Conversation

378 47 15
                                        

Update lagi. Maaf kelamaan hehe. Vote dulu sebelum baca, ya. Khamsahamnida... 😍😍

"JOTA!" Astaga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"JOTA!" Astaga. Apa yang dilakukan istriku di luar sana sampai harus berteriak memanggilku seperti itu?

Mari biarkan Ivy berteriak dan lebih baik aku melanjutkan kegiatan mandiku. Aku punya banyak hal yang harus dilakukan saat mandi.

"JOTA!" Baiklah. Lagi-lagi Ivy memanggilku tak sabaran.

Apa sebaiknya aku keluar tanpa menggunakan baju dan hanya menutupi bagian bawah tubuhku dengan handuk? Ide bagus namun menggelikan.

Lagipun, Ivy sudah sering melihatku shirtless. Dia terlihat terpesona pada awalnya. Tapi akhir-akhir ini, dia semakin biasa saja. Sepertinya aku terlalu sering menunjukkan dada bidangku padanya.

Mungkin aku akan melakukannya lagi lain kali.

"JOTA!"

"Gue mandi, Ivy. Jangan teriak-teriak mulu." Aku mulai sedikit kesal dengan panggilannya yang membuatku ingin segera menyudahi segala ritual mandiku.

Memangnya ada apa? Apa dia sudah merindukanku? Aku dan dia baru berpisah satu malam ini. Kenapa dia begitu senang memanggilku dengan nada seolah ingin selalu aku temani?

Oh, baiklah. Akan aku ralat. segala yang aku ucapkan di atas barusan sebenar-benarnya keinginanku. Harapan yang aku bayangkan terjadi pada Ivy. Merindukanku.

Satu minggu ini aku dan dia selalu bekerja bersama. Seperti yang sudah aku duga, banyak media ingin mengetahui banyak hal tentang pernikahanku dan Ivy.

Aku tidak tau kenapa mbak Remi menerima semua tawaran pekerjaan yang mengundang aku dan Ivy. Sedang aku tau pasti, Ivy jelas sudah protes karena terlalu seringnya aku dan dia bekerja bersama.

Sebagai pekerja bebas, aku tidak memiliki kenalan khusus yang kujadikan sebagai menejer seperti Ivy mempekerjakan mbak Remi.

Jadi setiap ada kerjaan, Mbak Remi lah yang mengatur dan menghubungiku sambil mengirimi jadwal kapan dan di mana pekerjaan itu akan dilakukan.

Aku bisa mengatur jadwalku sendiri. Jika ada hal mendesak, Langit tetap menjadi orang yang paling bisa aku andalkan. Dan selama ini, pekerjaanku tidak pernah terganggu dengan jadwal bersama Ivy.

Ah, tunggu dulu! Aku baru ingat kenapa Ivy terus berteriak memanggil setelah keluar dari kamar mandi dan melihat jam dinding.

Ivy pasti sudah kelaparan. Aku bangun kesiangan karena kembali tertidur setelah sholat subuh. Dan sekarang sudah hampir jam delapan.

Aku harus segera keluar untuk membuatkan sarapan Ivy.

***

Benar saja. Ivy dengan lahap menyantap daging belut yang sudah matang di panggangan. Dia benar-benar terlihat lapar.

IVY (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang