Ceklek
"Kenapa kalian la... Astaga, Jungkookie! Apa yang kau lakukan kepada dongsaeng kesayanganku, Tae sialan?"
Setelah pekikan heboh Jimin saat melihat Taehyung menggendong Jungkook dalam keadaan tak sadarkan diri, ketiga orang lainnya langsung menoleh panik lalu berlari menghampiri laki-laki itu. Taehyung tak kalah panik, yang paling panik malah. Melihat sendiri apa yang terjadi sebelum Jungkook pingsan, bagaimana Tae tidak panik? Dia langsung melewati orang-orang itu dan membaringkan maknae itu di sofa.
Taehyung tahu bahwa dirinya akan mendapat rentetan pertanyaan saat itu juga. Tapi sebelum ada yang bersuara lagi dia dengan nada panik bersuara, "Nanti saja jika ingin bertanya. Lakukan sesuatu untuk membuat Jungkookie bangun."
Dengan cepat Seokjin mencari kotak obat lalu mengobrak-abrik benda itu agar bisa menemukan sesuatu yang beraroma menyengat. Dia mengambil inhaler lalu memegangnya di depan hidung Jungkook, berharap itu akan membantu.
Jungkookie, ayo bangun
"Ngghh..."
Semuanya bisa bernafas lega saat maknae itu bereaksi dan manik hitamnya terbuka perlahan. Jungkook mengerjap bingung sembari menatap wajah-wajah yang memandangnya khawatir. Tapi pening yang tiba-tiba menghantam langsung menghentikan semua yang ingin ia lakukan. Erangan lirih keluar dari bibir pucatnya, mengundang rasa cemas dari orang-orang yang berdiri mengelilingi.
"Jungkookie, sebenarnya apa yang terjadi?" Seokjin yang bertanya, mengalihkan seluruh atensi Jungkook kepada dirinya.
"Aku..."
"Jungkookie, aku akan mengantarmu ke kamar. Beristirahatlah, kau pasti lelah." Taehyung buru-buru menyela, tak ingin maknae itu kembali mengingat-ingat kejadian sebelumnya. Dia memberi gelengan kepada para hyung yang menatapnya, mengisyaratkan kepada mereka agar tidak bertanya lebih dari itu.
Dengan segera Taehyung mengangkat tubuh yang lebih muda untuk dibawanya ke kamar di lantai dua. Karena tadi panik, dia tidak memperhatikan. Tapi setelah melakukannya sekali lagi, Taehyung menyadari bahwa tubuh Jungkook terasa sangat ringan.
Keempat orang lainnya hanya bisa memandang dua laki-laki itu pergi, menyisakan tanda tanya yang bersarang di hati dan pikiran masing-masing. Tapi mereka hanya bisa menunggu Taehyung kembali untuk menjelaskan semuanya.
"Jungkookie, apa kepalamu sakit?" Taehyung berusaha berbicara dengan Jungkook yang mulai memejamkan matanya lagi. Demi apapun dia hanya takut jika ternyata maknae itu malah pingsan lagi.
Taehyung pikir Jungkook akan menjawabnya, setidaknya dengan satu kata. Tapi nyatanya anak itu hanya mengangguk lemah. Bahkan tanpa membuka matanya. Taehyung dapat melihat kernyitan tak nyaman di sana, mungkin masih kesakitan. Sejujurnya Tae tidak tega melihat Jungkookie nya seperti ini. Tapi saat ini tidak ada yang bisa ia lakukan.
Setelah itu tidak ada yang bersuara lagi. Taehyung takut mengganggu Jungkook dan malah menyakitinya. Jadi dia bergerak perlahan, bahkan membuka pintu dengan sangat hati-hati dan segera masuk ke dalam. Dibaringkannya tubuh yang lebih muda di sana kemudian dengan telaten dirinya menyelimuti tubuh lemah itu.
"Jungkookie, ingin hyung temani?"
Manik hitam itu terbuka, menatap yang lebih tua dengan senyum menenangkan. Tapi Taehyung membenci ini. Saat Jungkook memilih senyum sebagai media untuk menyembunyikan sakitnya. "Ani, Gwenchana." ujar maknae itu.
Lihat, selalu saja begitu.
"Kalau begitu aku akan kembali ke bawah. Beristirahatlah, jika ada apa-apa atau memerlukan sesuatu panggil aku." dengan tak yakin mengatakan itu, Taehyung lantas berbalik dan berjalan meninggalkan kamar yang lebih muda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring Day [END]
Fanfic[방탄소년단 x 전정국] Ini adalah kisah tentang kerinduan seseorang pada sebuah kebahagiaan. Mengenai bagaimana dirinya menjalani kesunyian hatinya dan tentang keteguhannya dalam mencari alasan mengapa dia harus menanti. Jeon Jungkook harus terpisah dari ena...