"Aku masih tidak menyangka kita bertemu lagi."
Aku juga masih tidak percaya jika kau ada di hadapanku, hyung. Aku tidak yakin jika aku masih bisa memandang wajahmu secara langsung sekali lagi. Yang mengejutkan adalah selama lima tahun dan ketika aku sedang berusaha untuk melupakanmu.
"Selama ini kau berada di Busan?"
Perkataannya itu membuatku akhirnya tersadar setelah diam membisu. Padahal dia mengatakan banyak hal sejak tadi. Tapi aku terlalu terkejut hingga tidak bisa berkata-kata. Siapa yang menyangka aku bisa bertemu dengannya di saat seperti ini.
"Aku baru sampai kemarin. Selama ini aku tetap di Seoul." jawabku atas pertanyaannya tadi.
"Benarkah? Selama itu?" tanyanya yang hanya dijawab oleh anggukanku. "Aku tidak tahan berada di Seoul terus. Beberapa minggu setelah kita bubar aku langsung pulang ke Busan. Rasanya Seoul menjadi menakutkan untukku." lanjutnya.
Aku juga merasakan itu. Tapi aku terlalu keras kepala dan berharap jika para hyung akan kembali. Aku terlalu percaya jika para hyung tidak mungkin benar-benar meninggalkanku hingga akhirnya aku ingin selalu menunggu mereka. Seharusnya aku tidak boleh terlalu terpaku pada hal itu, ya?
"Kau baik-baik saja?"
Aku mendongak begitu dia menanyakan itu. "Ne?"
"Kau sakit, ya?"
"Tidak, hyung. Aku baik-baik saja kok." jawabku sembari memamerkan senyumku kepadanya. Selama lima tahun ini akhirnya aku bisa tersenyum lagi di hadapannya.
Dia menghela nafas sebelum kemudian berkata, "Kau selalu saja seperti ini. Jungkook-ah, dengarkan aku. Jika kau merasa sakit, maka katakanlah kepada orang yang ada di dekatmu. Jika kau terus menyembunyikannya, maka semua orang akan mencemaskanmu."
Dia tidak berubah. Sama sekali tidak berubah.
"Aku tidak bisa tenang setelah kita bubar. Banyak hal yang aku pikirkan. Bagaimana jika Yoongi hyung depresi lagi? Bagaimana jika Hoseok hyung terus menari tanpa memikirkan kondisi tubuhnya? Bagaimana kondisi kalian setelah itu? Tapi aku benar-benar berpikir bagaimana keadaanmu saat tidak ada orang yang bisa menemani? Apa kau akan menangis setiap malam? Apa kau akan terus memikirkan kami? Apa kau menyalahkan dirimu sendiri? Aku benar-benar mencemaskan terlalu banyak hal. Selama lima tahun terakhir pun aku selalu memikirkan kalian."
Begitu? Jadi aku tidak sendiri, kan? Jadi hyung juga merasakan hal yang sama, kan? Selama ini masih ada yang merasakan hal yang sama, kan?
"Jungkook-ah..."
"Ah..."
Aku segera mengusap lelehan liquid bening yang meluncur melewati pipiku. Tidak, jangan menangis sekarang. Aku tidak ingin terlihat lemah di hadapannya. Tapi jujur saja ini malah terasa semakin menyakitkan. Mendengar jika salah satu hyungku merasakan kesedihan yang sama denganku membuat aku merasa semakin sakit. Sungguh... sakit sekali.
"Kau sering menangis, kan?"
Memang begitu, hyung. Setiap kali mengingat para hyung aku selalu menangis. Sebut saja aku cengeng atau apapun sesukamu. Karena memang inilah yang aku rasakan, maka aku tidak akan menyangkalnya.
"Kau selalu menderita selama ini, kan?"
Iya, hyung. Itu benar. Aku benar-benar menderita selama ini. Aku selalu memikirkan hyung. Aku masih tidak rela jika Bangtan harus berakhir saat itu. Aku masih tidak rela jika semua perjuangan kita harus berujung seperti ini. Aku hidup dalam kebencian kepada masa lalu yang tidak pernah bisa dilupakan. Masalahnya aku membenci masa lalu, sedangkan di masa lalu itu ada masa-masa indah bagiku.
"Kau masih ingin bertahan sendirian di sana?"
Tidak. Aku juga ingin pergi dan melarikan diri dari tempat yang pernah menjadi tempat kita berkumpul dulu. Semuanya mengingatkanku kepada hyung. Aku selalu merasa bersalah karena hanya aku saja yang masih berada di sana. Tapi di saat yang bersamaan aku merasa jika para hyung sangat beruntung karena bisa pergi dari tempat itu. Jika boleh jujur aku sangat lelah dengan semua ini. Aku tidak ingin sendirian lagi, tapi tidak bisa. Takdir lebih memilih untuk kejam kepadaku. Meskipun aku berpikir jika itu tidak adil, mau bagaimana lagi?
"Kau tidak ingin pergi?"
Aku ingin bisa melarikan diri. Aku ingin melupakan semuanya. Aku ingin bisa pergi. Tapi semuanya terasa berat untukku. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku tidak mengerti mengapa aku harus melakukan itu. Aku hanya mengikuti apa yang orang lain katakan. Entah akhirnya aku menjadi siapa.
"Sudahlah. Tanpa kau jawab pun aku sudah tahu." dia menghela nafas setelah mengatakan itu. Dalam hati aku berpikir apakah dia benar-benar mengetahui apa yang aku pikirkan. Tapi kemudian aku menyadari satu hal, dia kan memang selalu mengetahui isi pikiranku. Entah bagaimana caranya melakukan itu.
"Aku akan mendukungmu apapun keputusanmu. Tapi aku harap kau tidak membebani diri sendiri. Kau mengerti, kan?"
Tapi bahkan aku sendiri tidak mengerti apa yang harus aku lakukan. Aku tidak tahu apakah yang aku lakukan sekarang benar atau tidak. Aku tidak tahu apa yang aku inginkan. Aku tidak tahu apakah dengan melepaskannya akan membuatku bahagia. Aku tidak tahu. Aku tidak pernah tahu.
Tolong katakan padaku! Sebenarnya apa yang harus aku lakukan? Aku selalu menunggu kedatangan para hyung. Aku selalu berharap jika mereka akan menemuiku setidaknya sekali. Tapi aku tetap tidak tahu apakah memang ini yang seharusnya aku lakukan? Apakah benar?
"Jungkook-ah?"
Memangnya selama ini apa yang aku lakukan? Apa selama ini aku bahkan tidak mengetahuinya? Apa selama ini aku melakukan hal yang sia-sia? Mengapa aku bahkan tidak bisa mengerti diriku sendiri? Apa yang sebenarnya aku lakukan? Lalu sebenarnya apa yang harus aku lakukan?
Ah, sudah berapa kali aku menanyakan itu? Aku benar-benar sudah gila karena menanyakan hal yang sama berkali-kali. Tapi sungguh hanya itulah yang ada di pikiranku. Sungguh itulah yang ingin aku ketahui. Jadi tolong katakan sesuatu. Katakan apa yang harus aku lakukan selanjutnya.
"Kookie..."
Bagaimana jika aku mengakhiri semuanya saja? Lagi pula aku sudah bertemu dengan salah satu hyung. Bukankah selama ini aku menginginkan ini? Bertemu dengan salah satu dari mereka, kan? Sekarang aku sudah mendapatkannya. Karena semua ini terjadi dengan begitu tiba-tiba, aku menjadi kebingungan mengenai apa yang aku inginkan untuk selanjutnya.
Atau aku harus kabur saja dari sini? Pergi ke suatu tempat di belahan dunia yang lain? Atau sebaiknya aku menghilang saja dari dunia ini? Jadi sebenarnya apa yang harus aku lakukan?
Ah, apa yang aku pikirkan? Memangnya apa yang bisa menjadi alasanku memikirkan itu? Aku bahkan tidak memiliki masalah pelik yang bisa membuatku depresi. Lalu apa saat ini aku malah depresi? Tidak, kan? Mana mungkin. Memang apa alasannya? Mengapa sulit sekali untuk mengerti diriku sendiri?
"Berhentilah! Apa yang sebenarnya kau pikirkan?"
Kepalaku mendongak, menatap sepasang mata yang juga menatapku. Ternyata tatapan seperti itu masih tersisa untukku? Meskipun aku tidak suka melihat mereka mencemaskanku, tapi menyadari bahwa masih ada perasaan seperti itu pada dirinya... Aku... Entah mengapa merasa senang.
"Jimin hyung..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring Day [END]
Fanfiction[방탄소년단 x 전정국] Ini adalah kisah tentang kerinduan seseorang pada sebuah kebahagiaan. Mengenai bagaimana dirinya menjalani kesunyian hatinya dan tentang keteguhannya dalam mencari alasan mengapa dia harus menanti. Jeon Jungkook harus terpisah dari ena...