Love is

940 96 13
                                    


Sore harinya, Jihoon tidak sengaja berpapasan dengan Sejeong. Meskipun ia tidak berharap banyak, tapi sorotan mata wanita itu terlihat lebih dingin daripada sebelumnya.

"Dokter sudah merasa lebih baik?" Jihoon bertanya pada Sejeong dengan hati-hati.

"Jadi, sekarang kau peduli dengan perasaanku?" Nada bicaranya sedingin tatapan matanya.

"Kupikir Dokter akan menyalahkanku. Gara-gara..."

"Iya, aku menyalahkanmu. Kalau saja kau tidak ada saat kejadian itu, mungkin aku tidak perlu khawatir apakah masalah ini akan tersebar luas atau tidak. Tapi, mau bagaimana lagi? Kudengar kau sudah memilih adegan yang bagus untukku ya? Hebat sekali kau bisa berinisiatif seperti itu. Kau mau membuatku terkenal melalui acara dokumenter itu?" Sejeong menjawab dengan sinis. Meskipun ia tidak berharap mendapat ucapan terima kasih, tapi sepertinya ucapannya barusan itu terlalu berlebihan.

"Toh awal mula dan penyebab kejadian ini juga diriku sendiri. Jelas semua kesalahanku."

Jihoon merasa kata 'kesalahan' itu sepertinya termasuk membiarkan Jihoon dan timnya berada di ruangan itu saat operasi berlangsung.

"Pagi itu... jadi dokter tidak sungguh-sungguh?" Tanpa sadar, Jihoon bertanya dengan tatapan tajam pada Sejeong.

"Tentu saja aku sungguh-sungguh, kepada orang-orang itu."

Kepada orang-orang itu....?

"Menurut dokter, ini semua kesalahanku? Kalau begitu, kenapa dokter tidak mengatakan hal ini langsung padaku?"

"Iya. Tapi toh masalahnya sudah seperti ini, aku malas bicara macam-macam lagi. Apalagi denganmu."

Kenapa orang ini kekanak-kanakan sekali seperti ini? Dia masih pakai seragam TK ya, dibalik bajunya itu?

"Dokter ingin aku meminta maaf?"

"Kau mau minta maaf?"

Sejeong menatap Jihoon tajam. Jihoon balas menatapnya, tanpa berkedip sedikit pun.

"Tentang apa lebih tepatnya? Karena aku tidak berniat menyembunyikan masalah ini? Atau Karena aku akan memasukkannya ke acara dokumenter itu? Kupikir dokter sudah mendengar mengenai hal ini dari atasan dokter. Karena bukan aku yang memutuskan hal ini. Dokter ingin mendengar alasan pribadiku? Saat aku menyapa dokter, dokter yang lebih dulu bersikap dingin padaku. Padahal aku bukannya memasukkan masalah ini ke acara itu supaya dokter menderita atau apa pun itu. Makanya, sebenarnya aku merasa diperlakukan tidak adil di sini."

Mendengar Jihoon yang berbicara tanpa henti, Sejeong hanya tertawa pelan seolah tidak percaya.

"Kau jangan merasa bisa mengalahkanku hanya karena kau tahu kesalahanku."

"Apa?"

Respons yang sangat tidak masuk akal.

"Sebenarnya aku tidak suka denganmu dan semua ini sejak pertama kali kau datang. Aku tahu kalau ini sangat subjektif. Tapi, sebaiknya tidak usah berusaha menghiburku, atau sok akrab denganku seperti ini."

Keterlaluan sekali orang ini. Jihoon tertawa sinis.

"Dokter lupa? dari awal juga aku sama sekali tidak senang dengan semua dokter yang ada di rumah sakit ini. Dan dokter yang dulu menyuruhku untuk mencoba memahami situasi ini. Dokter saja bisa mengulurkan tangan terlebih dulu padaku, sekarang aku tidak boleh melakukan hal yang sama? Dokter merasa terhina dengan bantuanku ini?"

Bibir Sejeong yang terkatup rapat bergetar. Rupanya ia benar-benar merasa harga dirinya jatuh dengan kejadian tadi pagi. la mengaku salah, tetapi tidak terima kalau harga dirinya jatuh. Jihoon memang sudah menduga hal itu, tetapi rasanya sulit percaya bahwa Sejeong akan menunjukkan hal ini di hadapannya. Payah. Untung Jihoon tidak merasa kecewa dengan orang-orang ini. Apa Sejeong merasa harga dirinya sebagai seorang dokter benar-benar hancur? Padahal, sepertinya Daniel memandang wanita ini dengan kagum tadi pagi.

Cheeky Romance (NielWink)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang