"Cuaca musim gugur ini enak sekali. Aku jadi ingin Pergi ke Gunung Jiri dengan cuaca seperti ini." Daniel membalikkan badan dan memandang ke arah langit.
"Benar. Kau dulu angota klub pendaki gunung di kampus, kan?, Sekarang juga sering mendaki gunung?"
"Tidak, aku tidak punya waktu. Oh ya, ngomong-ngomong tentang Dokter Choi, dia sedang apa di Jerman sekarang?"
Di langit terlihat awan putih yang memanjang seperti garis, menyerupai jejak sebuah pesawat jet.
"Pasti sedang mengurusi bayi-bayi yang baru lahir di Jerman." Sejeong mengikuti Daniel menyandarkan lengannya di pagar teras dan memandang langit. Wajahnya terlihat bosan. la lalu menegakkan badannya yang tadi bersandar di pagar itu.
"Aku harus pergi melihat pasien yang dulu dititipkan oleh Dokter Choi."
"Masih ada pasien?" Daniel pun ikut menegakkan tubuhnya.
"Ya." Sejeong lalu berjalan menuju Pintu teras.
Daniel dan Seojeong berjalan beriringan di koridor rumah sakit itu. Daniel melirik sekilas ke arah wajah Sejeong yang sejajar dengan pundaknya, kemudian merentangkan tangannya di belakang punggung dan memegang sebelah tangan Sejeong yang jauh dari dirinya.
Sejeong yang terkejut kemudian menatap punggung tangan Daniel yang memegang tangannya memukulnya pelan. Kemudian ia menoleh pada Daniel dan tertawa.
''Kemarin ibumu menyuruhku untuk main ke rumah. Kau sudah cerita tentang aku?"
Wajah Daniel yang tadinya penuh canda mendadak menjadi serius. Hubungannya dengan Sejeong masih terbilang baru, namun pasti ibunya sudah diam-diam mulai memperhatikan Sejeong. Tidak salah lagi. Ia tidak ingin hubungannya dengan Sejeong berubah menjadi hubungan yang kaku, hubungan yang terlalu diarahkan oleh kemauan ibunya. Ia ingin memiliki hubungan yang normal dan wajar dengan Sejeong tanpa ada campur tangan ibunya.
"Aku kan sudah kenal denganmu sejak kuliah, ibuku bilang kau ini cantik. Sudahlah, tidak perlu terlalu dipikirkan. Paling dia hanya iseng saja."
Kalau sudah membicarakan tentang ibunya, nada suaranya mendadak dingin. Daniel selalu merasa tidak nyaman. Mendengar sebutan 'ibu' saja bisa membuat darahnya terasa dingin. Ia tidak ingin terlihat tidak nyaman seperti ini, tetapi sepertinya itu sulit.
"Wah, berarti aku sudah diperhatikan oleh ibumu ya? dan harus lebih menjaga sikap?"
Sejeong membuka matanya lebar dan memasang senyum dengan gaya imut andalannya. Seolah memahami raut wajah Daniel yang murung, ia kemudian menepuk-nepuk pundak Daniel. Ia lantas mengedipkan mata kepada Daniel sembari membuka pintu ruang praktiknya. Itulah sebabnya Daniel suka dan merasa nyaman dengan wanita ini. Sewaktu kuliah, ketika Daniel tanpa sadar bercerita tentang dirinya sendiri pada Sejeong, wanita itu menanggapinya dengan santai dan tenang. Ia dapat merasakan sosok seorang ibu dari diri wanita itu.
"Ya, begitulah." Daniel tersenyum pada Sejeong.
Sejeong melemparkan seulas senyum hangat pada Daniel kemudian memasuki ruang praktiknya.
Begitu wanita itu menutup pintu ruangannya, Daniel berjalan beberapa langkah menuju ruang praktiknya yang berada di sebelah ruang praktik Sejeong. Tiba- tiba, dari pintu darurat di ujung koridor itu, kembali terdengar suara seseorang.
"Aku tidak akan menghapusnya!"
Suaranya terdengar tinggi dan melengking seolah seperti orang yang tersambar listrik tegangan tinggi. Rupanya ada seorang lagi yang menjadi korban keganasan pria dominan. Daniel memandang pemuda yang sibuk berbicara di telepon itu dengan tatapan prihatin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cheeky Romance (NielWink)
RomansaPemuda berparas manis yang tingkahnya tidak terduga, "si ibu hamil nasional" vs Pria yang selalu dianggap sempurna, "si dokter nasional" Original novel by Kim Eun Jeong www.penerbitharu.com