Unconsciously

729 79 5
                                    

"Daniel?"

Terdengar suara Sejeong. Jihoon panik dan segera menoleh ke belakang. Daniel pun sama terkejutnya. Sejeong berjalan masuk ke cafe itu dengan wajah heran.

"Kau sedang apa?" Daniel bertanya padanya dengan gugup.

"Tadi kan kau bilang ada acara satu tahunan pasienmu di sekitar sini. Aku merasa tidak enak karena tidak jadi menemanimu, jadi aku datang ke sini. Aku lihat ada mobilmu di depan, jadi aku masuk. Tapi.."

Sejeong tidak melanjutkan ucapannya dan menatap Jihoon dari atas ke bawah. Barulah Jihoon sadar akan penampilannya saat itu. Kaus dan celana jins. Jauh berbeda dengan Daniel yang mengenakan setelan jas mahal. Kenapa ia baru sadar sekarang, sesal Jihoon. la tiba-tiba merasa malu karena berpura-pura menjadi kekasih Daniel di acara tadi dengan pakaian seperti ini. Sementara Sejeong mengenakan setelan rapi dan elegan yang membuatnya jauh lebih pantas disandingkan dengan Daniel. Seketika itu, Jihoon kembali tersadar bahwa ia hanya datang sebagai pengganti wanita ini, bahwa ia berasal dari dunia yang berbeda dari mereka dan hal ini membuatnya sakit hati.

Daniel berdiri dengan canggung di antara Sejeong dan Jihoon, tidak tahu harus berbuat apa.

"Tadinya aku khawatir kalau kau pergi seorang diri, tapi syukurlah ada orang yang menemanimu. Sebagai ucapan terima kasih, biar aku yang traktir minumannya. Oke?"

Sejeong mengeluarkan dompetnya dan berjalan di sela-sela Daniel dan Jihoon menuju kasir. Dompetnya pun terlihat elegan. Jihoon yang berada di depan papan menu dan memegang dompetnya yang sudah lama merasa malu dan segera menutupi dompetnya dengan tangan.

"Biar aku yang bayar. Karena tadi aku sudah makan buffet gratis." Jihoon berkata dengan ragu-ragu. Kemudian ia menyesali lagi ucapannya yang terlalu jujur itu.

"Tidak apa-apa. Gaji reporter kan juga tidak seberapa. Biar aku yang bayar, sebagai rasa terima kasih."

Kenapa perempuan ini yang merasa berterima kasih? Jihoon yang merasa diremehkan benar-benar merasa sakit hati karena sindirannya itu. Keterlaluan juga perempuan ini.

"Daniel minum green tea latte, kalau Jihoon? Kopi atau apa?"

Begitu Sejeong bertanya pada Jihoon, Daniel segera menyahut, "Tidak, dia minum grain latte."

"Ya?"

Sejeong dan Jihoon menatap Daniel bersamaan. Kenapa dia yang menentukan minumanku? benar-benar tidak habis pikir pada pria yang memintanya datang untuk menggantikan Sejeong itu. Sementara itu, Sejeong memandang Daniel dengan tatapan "kenapa kau yang memesankan minuman untuknya?". Benar-benar situasi yang kritis bagi Daniel dan dirinya sendiri, pikir Jihoon.

"Ah, dia ini sering sem.."

"Ah, aku memang sering sem."

Ya Tuhan. Kenapa mereka mengatakan alasan yang sama dan bersamaan seperti ini? Daniel dan Jihoon saling bertatapan tidak percaya?

"Kau sampai tahu kalau Jihoon ini... sering sembelit?" Sejeong tersenyum geli. Namun, Jihoon langsung tahu kalau senyum itu adalah senyum cemburu seorang wanita.

"lya, dia ini kan memang sering membuat masalah di rumah sakit.Hahaha!"

Apa pria ini mau membeberkan seluruh aibnya di tengah cafe yang termasuk ramai di tengah Gang Nam ini? Jihoon mulai merasakan keringat dingin mengalir di pipinya.

"Oh ya, awal pertemuan kalian tidak cukup baik, kan? Aku hampir lupa."

Sejeong lalu membuka dompetnya dengan wajah "aku tidak perlu mengkhawatirkan kalian, kan?". Lalu dengan baik hati Sejeong memesankan double grain latte untuk Jihoon. Akhirnya, Jihoon keluar dari cafe itu sambil membawa gelas double grain lattenya yang besar seperti keranjang es krim. Sejeong menyamakan langkah kakinya dengan Daniel, sementara Jihoon berjalan satu langkah di belakang mereka.

Cheeky Romance (NielWink)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang