Bagian 12 : For The Spring Days To Come

1.1K 142 1
                                    

Orang-orang selalu percaya jika rindu bisa membuatmu sakit. Bukan. Bukan sakit secara fisik. Kau pernah merasakannya? Tertahan ketika menginginkan sesuatu, padahal itu adalah hal yang sangat kau inginkan. Rasanya seperti... Sakit. Sakit yang menghimpit hatimu.

Bukankah kau juga terkadang berpikir jika hidup ini terlalu sulit untuk kau jalani? Atau mungkin kau juga pernah berharap untuk berhenti melakukan hal-hal bodoh ini? Lalu akhirnya kau ingin mengakhiri semuanya, kan? Bagaimana caranya? Aku ingin melakukannya tanpa menyakiti siapapun.

Entah apa yang saat ini ada dalam pikiranku. Aku bahkan tidak mengerti mengapa aku malah diam seperti ini. Padahal rasanya sakit. Sakit. Sakit sekali. Tapi kenapa aku malah diam, ya? Bukankah aku bisa meminta seseorang untuk menolongku? Ya, aku bahkan bisa melakukannya. Tapi siapa? Siapa? Siapa yang harus aku mintai tolong?

Padahal hanya masalah kecil. Masalah... kecil. Jadi kenapa aku malah bersikap berlebihan seperti ini? Aku salah, ya? Jangan-jangan selama ini memang aku yang salah.

Oh tidak.

Kenapa sekarang aku malah merasa takut? Apa yang sebenarnya aku takuti? Ah, tidak ada. Seharusnya aku tidak merasa takut. Benar, perasaan ini salah. Aku salah. Aku yang salah.

"...padahal eomma sudah mengingatkan. Jungkook belum benar-benar sembuh."

Mataku terbuka perlahan. Aku membuat masalah lagi. Selalu seperti ini. Aku selalu membuat masalah lagi dan lagi. Padahal ada banyak orang yang mencemaskanku. Tapi kenapa aku selalu merasa sendirian, ya?

Ada yang tidak beres dengan otakku. Ya, pasti begitu. Aku harap semua ini akan segera berakhir. Paling tidak aku tidak akan menyia-nyiakan kehidupanku seperti sebelumnya. Lagi pula aku tidak pantas mengeluh. Tidak pantas. Sama sekali tidak pantas.

"Jungkook-ah, kau tidak ingin kuantar ke rumah sakit saja?"

Bola mataku bergerak mencari sumber suara saat menemukan sosok Jung hyung yang berdiri di samping tempat tidur. Tapi dengan segera mengalihkan pandangan lalu mengerjap pelan saat mataku menangkap putaran memusingkan.

Aku tak mendengar seseorang bersuara lagi setelah itu. Lenyap. Semuanya seakan bungkam dan tak ingin mengganggu keheningan yang kemudian menguasai suasana.

"Hyung..." suaraku bahkan terdengar mengerikan di telingaku sendiri. Ini tidak benar. Seharusnya aku tidak menjadi selemah ini.

"Aku di sini. Kau membutuhkan sesuatu?"

"...jangan pergi."

"Ne?"

"Aku takut... sendiri."

Hening sesaat. Aku tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Jung hyung. Tapi aku yakin jika setelah itu Jung hyung justru berjalan keluar seolah memang mengacuhkan ucapanku tadi. Aku masih berusaha untuk tetap tersadar, tapi putaran memusingkan yang selalu mengganggu indra penglihatan membuatku enggan berlama-lama membuka mata.

"Jungkook-ah..."

Aku menoleh, mencoba melihat siapa yang barusan memanggil namaku. Jelas jelas itu bukan suara Jung hyung ataupun eomma. Suaranya terdengar familiar, tapi aku tidak bisa mengingat siapa pemiliknya. Dan lagi percuma saja aku mencoba melihat siapa itu. Pandangan mataku buram, tidak bisa melihat dengan baik.

"Katamu baik-baik saja. Lalu kenapa sekarang kau sakit begini?"

"...Jimin hyung?" aku tidak yakin, tapi semakin lama suaranya seperti Jimin hyung. Tapi bukankah dia sudah pergi?

"Sudah kubilang jika seharusnya kau ke rumah sakit saja. Sekarang kau jadi seperti ini, kan. Membuat orang lain cemas saja." dia lanjut mengomel dan aku menjadi yakin jika itu memang Jimin hyung. Jika bukan, maka dia akan mengatakannya.

Spring Day [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang