Comfort

830 87 7
                                        

Jihoon duduk termenung selama beberapa saat, akibatnya ia terlambat pergi ke rumah sakit. Setelah bangun dengan panik dan memakai baju seadanya, ia memasukkan sikat gigi ke kantongnya dan meninggalkan rumah bahkan tanpa sempat cuci muka terlebih dahulu. Setibanya di rumah sakit, ia segera mengikat sepedanya di tempat parkir dan bergegas masuk ke rumah sakit. Tiba-tiba telepon genggamnya berbunyi. PD Nam yang meneleponnya. Begitu menutup teleponnya, Jihoon segera berlari menuju ruang bersalin dengan panik.

Jauh di depannya, ia melihat Eunsang sedang merekam gambar sambil berlari mengejar sebuah ranjang pasien yang melaju dengan ibu hamil yang sedang berteriak kesakitan di atasnya. Jihoon segera mempercepat langkahnya mengejar Eunsang.

"Ibu ini akan segera melahirkan...!"

Eunsang memandang Jihoon dengan wajah terkejut. Ada apa dengannya, tumben ia terlihat sepanik itu.

"Kenapa kau tidak mengambil gambarnya?" Begitu Jihoon berkata seperti itu, Eunsang kembali fokus dengan kameranya. Jihoon berlari mengikuti ranjang pasien itu. Badannya basah oleh keringat, sama seperti ibu yang akan melahirkan itu.

"Lho??"

Hyunwoo yang tadinya memandang ibu itu dengan khawatir kini berganti memandang Jihoon sambil membelalakkan matanya. Ada apa dengan para pria ini sih? Jihoon balas memandangnya dengan heran sambil tetap berlari. Sebelum Hyunwoo sempat berkata apa-apa, ibu hamil yang kesakitan itu menjulurkan tangannya dan menarik rambut Jihoon.

"Aaaggghhh!" Jihoon berteriak kesakitan.

"Ibu tarik rambut suami ibu, dong!" Jihoon menatap ibu hamil yang menjambak rambutnya itu dengan sebal. Kemudian, ia melihat suami ibu hamil itu yang ikut berlari di samping ranjang. Kepalanya botak. Suaminya itu meminta maaf dengan menganggukkan kepalanya pelan pada Jihoon. Untung saja ibu ini mau melahirkan, jadi Jihoon bisa bersabar.

"Kapan selesainya ini? Rambutku rasanya hampir rontok semua."

Selesai syuting, Jihoon keluar dari ruang bersalin sambil meluruskan rambutnya yang kusut.

"Sekarang kan banyak wig yang bagus di toko." Eunsang bergumam dan terkikik geli sambil menatap wajah Jihoon.

"Kenapa? Apa ada yang aneh di wajahku?" Jihoon memegang wajahnya sendiri.

"Ya." Eunsang tetap tertawa geli sambil menunjuk ke garis di hidung Jihoon.

"Apa itu? Kelihatannya bukan seperti ingus. Kau memelihara cacing di lubang hidungmu ya? Oh! Kau habis makan spageti, ya?"

"Cacing? Spageti? Kau ini bicara apa, sih?" Jihoon menatapnya heran sambil celingukan mencari cermin. Kemudian ia melihat Daniel yang datang dari arah yang berlawanan. Badannya terlihat lesu karena kelelahan dan wajahnya terlihat pucat. Daniel kemudian mengangkat kepalanya melihat Jihoon dan ia melompat karena terkejut.

"Kenapa kau seperti itu?"

Kali ini, ia tidak langsung berteriak seperti biasanya dan malah menutupi wajah Jihoon dengan badannya dan berbisik padanya.

"Ada apa?"

Jihoon yang tidak mengerti apa-apa menyentuh wajahnya dan melihat ke sekelilingnya. Barulah ia menyadari semakin banyak orang yang terkikik geli melihatnya. Bahkan para staf pun tertawa diam-diam dan menghilang ke ruang rapat.

"Kau tidak cuci muka?" Daniel bertanya dengan panik.

"Belum. Ah iya, sikat gigi." Jihoon memasukkan tangannya ke saku, mengecek apakah sikat giginya masih ada atau tidak.

"Aku sudah gila rasanya." Daniel berkata dengan panik mengusap-usap wajahnya.

"Memangnya ada apa?"

Cheeky Romance (NielWink)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang