Again?

1K 98 27
                                    

Gaisss, kalau ada typo nama di chapter ini tolong comment ya 😣



Jihoon berjalan menuju rumahnya. Kini, topi dan masker merupakan perlengkapan wajibnya jika bepergian dengan bus. la senang karena bisa mendapat duduk, tetapi terkadang kesal juga dengan orang-orang yang berkata macam-macam tentang perutnya. Entah mengapa orang-orang itu senang sekali ikut campur urusan pribadinya.

Sesampainya di rumah, ia melihat bibinya sedang mondar-mandir dengan khawatir.

"Bibi kenapa?"

"Nenek menghilang lagi. Kemarin dia pergi ke kantor polisi, tapi hari ini dia tidak ada di sana."

Bibi terus berjalan ke sana-kemari dengan cemas sambil mengawasi di depan rumah.

"Lagi?"

Bibi juga tidak bisa disalahkan. Nenek memang cepat sekali menghilang dari rumah kalau tidak diawasi sebentar saja. Selama ini, Bibi pun tinggal di rumah saja, tidak bisa menikmati waktu untuk dirinya sendiri karena mengurus nenek yang sudah pikun.

"Hangyul sedang pergi mencari nenek."

"Kalau begitu, bibi tenang saja. Pasti mereka segera datang. Hangyul kan sangat ahli mencari nenek."

Meskipun adiknya itu terkenal nakal dan suka membuat ulah di lingkungan mereka, untuk urusan Nenek, ia termasuk anak yang bisa diandalkan. la tidak suka jika ada orang yang mengatakan neneknya adalah orang gila. Apalagi kalau ada yang berani mengolok-olok Nenek, ia tidak segan-segan mengancam orang itu atau menghajarnya, saking sayang dan pedulinya ia pada nenek. Bisa dikatakan, itulah satu-satunya kelebihan yang dimiliki oleh anak bengal itu.

Tiba-tiba pintu rumah terbuka dan Hangyul yang mandi keringat masuk dengan menggendong nenek yang tertidur.

"Ibu, ibu!" Bibi segera menghampiri nenek yang tertidur di punggung Hangyul.

"Ah, aku lelah sekali, cepat buka selimut nenek!" Hangyul berteriak dengan nada kelelahan pada bibi.

"Oh, iya, iya."

Bibi segera ke kamar dan menyiapkan tempat tidur untuk nenek. Tangan nenek yang sedang tidur memegang es krim yang sudah meleleh dan menetes-netes, meninggalkan bekas dengan warna yang sama di baju di pundak Hangyul.

''Aduh, apa ini?"

Bibi berusaha melepaskan plastik es krim itu dari tangan nenek. Namun rupanya Nenek tetap menggenggam erat plastik es krim itu sambil tidur.

''Pasti dia bilang es krim ini dari 'si manis'."

Bibi mendecakkan lidahnya. Kemudian, ia menoleh ke arah pundak Hangyul. ''Kau tidak apa-apa?"

Barulah Hangyul menoleh ke arah bajunya yang basah dan menepisnya santai.

''Tidak apa-apa, tinggal ganti baju saja. Memangnya siapa sih 'si manis' yang suka dibicarakan nenek itu?" Hangyul bertanya dengan kesal. Bibi menoleh ke arah nenek yang tertidur lalu menghela napas.

''Kuberitahu juga kau tidak tahu. Dia itu perempuan yang membawa kabur harta warisan rumah ini, atau yang memiliki hutang dengan rumah gubuk ini."

"Aku pikir nama sapi peliharaan. Bibi tidak pernah kehilangan sapi?" Hangyul memiringkan kepalanya dengan heran.

"Waktu aku kecil, keluarga ini hidup makmur. Kehilangan sapi saja tidak masalah." Bibi kembali menghela napas panjang.

"sudahlah, jangan bicara yang aneh-aneh."

Hangyul segera bangun dan meninggalkan bibinya.

"Sewaktu aku kecil, kita bahkan tidak tahu kalau punya sapi. Karena semuanya sudah diurus oleh para pembantu. Sungguh. Memakai pakaian sutera, makan daging setiap hari," ucapan bibi itu semuanya terdengar seperti mimpi.

Cheeky Romance (NielWink)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang