How Can I Say (4) 🔞🔞

4K 234 4
                                    









Supir membantu membawa Seulgi ke kamar milik Seulgi sendiri, padahal dia bisa berjalan namun harus pegangan. Tak hanya itu, Irene juga ikut ke kamarnya dan satu kamar bersama karena Seulgi yang memaksanya. Bukan mau berbuat mesum, tapi menjaga Irene saja agar tidak hilang.

"Apa kamu tidak ganti baju?" tanya Seulgi yang berada diatas tempat tidur karena sedikit sadar.

"Aku tidak bawa baju."

"Tidurlah disini bersamaku."

Irene menurutinya untuk tidur disamping Seulgi. Lalu Irene bermain hp tidak peduli dengan apa yang Seulgi lakukan, karena yang dilakukan pacarnya itu sangat membosankan yaitu melamun menatap langit kamar.

"Besok kita tidak kuliah, tidak apa kan?"

"Tidak apa. Aku ijin orang tuaku dulu."

••

Ternyata orang tua Seulgi sudah minta ijin ke orang tua Irene untuk menginap di villanya. Apa yang dilakukan ayah Seulgi membuat Irene kebingungan, bagaimana bisa ayahnya kenal atau dihubungi oleh ayah Seulgi.

Seulgi langsung menarik tangan Irene dan meraup bibir merah berlipstik itu. Ciuman itu saling bertautan, lenguhan Irene teredam.

Sudut bibir Seulgi tersenyum puas karena sesuai ekspetasinya. Sangat mudah membuat kekasihnga bergairah untuk melakukan sex.

Kini bibirnya berpindah menyusuri rahang lalu leher Irene, meninggalkan kiss mark.

"Ahhh...oppahhh...." lenguh Irene sampai punggungnya melekung keenakan.

Tangan Seulgi menangkup gundukan Irene yang sempurna itu. Ukurannya sangat besar sekarang dibandingkan waktu pertama kali mereka melakukannya.

Dengan gerakan perlahan ia memijit, dan masuk kedalam baju Irene mencari pengait bra. Ketika serasa sudah waktu yang pas, Seulgi melepaskan semua pakaian Irene. Kembali memijat dan memilin nipple Irene.

"Apa kamu suka?" tanya Seulgi dengan suaranya yang deep namun terdengar sangat sexy.

"Ehm... Yeahh.." ucap Irene dengan mata yang terpejam menikmati setiap sentuhan Seulgi.

Tangan Seulgi merayap ke bawah menuju daerah sensitif Irene. Jari-jari panjang itu menyusup dibalik kain jeans Irene. Terpaksa Seulgi membuka resleting dan menurunkannya sedikit. Tangannya menekan dan menggesek dengan gerakan menggoda.

"Sshh....Seulgih..."

Bibir Seulgi kembali ke gundukan kenyal Irene, menyesapnya secara bergantian bagaikan coklat panas dan menggigitnya kecil membuat Irene memekik kenikmatan. Gerakan tangan Seulgi semakin cepat, tangan Irene meremas sprei hitam tempat tidur dengan kepala yang mendongak semakin membuat Seulgi bernafsu.

Kini gairah Irene semakin tercapai klimaksnya. "Fasthhheerr....opphaaa" kemudian tubuhnya pun bergetar saat cairan dari dalamnya keluar.

Seulgi melihat Irene yang kini banyak mengeluarkan keringatnya. Ia puas dengan apa yang dia lakukan untuk wanita tercintanya. Tanpa membuang waktu banyak, ia segera melepaskan semua kain yang menempel pada tubuhnya. Irene kembali dibawah kekuasaan Seulgi.

"Now, It's my turn."

Seulgi mengarahkan miliknya pada lubang Irene. Menggeseknya perlahan agar gairah Irene kembali memuncak dan memohon padanya untuk dimasukkan.

"Ahh..."

Cairan hangat Irene sedikit keluar, tanda dia mulai bergairah. Seulgi memasukkannya perlahan, meskipun sudah tidak virgin milik Irene masih tetap sempit. 

"Sshh agh"

Desah keduanya ketika tubuh mereka menyatu. Seulgi bergerak maju mundur, mengangkat kaki Irene dipinggulnya agar lebih leluasa. Tempo game ini semakin lama semakin cepat. Dengan bibir yang saling berpagutan, gerakan Seulgi semakin cepat hingga akhirnya mereka sampai pada klimaksnya.

Mereka melakukannya terus menerus seakan besok mereka akan mati dan tidak pernah puas. Kini Irene yang menguasai permainan, bergerak cepat diatas Seulgi seperti menunggangi kuda. Dengan mata terpejam dan desahan yang memenuhi kamar Seulgi mereka terus melakukannya sampai pada kenikmatan.

"Aku ingin cum." desah Irene.

"Wait."

Seulgi ikut memompa tubuh Irene, sambil meremas dada sintal Irene. Menghisapannya dengan kuat, desahan wanita diatasnya semakin mendesah keenakan.

"Ahh...."

Lagi dan lagi, cairan cinta mereka keluar. Tentu saja Seulgi mengeluarkannya didalam. Cairan hangat miliknya menyembur ke rahim Irene.

Seulgi mengecup kening, mata, hidung, pipi, dan terakhir mengecup bibir Irene. Setelah itu mereka saling berpelukan, dengan ditutupi selimut. Malam semakin dingin, tapi keringat mereka seperti di padang pasir.

••

Seulgi sudah mengantarkan Irene pulang dari siang ke sore.

"Apa ini yang namanya Seulgi?" tanya appa Irene yang mendatangi langsung Seulgi dan Irene yang sedang duduk ditaman depan rumah.

"Nde, ahjussi. Kang Seulgi imnida."

"Bagaimana kabar keluargamu?"

"B-baik." gugup Seulgi tapi masih bisa tersenyum.

"Suruh appa mu datang kesini."

"Nde? Waeyo?"

"Kita sudah tidak pernah bertemu selama 15 tahun."

"Apa appa kenal dengan ayah Seulgi?"

"Tentu saja. Appa Seulgi, adalah teman appa lebih tepatnya kami pernah satu komplek tapi dia sudah pindah duluan ke Incheon."

"Pantas saja appa tahu dan memperbolehkanku menginap dengan Seulgi oppa."

"Ya Seulgi tinggal tanggung jawab saja."

Tiba-tiba wajah Seulgi menjadi pucat pasi ketika mengerti apa maksud dari pembicaraan appa Irene. Dia sudah melakukannya dengan Irene dan menyemburkan sperm nya.

"Tenang appa sudah merestui kalian." ujar Jaejoong appa dari Irene. Menepuk bahu Seulgi pelan dan meninggalkan mereka berduaan.

Seulgi memegang dadanya, bukan karena sakit tapi karena detak jantungnya tidak beraturan antara senang dan kaget menjadi satu.

"Waeyo?"

"Aniyo. Bagaimana bisa appa mu merestui kita berdua padahal satu tahun pacaran saja belum, lalu aku juga tidak pernah bertemu appa mu dan bagaiman aku harus bersikap atau berbicara tentang kita."






End.

Multi Shoot & Oneshoot [SEULRENE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang