"Eomma, aku keluar sebentar."
Setelah memastikan membawa ponsel, aku memakai coat lalu berjalan ke arah pintu utama. Tiba-tiba eomma muncul dari dapur sambil bertanya, "Kau ingin kemana?" lalu menghampiriku.
"Hanya jalan-jalan keluar sebentar." jawabku.
"Di luar sangat dingin. Apa kau baik-baik saja? Kau kan baru sembuh." kata eomma dengan tatapan cemas.
"Aku baik-baik saja. Lagi pula aku sudah sembuh. Jangan mencemaskanku terus. Eomma bisa sakit jika memikirkan terlalu banyak hal." ucapku dengan nada serius karena jujur saja aku memang mencemaskan eomma yang terlalu mudah mengkhawatirkan orang lain. Aku rasa sifat itu menurun kepadaku.
Eomma menghela nafasnya, nampak tidak yakin untuk mengizinkanku pergi. Saat aku ingin mengatakan sesuatu lagi, tiba-tiba pintu terbuka dan Jung hyung muncul setelahnya.
"Ada apa? Kenapa berdiri di sini?" tanyanya sambil memperhatikan aku dan eomma bergantian. "Kau ingin pergi?" dia kembali bertanya setelah benar-benar memperhatikan penampilanku.
"Oh, benar. Aku sudah lama tidak pulang, jadi ingin jalan-jalan sebentar." jawabku dengan jujur.
"Lalu? Kenapa malah berdiri di sini?" tanya Jung hyung lagi.
"Sepertinya eomma terlalu mencemaskanku." jawabanku sontak membuat Jung hyung langsung menoleh ke arah eomma.
"Eomma, biarkan saja Jungkook pergi. Kenapa eomma menjadi posesif sekali? Aku merasa dianaktirikan karena eomma tidak melarangku pergi tadi. Jangan-jangan eomma tidak mencemaskanku sama sekali. Kau jahat sekali, eomma." kata Jung hyung kepada eomma.
"Ya! Kau ini kenapa, hah?! Dongsaengmu baru sembuh. Apa eomma tidak boleh mencemaskannya? Bagaimana jika terjadi sesuatu nanti?" eomma berkata dengan nada marah kepada Jung hyung. "Kookie, eomma tidak ingin kau terluka." kata eomma.
Aku tersenyum kecil sementara Jung hyung malah menghela nafas. "Eomma, aku sudah memastikan bahwa Jungkook sudah benar-benar sembuh sebelum aku menjemputnya dari Seoul. Kau tidak perlu secemas itu kepada maknae ini." kata Jung hyung lagi.
"Aku akan berhati-hati, eomma." aku ikut meyakinkan eomma agar mengizinkanku pergi.
Eomma kembali menghela nafasnya. Wajahnya juga masih menunjukkan jika dia tidak ingin membiarkanku pergi. "Baiklah, tapi berhai-hatilah. Oh, tunggu sebentar!" eomma pergi entah kemana dan meninggalkan aku dengan Jung hyung.
"Kemana kau ingin pergi? Mau kutemani?" pertanyaan dari Jung hyung itu membuatku spontan menoleh.
"Entahlah, aku belum tahu. Aku rasa kau tidak perlu menemaniku, hyung. Aku tidak akan pergi terlalu lama, tenang saja." ucapku menolak tawarannya itu.
"Baiklah." gumam Jung hyung sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. "Tapi aku peringatkan satu hal. Lima tahun bukan waktu yang singkat. Sudah banyak yang berubah di sini. Aku rasa kau juga tidak mungkin bisa mengingat semuanya. Jadi jangan pergi terlalu jauh. Dan jika kau tersesat, segera hubungi aku." lanjutnya.
Ah, sebenarnya dia juga sangat mencemaskanku, kan? Tapi terima kasih karena telah meyakinkan eomma.
"Baik, hyung. Aku mengerti."
"Kookie, pakai ini!"
"Eh?!"
Sebelum aku sempat memberikan respon lebih lanjut, eomma sudah terlebih dahulu melilitkan syal rajut berwarna coklat di leherku. Aku dapat melihat Jung hyung tertawa kecil saat melihat respon terkejutku.
"Berhati-hatilah dan jangan terlalu lama di luar."
"Baik, aku pergi ya."
"Jaga dirimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring Day [END]
Fanfic[방탄소년단 x 전정국] Ini adalah kisah tentang kerinduan seseorang pada sebuah kebahagiaan. Mengenai bagaimana dirinya menjalani kesunyian hatinya dan tentang keteguhannya dalam mencari alasan mengapa dia harus menanti. Jeon Jungkook harus terpisah dari ena...