Double up nih, Vote sama komennya jangan lupa, ya 🤗. Danke 😇
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Lo sampe kapan deh mau di rumah gue terus, De? Males gue ada lo, ribet banget sama kebersihan kamar gue. Lebih parah dari Momma lo mah."
Itu adalah keluhan yang kesekian dari Langit dihari ketigaku berada di rumahnya.
Aku hanya diam dan masih berbaring tanpa peduli dengan dia yang masih mengomel sambil membereskan beberapa barang di kamarnya setelah aku suruh.
Sekali lagi, aku tidak gila kebersihan. Aku hanya tidak suka dengan barang-barang yang tidak diletakkan pada tempatnya.
Langit terlalu berlebihan mengomel. Lagipula, teganya dia berkata seperti itu pada saudara yang sedang menginap di rumahnya.
"Baru juga tiga hari gue nginep, Lang. Segitu gak maunya lo ditumpangi sodara sendiri." Kulirik dia yang mendengus.
"Terserah ya lo mau ngomong apa. Tapi ini masalahnya, lo itu bukan tunawisma yang gak punya tempat tinggal. Rumah gede tiga lantai, apartemen juga gak kalah luas. Dan yang paling aneh, lo itu punya bini. Masih juga ngerecokin ke rumah gue."
Langit memang akan seperti emak-emak jika sudah mengomel.
Tapi kali ini dia benar. Kenapa aku malah membuat repot saudaraku saat aku bisa bersembunyi di tempat tinggalku sendiri?
Aku masih belum bisa bersikap Ivy karena kejadian dua minggu lalu. Jika aku masih berada di rumah, kemungkinan bertemu dengan Ivy sangatlah besar.
Apartemen? Entah kenapa aku juga berpikir Ivy akan mengunjungi apartemen karena ingin menghindariku.
Sebenarnya, aku dan dia sangat terlihat jika saling menghindar. Tapi itulah yang membuat semuanya menjadi semakin buruk.
Jika ada masalah dan tidak ada komunikasi, maka masalah itu akan semakin bertambah besar. Dan sekarang, aku pun Ivy sedang melakukan perbesaran masalah itu.
Dua minggu ini, aku memang tidak menginjakkan kaki di rumahku dan Ivy.
Beberapa hari aku sempat menginap di apartemen sampai pemikiran Ivy yang mungkin akan datang muncul, aku berpindah ke rumah Bang Delaney.
"Mas De gak ada kerjaan apa? Bisa main lama banget di sini." Itu pertanyaan dari istri bang Delaney yang sepertinya ingin mengetahui alasanku menginap, tapi tidak berani mengatakan yang sebenarnya.
"Aku itu sibuk banget, Kak Run. Makanya aku nginep di sini. Menenangkan pikiran dan mau minta tolong beberapa hal sama bang Delan."
"Tapi Abang lagi dinas luar, mas De. Masih dua hari lagi dia pulangnya." Kakak iparku benar-benar bisa membaca keadaan dengan baik.
Dia tau ada yang salah. Namun tidak menanyakan langsung dan terus memancingku dengan kalimat sarkas itu.
"Aku nunggu bang Delan pulang. Sambil nemenin kakak sama si dedek."