Bagian 28 : Or Did I Change

788 100 0
                                    

Sepertinya Min Yoongi memang lebih memprioritaskan laki-laki bernama Jeon Jungkook dari pada dirinya sendiri. Terlihat dari bagaimana penolakannya saat dokter mengatakan bahwa dirinya harus diinfus dan beristirahat sementara waktu. Bahkan Jieun mengingat pasti bahwa nama Jungkook dibawa-bawa saat laki-laki itu menyerukan penolakan.

Dan memang kenyataannya tidak ada yang bisa memaksa Yoongi, jadi mau tidak mau keinginannya itu dikabulkan dengan begitu mudah. Sebenarnya Jieun sempat mencegah mengingat wajah pucatnya itu kian pucat. Tapi bukan Yoongi jika bisa dengan mudah dipaksa. Dan beginilah mereka sekarang, berjalan menuju ruang rawat Jungkook segera setelah dokter membebaskan Yoongi.

"Aku hanya mengingatkan, kau tidak bisa seharian berada di sana. Jika kau tidak segera beristirahat, maka aku akan memberitahu Jungkook lalu menyeretmu pergi." lagi-lagi Jieun mengatakan perjanjian yang telah mereka sepakati beberapa menit sebelumnya. Jelas sekali Yoongi langsung menatap perempuan itu tak suka. Tapi Jieun sama sekali tidak peduli selama Yoongi menurutinya.

"Berhenti mengatakan itu, Jieun-ssi. Aku tahu sampai mana batasku."

"Kau tidak boleh menunggu sampai mencapai batas, Min Yoongi-ssi."

"Ah, terserah." tidak ada gunanya mendebatkan hal ini karena Yoongi tidak akan mendapatkan apa-apa. Jadi dia memilih untuk diam dan mempercepat langkahnya, berharap cepat sampai di ruang rawat Jungkook agar segera terbebas dari celotehan Jieun yang berhasil membuatnya kesal setengah mati.

Saat Yoongi mendorong pintu hingga terbuka lalu melihat ke dalam ruangan, dia pikir akan menemukan Jungkook di sana. Tapi pada kenyataannya tidak hanya dia. Jungkook memang ada di sana, masih tertidur. Lalu di sofa ada Jimin dan selanjutnya dia melihat Seokjin yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Eoh, kau sudah datang? Dengan Jieun-ssi juga?" Seokjin menyambut mereka dengan ramah. Dia menoleh ke arah Jimin yang masih tertidur kemudian berjalan ke sana, berniat membangunkannya agar dua orang yang baru datang itu bisa duduk.

Yoongi ikut menoleh ke arah Jimin. Kemudian seakan tahu apa yang akan dilakukan Seokjin, Yoongi segera menahannya. "Biarkan saja, tidak apa-apa. Dia pasti kelelahan." ujarnya tepat sebelum Seokjin menyentuh Jimin.

Mendengar ucapan Yoongi itu, Seokjin langsung menghentikan gerakannya kemudian menoleh kembali ke arah si pembicara. Bibirnya mengulas senyum tanpa disuruh, merasa senang karena ternyata Yoongi masih sepeduli itu kepada Jimin yang bahkan kemarin dibentaknya. Jelas sekali bahwa dia masihlah Yoongi yang memberi banyak perhatian dibalik kalimat pedasnya. Manis meskipun tak pernah menyembunyikan pahitnya. Seokjin benar ketika menafsirkan perlakuan Yoongi kemarin hanya amarah sesaat.

"Kalian di sini semalaman?" kini Jieun yang bersuara, sembari menggiring Yoongi agar masuk lalu memaksanya duduk di sisi ranjang Jungkook. Beruntung karena dia tidak mendapat penolakan, jadi tidak ada keributan yang terjadi. Sepertinya Yoongi memang masih menyayangi pagi tenangnya. Atau mungkin dia merasa tenaganya lebih baik untuk disimpan saat ini.

"Begitulah. Aku dan Jimin tidak bisa pulang. Dari pada menyewa penginapan, lebih baik kami tetap di sini dan menjaga Jungkook." Seokjin menjawab pertanyaan Jieun tadi.

Jieun hanya mengangguk kemudian tak mengatakan apapun lagi. Dia lebih tertarik untuk melangkah menuju jendela dan membuka tirai agar cahaya matahari masuk. Melihatnya, Seokjin tidak bereaksi banyak. Dia justru kembali menoleh ke arah Yoongi yang saat ini sedang memandangi Jungkook yang masih diam dalam tidurnya. Rasanya ada yang aneh. Semuanya menjadi terasa lebih aneh karena Seokjin langsung menyadarinya sejak mereka berdua masuk

Seokjin meneguk ludahnya dengan susah payah. Padahal dia ingin mengatakan sesuatu kepada Yoongi, tapi rasanya gugup bahkan ketika dirinya ingin mengucapkan satu kata. Seokjin lantas menghela nafas, meyakinkan diri agar bersuara karena dirinya tentu tidak bisa selalu diam ketika bersama laki-laki yang setahun lebih muda darinya itu. "Yoongi-ya, kau baik-baik saja?" entah gugup atau cemas yang lebih mendominasi suaranya. Yang jelas Seokjin berhasil menyuarakan kalimat itu.

Spring Day [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang