Matahari terbit dengan terik siang ini, cahaya masuk melalui celah jendela yang tak tertutup gorden.
Seulgi belum memulai hari yang produktif untuk dia jalani dia hari Minggu ini. Irene masih nyenyak tidur disampingnya.
Seulgi pov
Aku ingin membangunkannya, tapi kasihan pasti dia masih lelah. Apa yang harus aku lakukan. Aku ingin pergi ke gym lalu berenang, tapi nanti dibilang pria yang tidak bertanggung jawab. Padahal masih diarea hotel. Aku sudah menyuruh supir untuk membawakan baju casual untuk yeoja.
Dia mulai bergerak, aku kembali menutup mataku agar dia tidak tahu.
Sepertinya dia sudah membuka matanya dan mulai sadar.
"Oppa."
Panggilan itu harusnya aku jawab dengan cepat, tapi aku takut.
"Hmm."
"Apa yang kita lakukan semalam?"
Aku akhirnya membuka mataku agar dia tidak salah paham.
"Seperti pasangan baru menikah." ucapku.
"Apa kau mengeluarkannya didalam?"
Aku mengangguk, membuat kebohongan juga tidak mungkin. Jika dia hamil, tentu saja itu anakku. Sehun? Dia tidak akan melakukan itu karena darah keperawanan Irene masih menempel dijuniorku.
Dia mulai menangis, tapi kenapa aku ini hanya diam saja. Harusnya aku menenangkannya, jiwa gengsiku ini kapan hilangnya astaga.
"Irene-ah, apa sekarang masa suburmu?" tanyaku.
Dia pun mengangguk. Akhirnya aku memeluknya yang sama sepertiku, tidak memakai satu helai benang.
"Aku akan bertanggung jawab. Masalah kuliahmu? Kau masih bisa melanjutkan ke semester 3, disitu kau bisa cuti." ucapku menenangkannya.
"Ayo kita pulang dan membicarakan ini dengan keluargamu."
"Aniya itu tidak perlu. Ceritakan saja kronologinya."
"Kau mabuk, lalu muntah tepat dijas dan kemejaku. Aku belum memakai baju, tapi supirku membawakan baju casual. Ketika aku mau...."
Aku sedikit lupa tadi malam aku sudah membuka papper bagnya atau sudah memakai bajunya.
"Jika kau lupa, berarti itu tidak kau lakukan."
"yah. Lihatlah itu papper bag nya, mana mungkin aku memberimu obat tidur? Jarakmu minum dan jarakku ada didekat kolam renang, itu cukup jauh."
"Cepat ceritakan."
Kenapa aku jadi pria yang bukan biasanya sih, kenapa jadi lemah?.
"Aku membuka papper bag, lalu kau memanggilku oppa tentu saja aku menoleh kearahmu. Kau ini memanggil siapa?"
"Terus, aku mendengar kau memanggil namaku tanpa kata sunbae, tapi malah memanggil Seulgi oppa cukup aneh untuk didengar."
"Apa aku menikmatinya?"
"Kau yang memulainya, tentu saja menikmatinya."
Irene pergi membawa selimutnya ke kamar mandi, untung saja aku sudah memakai celana pendek sebelum dia membawanya. Aku juga tidak tahu harus bagaimana agar dia lebih percaya. Rekaman itu hanya untuk ketika semua orang sudah tidak percaya.
Aku menyuruh supir untuk mengantarnya pulang tanpa diriku, karena kemarin aku membawa mobil sendiri dan supir membawa mobil yang lain dari rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Multi Shoot & Oneshoot [SEULRENE]
FanfictionRandom story about Seulrene and Don't Copy Paste this Story!!!! Copyright!!!. [Mature Content] Do not read this story if you under 18++. 🔞🔞