Reason

856 82 5
                                    

Daniel naik ke dalam mobil setelah menelepon Hyunwoo dan menyuruhnya mengantar Kihyun sampai ke rumah. Jihoon duduk dengan kaku di sebelah kursi pengemudi di mobil Daniel. la ingin berkata kalau ia bukan seorang yang gampangan. Di dalam mobil, Daniel menoleh pada Jihoon dan tersenyum. Namun, Jihoon tidak ingin tersenyum. Ada satu hal yang ingin ia bicarakan.

"Dokter Kim?"

Ia tidak bisa tidak bertanya tentang perempuan itu. Daniel terlihat panik dan mulai menggaruk-garuk kepalanya dengan canggung. Kebiasaan yang sangat lucu, tidak sesuai dengan citranya sebagai dokter yang berwibawa.

"Entah bagaimana menurutmu... apa terdengar seperti alasan semata kalau aku berkata bahwa hubunganku dengan Dokter Kim itu tidak terlalu dalam? Memang aku pernah menyukainya, tapi kami juga tidak pernah membicarakan mengenai bagaimana jadinya hubungan itu. Aku kan pernah menceritakannya padamu. Lalu, sekarang aku sedang panik karena lama-lama yang terlihat sebagai seseorang yang special adalah kau, bukan Dokter Kim. Aku tahu ucapanku ini terdengar seperti laporan yang bertele-tele, tapi aku yakin, aku tidak ada apa-apa dengan Dokter Kim."

"Bukan karena masalah Dokter Kim waku itu?

"Bukan begitu. Aku hanya tidak ingin menjadi orang yang tidak bertanggung jawab seperti itu. Saat itu, aku membelanya sebagai sesama dokter, bukan karena urusan pribadi. Saat itu, aku ingin mengatakan ini padamu, tapi aku tidak bisa. Aku terlalu canggung. Aku tidak bisa mengabaikan masalah itu karena hal itu bisa saja terjadi padaku. Saat itu pun, hatiku ini tertuju padamu dan sekarang aku hanya ingin meyakinkan hal ini."

Jihoon rasanya hampir gila karena ingin memeluk pria yang telah menyatakan isi hatinya dengan jujur pada dirinya. Namun ia bersabar. Meskipun sampai saat Ini, tidak mungkin sikapnya ini tidak terbaca oleh Daniel.

"Tetapi, tetap saja hubungan kalian belum tuntas. Iya, kan?"

"Entahlah.... tapi akan segera kubereskan."

Daniel kembali menggaruk-garuk kepalanya dengan wajah bersalah dan tersenyum sambil menyalakan mesin mobilnya. Jadi, ini kesimpulannya? Rasanya ada sesuatu yang kurang?

Jihoon meminta Daniel untuk mengantarnya ke rumah sakit. Jihoon yang suasana hatinya tidak keruan itu berjalan ke kamar Hyeongjun untuk menengok bayinya. Kemudian, ia melihat ayahnya yang berdiri di depan pintu kamar Hyeongjun dengan mata berkaca-kaca. Ayahnya tengah menatap nenek yang memanggil-manggil 'si manis' pada bayi itu dan tersenyum senang.

"Ayah, kenapa menangis?" Jihoon terkejut dan segera menghampiri ayahnya.

"Siapa yang menangis." Ayahnya buru-buru memalingkan wajahnya dan menghapus air matanya. Jihoon melongok ke dalam kamar Hyeongjun. Bibi dan Hyeongjun terlihat sedang tertawa senang melihat nenek asyik bermain dengan bayi itu.

"Ayah, 'si manis' itu... benar-benar julukan seseorang ya? Bukan nama sapi atau binatang peliharaan lainnya."

Ayahnya sepertinya terkejut mendengar pertanyaan Jihoon yang mendadak itu. Ia hanya terdiam dan tidak berkata apa-apa

"Benar julukan seseorang? Siapa? Yang pasti bukan bibi. Jangan-jangan aku?"

Jihoon mengernyitkan dahinya mendengar nama yang agak kampungan itu. Ayahnya hanya membalikkan badan dengan tatapan kosong. Jihoon terdiam sejenak melihat ayahnya itu lalu berjalan mengikutinya.

Jihoon dan ayahnya duduk berhadapan di sebuah tempat minum makkeolli yang terletak cukup jauh dari rumah sakit. Jihoon memesan phajeon dan makkeoli karena ayahnya tidak mengucapkan sepatah kata pun sejak mereka keluar dari rumah sakit tadi. Kemudian, Jihoon menuangkan makkeolli ke mangkuk ayahnya. Ayahnya langsung meminum habis makkeolli itu tanpa berkata apa-apa.

Cheeky Romance (NielWink)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang