Segala bentuk perasaan memang dapat dengan mudah dicurahkan lalu diwakilkan dengan suatu perbuatan. Bukankah rasanya sedikit lega saat perasaan itu bisa tersalurkan? Banyak orang yang memilih untuk menangis saat sedih dan mengamuk saat marah. Semua itu hanya untuk meredam perasaan tak terkontrol yang menguasai hati sejenak.
Mungkin Yoongi bisa saja melakukan sesuatu. Seperti menendang-nendang kerikil ke aliran air misalnya. Memang itu adalah kebiasaannya saat dalam keadaan emosional. Tapi saat ini Yoongi memilih untuk duduk diam dan merenungi semuanya dengan baik.
Tujuan awal Yoongi datang ke rumah sakit ini adalah untuk memastikan bahwa Jungkook tidak terluka terlalu parah atau sejenisnya. Tapi sejak 'reuni' kecilnya dengan Seokjin beberapa menit yang lalu, Yoongi kehilangan moodnya untuk melakukan apapun. Dia tidak sempat berpikir dan akhirnya berusaha menyibukkan diri dengan memandangi tumbuhan yang tertutup salju di taman rumah sakit.
Sedari tadi atensinya tertuju pada amaryllis jingga yang kebetulan mekar di hadapannya. Yoongi tidak tahu apakah aneh jika bunga itu mekar di tengah salju atau tidak, tidak peduli juga. Tapi memandanginya lama-lama sedikit membuat Yoongi tenang.
Dilihat sekali saja bunga itu terlihat lebih mencolok dibanding yang lain. Mahkota bunga yang besar benar-benar menarik berhatian. Terlebih batangnya yang menjulang tinggi membuat Yoongi berpikir jika sebenarnya bunga itu sedang menyombongkan diri. Oh, laki-laki itu mulai gila karena terlalu sering berimajinasi.
Amaryllis jingga melambangkan kesehatan dan kebahagiaan, entah dari mana Yoongi mengetahui itu. Tapi berpikir mengapa bunga ini ditanam di sini mungkin karena berharap orang-orang yang ada di rumah sakit ini dilimpahi kesehatan dan kebahagiaan. Sudah jelas bahwa itulah yang dibutuhkan orang sakit, kan?
Tapi memikirkannya sekali lagi membuat Yoongi kembali kesal. Sudah jelas jika ini masih berkaitan dengan Jungkook. Lagi-lagi semuanya membuat Yoongi berpikir apakah maknae itu benar sehat dan bahagia. Jelas tidak. Yoongi sudah tahu jawabannya tanpa membutuhkan seseorang untuk menimpali.
Karena tiba-tiba Yoongi merasa cemas setelah memikirkan semua itu, dia segera bangkit dan masuk kembali ke bangunan itu. Dalam hati berharap agar tidak bertemu dengan Seokjin lagi sehingga dirinya bisa melihat keadaan Jungkook tanpa harus marah-marah terlebih dahulu.
Entah karena kebetulan atau memang takdir sedang berpihak kepadanya, Yoongi tidak melihat siapapun di depan ruang UGD. Dan lebih beruntungnya lagi, Yoongi mendapati dua orang perawat membawa brankar—dengan Jungkook yang terbaring tak sadarkan diri di atasnya—keluar. Mungkin akan dipindahkan ke ruang rawat. Setidaknya itu kabar baik. Artinya maknae itu tidak terluka separah yang Yoongi pikirkan. Mengetahui itu membuat Yoongi langsung mengekor.
Tidak seperti yang sempat dipikirkannya, ternyata Jungkook ditempatkan di ruangan VIP. Mungkin Seokjin memang sudah mengurus semuanya. Setidaknya dia tidak membuat Yoongi semakin kesal karena menelantarkan Jungkook yang jelas-jelas korban dari kelalaiannya.
Yoongi memutuskan untuk diam di ruangan itu sambil menunggu Jungkook bangun. Selain karena yakin bahwa maknae itu akan kebingungan saat bangun nanti, Yoongi juga membutuhkan penjelasan mengapa semua ini terjadi. Jika semuanya memang kesalahan Seokjin, maka Yoongi akan memarahi laki-laki itu lagi. Jika Jungkook juga bersalah, maka Yoongi juga akan marah lagi. Yah... Itupun jika Seokjin tiba-tiba muncul di hadapannya.
Jika diperhatikan sebenarnya maknae itu memang tidak terluka terlalu parah. Sepertinya hanya tergores dan beberapa luka yang membuatnya kehilangan banyak darah, seperti luka di kepala contohnya. Mungkin karena terbentur. Yoongi jelas tidak tahu jika ada luka lain yang tertutup pakaian atau apa. Tapi jika dilihat sekilas memang begitu kenyataannya.
Setidaknya Yoongi bisa bersyukur karena hal itu. Entah bagaimana jadinya jika dia menemukan Jungkook terluka lebih parah dan menemukan Seokjin sebagai penyebabnya. Seperti ini saja sudah membuat Yoongi kehilangan kendali, apalagi lebih parah. Seokjin pasti akan habis saat itu juga.
Ah, apa tidak ada polisi yang datang karena insiden ini? Yoongi sungguh berharap Seokjin diseret pergi dan tinggal di penjara saja setelahnya. Tapi mengingat bahwa ini tidak terlalu parah dan Seokjin langsung bertanggungjawab, Yoongi sangsi jika ada seseorang yang membawa laki-laki itu ke kantor polisi. Justru aneh jika hal semacam itu terjadi.
Yoongi kehilangan respeknya kepada Seokjin hanya karena pembubaran grup? Sebenarnya tidak. Dia hanya masih kesal karena hal itu. Jika dicari dengan lebih teliti ada sedikit binar gembira saat dia menemukan Seokjin berada di hadapannya. Hanya saja binar itu sepenuhnya tertutup oleh kemarahannya.
Bohong jika Yoongi benar-benar semarah itu kepada Seokjin. Nyatanya dia juga merasa bersalah karena pada akhirnya ikut pergi dan meninggalkan Jungkook sendiri. Dirinya hanya kecewa kepada orang yang selalu dipercaya akan menjaga hubungan mereka dengan baik. Yoongi sempat yakin jika Seokjin tidak akan tega membiarkan salah satu dari mereka menderita karena keputusan untuk membubarkan grup. Tapi nyatanya dia harus menelan kekecewaan.
Alasannya marah kepada Seokjin saat bertemu tadi hanya untuk meluapkan emosinya yang belum bisa diutarakan selama ini. Ditambah lagi karena mengetahui bahwa dialah yang menjadi penyebab Jungkook terluka. Yoongi bukan orang yang sabar untuk mendengarkan penjelasan terlebih dahulu sebelum membentak.
Kalaupun akhirnya Seokjin juga marah kepadanya, Yoongi tidak peduli sama sekali. Toh dirinya tidak akan rugi jikapun itu terjadi. Dirinya juga tidak memiliki hubungan atau ketergantungan apapun dengan laki-laki yang lebih tua setahun darinya itu. Bisa dibilang, Seokjin sama sekali tidak penting bagi Yoongi.
"H-hyung..."
Atensi Yoongi sepenuhnya teralihkan sedetik setelah rungunya mendengar suara Jungkook. Dengan segera bangkit dari duduknya dan berdiri di dekat maknae itu. "Kau terluka, jadi jangan banyak bertingkah." ujarnya sembari menekan tombol di samping tempat tidur, memanggil dokter atau perawat untuk memeriksa si maknae.
"Kenapa kau ada di sini, hyung?"
Gerakan Yoongi terhenti sejenak kemudian matanya bergulir untuk menatap manusia yang baru saja bersuara itu. Dalam hati menggerutu. Yang benar saja. Itu kalimat pertamanya saat bangun setelah tak sadarkan diri? Apakah itu penting?
"Kau lupa saat itu aku sedang meneleponmu? Kau pikir aku tidak panik saat suaramu tiba-tiba menghilang lalu ada teriakan dan suara ribut setelahnya? Ingatkan aku untuk memarahimu saat sudah sembuh nanti." ujar Yoongi setengah menggerutu. Jelas sekali pias kesal di wajahnya.
Sementara Jungkook yang masih setengah sadar hanya menatap Yoongi dalam diam. Dahinya mengernyit, entah karena sakit atau sedang berpikir. "Mianhe. Aku tidak berhati-hati saat menyeberang." akunya.
"Ah, juga ingatkan aku untuk memeriksakan matamu nanti." omelan Yoongi semakin menjadi setelah mendengar kalimat itu. Dia pikir Jungkook masih memiliki mata yang bagus untuk melihat rambu penyeberangan. Karena maknae itu mengaku terang-terangan bahwa dirinya tidak berhati-hati, Yoongi semakin ingin mengomelinya habis-habisan.
"Jin hyung..."
Yoongi kembali menatap maknae itu, tapi segera mengalihkan pandangannya lagi sembari menghela nafas. Ternyata Jungkook sudah melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring Day [END]
Fanfic[방탄소년단 x 전정국] Ini adalah kisah tentang kerinduan seseorang pada sebuah kebahagiaan. Mengenai bagaimana dirinya menjalani kesunyian hatinya dan tentang keteguhannya dalam mencari alasan mengapa dia harus menanti. Jeon Jungkook harus terpisah dari ena...