Different

1K 100 10
                                    

Larut malam, Jihoon duduk di depan sebuah mini market. Kihyun yang hanya memakai sandal jepit duduk di hadapannya dan meletakkan bir, cumi kering, dan jus di hadapan mereka.

Ckrek

"Minum."

Kihyun menyodorkan kaleng bir yang sudah ia buka. Jihoon mengucapkan "thank you" dengan lemas dan segera menenggak bir itu. Trak! Jihoon lalu meletakkan kaleng birnya di atas meja dan menyeka mulutnya. Hatinya sedikit lebih lega setelah meminum bir itu dan semangatnya mulai muncul.

"Masa diusiaku ini, aku punya jam malam? Dasar dokter gila, lihat saja akan kuhancurkan!"

Jihoon menggenggam cumi kering yang sudah disobek tipis-tipis yang disusun di atas meja oleh Kihyun dengan tangan bergetar.

"Seharusnya aku juga melihat tayangan itu. Sayang sekali kemarin aku ada deadline. Bisa lihat di youtube, tidak?"

Kihyun kembali menyobek-nyobek cumi kering dan meletakkannya di atas meja sambal merasa menyesal karena tidak melihat tayangan acara itu.

"Kalau kau download, beritahu aku ya. Aku juga ingin mengoleksinya." Jihoon berkata dengan lemas karena sudah berteriak-teriak seharian.

"Jadi, sekarang kau sudah mulai tidak peduli lagi? Tidak peduli apa kata orang? Mau koleksi juga?"

"Masih banyak jalan yang harus kulewati di hidupku ini. Fokusku adalah apa yang ada di hadapanku saat ini, sementara hal-hal yang lainnya rasanya ingin kubuang jauh-jauh saja ke luar angkasa. Fiuh.."

Jihoon mendadak merasa menua. Ia menggigit cumi keringnya dengan susah payah. Kemudian, seolah terlintas di pikirannya, ia menatap Kihyun lalu menatap perut Kihyun.

"Anak itu, bisa saja menjadi anak yang sangat tidak sabaran. Atau anak yang mudah emosi."

Ia tidak bisa berkata secara langsung bahwa dokter gila itu mungkin saja salah satu dokter yang menjadi donor sperma atas anak yang dikandunng Kihyun saat ini.

"Kenapa? Kau sekarang punya kekuatan sakti, ya? Bisa melihat hal-hal seperti itu?"

Kihyun mengelus perutnya dan mendekat pada Jihoon dengan mata bersinar-sinar.

"Iya, iya, kelihatan semuanya."

Jihoon yang merasa lelah secara fisik dan mental menghela napas lalu perlahan memejamkan matanya. Seketika itu juga, Kihyun menggenggam tangannya erat-erat dan bertanya, "Anak laki-laki atau perempuan?"

Hah, apa-apaan dia ini. Jihoon tak mengacuhkan pertanyaan itu. Ia baru saja hendak menghela napasnya ketika tiba-tiba seseorang datang dan mengambil bir yang ada di hadapannya.

"Hyung! Ibu hamil kan tidak boleh minum bir!"

Ternyata yang datang adalah Dohyon, junior adiknya, Hangyul semasa SMA dulu. Jihoon mengerutkan keningnya dan mendongak menatap Dohyon. Kebetulan aku sedang kesal, apa kupukul saja anak ini? Tetapi, malas juga rasanya melakukan hal itu.

"Kau juga lihat? Memangnya kau tidak belajar saat itu? Tidak mungkin kan sekolah memutar acara itu saat jam pelajaran sekolah."

Jihoon semakin memerosotkan dirinya di sandaran kursinya dan menatap Dohyon. Dohyon hanya menghela napas panjang.

"Kurikulum pendidikan di Korea ini sepertinya belum cukup untuk memuaskan rasa ingin tahuku. Aku masih lapar dengan ilmu-ilmu yang lain, hyung."

Dari mana anak ini mendengar ucapan seperti tu. Dohyon mengelus-elus perutnya dan menatap Jihoon dengan tatapan anak kecil yang kelaparan. Kemudian ia meminum bir milik Jihoon.

Cheeky Romance (NielWink)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang