas Ranum, dan beberapa detik kemudian Raymond menghubungi isterinya itu.

"Hai." Sapa Raymond ramah.

"Barusan sampai kok." Jawab Ranum.

"Ok, aku cuman mau pastiin kamu udah sampai aja."

"Iya." Entah mengapa tiba-tiba wajah Ranum merona merah. Bahkan hingga Raymond mengakhiri panggilannya, wajah Ranum masih merona.

"Ih dokter, kok mukanya merah."

"Masa sih?" Ranum mengelak.

"Aku jadi pengen punya pasangan biar ada yang perhatiin." Irawati menjadi salah tingkah dan Ranum menggelengkan kepalanya.

"Udah jam berapa nih, panggil pasien pertama deh."

"Siap dok."

Praktek hari itu berlalu dengan sangat sibuk karena banyak pasien.

___________________


MENIKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang