Mengobati kerinduan. Double up, ya. Votenya jangan ketinggalan, ya... Danke 😍
Aku menghempaskan napas kuat sambil memijit ujung hidungku sekilas. Kulihat meja yang sekarang di keliling oleh orang-orang yang sangat aku kenali.
Bang Delaney dan mas Dante duduk di bersebelahan di seberangku. Sedang Ivy yang sekarang sedang menatap bergantian kedua kembaranku itu duduk dengan sedikit tegang di sampingku.
"Truth or dare?"
Astaga, haruskah ini terus berlanjut? Kenapa istriku malah duduk bersama aku dan kedua kembaranku jika dia sebenarnya bisa pergi begitu saja tanpa harus merasa tidak enak.
Tapi Ivy adalah istriku yang keras kepala. Dia tidak ingin kalah. Dan terus merasa tertantang jika merasa sedikit saja terusik.
Dan entah kenapa, bahkan sebelum menjadi istriku, aura permusuhan antara Mas Dan, Bang Delan dan Ivy benar-benar terasa jelas.
Sebenarnya mereka jarang bertemu. Pun jika bertemu, mereka juga tidak terlalu sering bercakap. Ivy jelas lebih sering berkumpul dengan Mama dan kedua iparku.
Tapi seperti yang sudah aku katakan, jika sudah bertemu, mereka tidak menyembunyikan bahwa ada percikan rasa tidak suka dari mereka bertiga.
Ini jelas tidak adil. Mas Dante dan bang Delan bersekutu, mereka berdua dan melawan istriku yang jelas seorang wanita.
Aku harus menghentikan ketidakadilan ini dengan menjadi sekutu bagi Ivy.
Tapi sungguh, aku tidak tau harus memulai dari mana sekarang sedang mereka bertiga seolah tak mempedulikan kehadiranku di sini.
"Lemme tell you, what you have to do if you choose dare. You have to kiss your husband." Mas Dante tersenyum tipis di sana.
Dan aku tidak tau akan sejauh mana permainan bocah ini akan dilanjutkan oleh kedua kembaranku ini.
Sungguh, Ivy tak harus memilih antara truth atau dare. Dia hanya perlu mencari alasan untuk segera pergi dan tidak lagi mencoba menghadapi kedua kembaranku yang sebenarnya sudah tidak waras itu.
"Truth!"
Belum sempat aku membuka mulut untuk menghentikan permainan ini dengan segera, Ivy malah dengan mantapnya menjawab tanya mas Dante sebelumnya.
Kutoleh Ivy yang ternyata sudah melihatku lebih dulu. Kutampilkan kerutan kecil di dahi dengan mata yang sedikit menyipit.
Istriku, kamu sudah terjebak. Dan ini jelas tidak akan berakhir baik. Andai Ivy mendengar batinku.
"She only avoid to kiss you. Poor you are, De." Kedua kembaranku memang paling hebat dalam memprovokasi.
Bagaimana mungkin mereka bisa bekerjasama dengan baik meski tanpa ada rancangan rencana apa pun? Atau, mereka memang sudah merencanakan ini semua?
KAMU SEDANG MEMBACA
IVY (Sudah Terbit)
RomansaKisahku dan Ivy. Kisah dari aku Declan Alva Reuven, yang tidak Ivy tau. Mari dengarkan, mari ikuti. Akan aku ceritakan sebaik mungkin.