Bagian 1 : I'm Looking at Your Photo

3.1K 221 5
                                    

Dingin. Jungkook sendirian lagi di malam yang dingin ini. Seharusnya sudah terbiasa, karena semuanya selalu seperti ini setiap hari. Tapi entah kenapa masih terasa menyedihkan.

Laki-laki itu menghela nafas, menghembuskan uap putih yang keluar dari mulut ketika terbuka. Dalam hatinya selalu bertanya, kenapa masih merasa kesepian? Padahal keceriaan yang sempat ia rasakan memang sudah lama pergi.

Jungkook ingin melupakan orang-orang itu dan menjalani kehidupannya seperti saat tidak ada kata kenal di antara mereka. Tapi ternyata itu sulit. Seberapa keras pun mencoba untuk menghilangkan ingatan tentang mereka, Jungkook tetap akan merindukan orang-orang itu. Bahkan rasanya tidak bisa dimengerti, mengapa mereka sangat sulit untuk dihilangkan dari ingatan?

Dalam kesunyian hanya detak jam yang terdengar sampai ke telinga. Nyala lampu yang sedikit temaram menemaninya merenungi semua yang terjadi dalam hidup. Terkadang memang menyenangkan, tapi sebagian besar terlalu menyakitkan.

Entah untuk ke berapa kalinya Jungkook menghela nafas. Pikirannya selalu berkata bahwa tidak akan ada gunanya menunggu mereka. Tapi entah kenapa dia merasa tidak rela jika harus melupakan semuanya? Semua kesenangan, semua keceriaan, semua kebahagiaannya... Apa dia harus merelakan semuanya hilang begitu saja dari ingatan? Rasanya itu sedikit menyakitkan. Dan lagi Jungkook ragu apakah mampu melakukannya.

Matanya menyipit, tak siap ketika cahaya terang dari layar ponsel yang sedari tadi ia pegang mengejutkan dirinya. Netra hitam kelam itu menatap tanpa minat puluhan notifikasi yang muncul di sana. Jungkook sibuk? Tentu saja. Sekarang ia diperlakukan seperti mesin uang yang diperas ide dan kekuatannya.

Jari bergetar itu menekan ikon aplikasi chat yang menunjukkan ratusan pesan yang belum ia baca sedari tadi pagi. Tak ada yang menarik. Karenanya Jungkook kembali mematikan benda persegi itu lalu terdiam.

Seperti inilah hidupnya. Memang ada banyak orang di sekitar yang nampak peduli. Ah, kelihatannya saja. Sebenarnya Jungkook sangat kesepian. Bahkan dia sendiri tidak mengerti mengapa masih tidak bisa melupakan mereka. Mengapa laki-laki itu harus selalu bersedih karena mereka meninggalkannya?

Tapi Jungkook jujur mengatakan itu, rasanya memang sangat menyakitkan. Setelah mereka pergi dia selalu kesepian. Semua kebahagiaannya pergi bersama mereka. Meskipun tersenyum, hanya kegundahan yang Jungkook hadapi selama ini. Dan meskipun memang seperti itulah kenyataannya, laki-laki itu tetap selalu memasang senyum palsu miliknya setiap saat.

Kalian bertanya apakah Jungkook baik-baik saja? Bagaimana, ya? Sejujurnya dia tidak ingin membuat kalian cemas karena menjawab tanpa dusta. Tapi sesungguhnya Jungkook merasa tidak baik-baik saja. Dia merasa jika semuanya begitu menyakitkan. Rasanya sungguh lelah menghadapi semua ini. Dirinya tidak ingin selalu memikirkan mereka, tapi tidak bisa. Itu sangat sulit.

Jika dihitung-hitung sudah lima tahun sejak hari itu. Semuanya memilih untuk pergi. Berpisah dan menyerah kemudian menjalani kehidupan masing-masing. Apa hanya Jungkook yang terus memikirkan mereka? Jangan-jangan sebenarnya mereka sudah tidak mengingat dirinya sama sekali. Terkadang pertanyaan semacam itu terus bersarang  dan terus berputar di otak. Hanya memikirkan kenyataan itu saja sudah membuat hatinya terasa sesak. Jika itu benar, berarti Jungkook sangat tidak penting untuk mereka, kan? Ah, Jungkook ingin menertawai dirinya sendiri setelah berpikir jika seharusnya hal itu sudah ia ketahui sejak awal.

Tapi yang sangat ingin ia ketahui adalah... Apa para hyung baik-baik saja? Mereka sudah lama tidak saling berkomunikasi sementara Jungkook sangat penasaran bagaimana kabar mereka setelah berpisah. Terkadang dia mencemaskan keadaan mereka. Bagaimana pun alasan mengapa tujuh laki-laki itu memilih untuk menyerah pun bisa menjadi momok mengerikan bagi mereka.

Jika pun mereka sudah tidak mengingatnya, Jungkook ingin memastikan bahwa mereka dalam keadaan baik. Dia sungguh tidak bisa membayangkan jika selama ini mereka dalam masalah. Jungkook tidak ingin memikirkan itu dan hanya bisa berharap semuanya hanya pikiran buruk saja.

Kepalanya tertoleh, melihat jendela ruangan yang terbuka dengan tirai yang berkibar-kibar karena tertiup angin. Belakangan ini udara semakin terasa dingin, seakan memang berniat untuk membekukan pemikirannya tentang para hyung.

Perlahan tubuh ringkih itu bangkit dari tempat tidur lalu berjalan mendekati jendela. Setelah sempat terdiam sambil memperhatikan apapun yang ada di bawah sana, Jungkook segera menutup jendela sebelum tubuhnya benar-benar membeku oleh udara yang terlampau dingin ini.

Jungkook segera berbalik dan berjalan kembali ke tempat tidur. Tapi dia tidak kembali duduk seperti tadi dan malah mengambil ponsel yang tergeletak di nakas. Lalu tanpa memikirkan apapun lagi menyambar jaket hangat yang tergantung di lemari sebelum kemudian membuka pintu kamar dan keluar.

Kedua kaki ia perintahkan untuk terus berjalan sementara dirinya sedang sibuk memakai jaket hangat. Langkah kecilnya terdengar berderap lirih ketika menghentak kecil satu persatu anak tangga untuk turun ke lantai bawah.

Tak ia pedulikan ruangan kosong yang terlewati dan terus berjalan, membuka pintu utama, lalu berjalan menantang dinginnya udara malam yang terasa menusuk tulang. Uap putih kembali muncul setiap kali laki-laki itu menghembuskan nafas. Jungkook mengeratkan jaket hangat yang menutupi tubuh dan terus melangkah.

Kemana ia ingin pergi? Entahlah. Bahkan dirinya sendiri tidak mengetahui kemana kaki jenjang itu membawa. Jungkook hanya ingin benar-benar membekukan pikiran yang terus mengganggu hingga melupakan semua kegundahan itu. Sungguh dirinya lelah dengan semua yang terjadi.

Jungkook tidak tahu seberapa lama ia berjalan hingga akhirnya kakinya memilih untuk berhenti di sebuah taman yang tak terlalu jauh dari rumah. Laki-laki itu sudah tidak sanggup berjalan lagi. Udara dingin ini membuatnya menjadi semakin lemah saja.

Ah, benar juga. Dulu taman ini masih sangat alami. Tidak ada banyak fasilitas seperti sekarang. Jungkook dan para hyung juga sering datang kemari dan melakukan banyak hal bersama. Rasanya itu sangat menyenangkan.

Jungkook menggelengkan kepalanya dengan kuat. Kenapa dia memikirkan mereka lagi? Padahal tujuannya pergi dari rumah karena ingin menghilangkan mereka dari ingatan. Mereka tidak akan datang kembali ke dalam hidupnya, itu sudah jelas dan ia ketahui sejak lama... Jungkook sudah tahu jika harapan untuk kembali bertemu dengan mereka bisa menjadi sangat tidak mungkin.

Setidaknya Jungkook ingin dirinya sendiri tidak selalu memikirkan mereka. Dia selalu menderita setiap kali mengingat kenyataan bahwa mereka lebih memilih untuk pergi dan meninggalkan nama yang selalu tersemat apik di setiap waktu. Tapi Jungkook sadar jika mereka pasti sudah bahagia dengan hidup mereka sendiri. Itu sudah pasti, kan?

Jungkook bertekad jika dirinya harus berusaha untuk melupakan mereka. Jelas tidak bisa terus seperti ini. Mereka pasti sudah tidak mengingatnya lagi. Mereka pasti sudah melupakan semua kenangan di masa lalu. Mereka pasti sudah menemukan hal yang lebih baik dari pada terus bersama seperti dulu.

Meskipun begitu Jungkook tidak tahu mengapa dia masih merasa sedih. Padahal dia sudah mengetahui semua itu. Padahal laki-laki itu sudah memahami semuanya. Tapi kenapa dia masih tidak bisa menerimanya? Jungkook selalu ingin bertanya kepada dirinya sendiri, apakah dia memang terlalu egois?

Jungkook menarik ponsel dari dalam saku. Begitu benda pipih itu menyala, matanya langsung melihat foto dirinya dan enam orang lain saat masa yang sedikit lebih baik lima tahun lalu. Sudah lama sekali. Meskipun dia melihat foto mereka, rasanya tetap tidak bisa menghilangkan fakta bahwa dirinya masih merindukan keenam laki-laki yang lebih tua darinya itu.

"Akh..."

Tubuhnya tersungkur ketika merasakan sakit yang tiba-tiba. Kedua kaki yang sedari tadi ia andalkan sudah terlalu lelah untuk sekadar menopang tubuhnya sendiri. Pandangan matanya mengabur dan semua yang ia lihat nampak berputar. Laki-laki itu mendenguskan tawa, mengejek dirinya sendiri yang terlalu lemah.

Aku tidak bisa seperti ini. Aku harus segera kembali.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Spring Day [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang