Bagian 16 : I Could Reach You Faster

942 127 4
                                    

"Ne, Gamsahamnida."

Sakit di kepalaku adalah hal yang pertama aku sadari ketika membuka mata. Selanjutnya otakku secara spontan memerintahkan anggota tubuh yang lain untuk mencaritahu sumber suara yang sebelumnya terdengar.

Kepalaku menoleh, menjelajah isi ruangan yang terasa asing bagiku. Pandanganku terhenti pada sosok dua orang laki-laki yang berdiri tak jauh dariku. Mereka membicarakan sesuatu meskipun otakku tak dapat menangkap percakapan keduanya. Kemudian salah satu dari mereka—yang kemudian kusadari sebagai seorang dokter—keluar dari ruangan, menyisakan satu laki-laki bersamaku di sini.

Otakku belum benar-benar berfungsi saat laki-laki itu berbalik dan membuat pandangannya bertubrukan dengan tatapan mataku. Sejenak kami terdiam, sebelum kemudian aku benar-benar tersadar dan terkesiap kala menyadari identitas laki-laki itu.

"Suga hyung?!"

Aku membekap mulutku yang dengan lancang menyuarakan respon keterkejutan itu. Aku kembali memperhatikan laki-laki itu, antisipasi jangan-jangan dia akan memberi respon buruk atas panggilan itu. Bagaimanapun juga nama Suga akan mengingatkannya pada kenangan lama yang bahkan kata Jieun noona membuatnya tidak ingin memublikasikan dirinya lagi.

Tapi lain dari pikiranku, laki-laki itu malah memberi respon sebaliknya. Bibirnya mengulas senyum tipis kemudian pandangannya melembut. Dia yang seperti itu membuatku merasa asing dengannya. Bahkan Suga hyung yang aku kenal dulu tidak pernah memberi tatapan teduh seperti itu.

"Sudah lama sekali ya, Jungkook-ah."

Itu kalimat pertamanya dengan suara khas yang bahkan tidak berubah sejak terakhir kali bertemu. Sementara aku memilih untuk tidak merespon. Dan agaknya itu membuat Suga hyung berakhir dengan berjalan mendekatiku.

"Aku sudah lama tidak mendengar nama itu."

Ucapannya membuatku tersentak. Otakku mulai berpikir bahwa memanggilnya dengan nama itu memang sebuah kesalahan. Jadi aku buru-buru memberi raut menyesal lalu berkata, "Aku tidak bermaksud begitu. Maafkan aku."

"Gwenchanayo. Rasanya rindu juga dipanggil seperti itu. Sayang sekali karena aku harus melepaskannya lima tahun lalu." balas Suga hyung sembari mengembangkan senyumnya yang selalu terlihat manis di mataku.

Dia masih seperti dulu. Hanya saja dia menjadi sedikit lebih hangat. Entah mengapa aku merasa senang ketika mengetahuinya. Sepertinya Suga hyung juga hidup dengan baik. Dia berhasil melalui semuanya dan memulai lagi hingga berhasil seperti sekarang. Rasanya ada kebahagiaan yang melesak ke dalam hatiku karena hal itu.

Aku tersenyum kecil lalu bergerak untuk duduk. Setelah berhasil aku kembali memperhatikan Suga hyung yang masih melihatku. Rasanya seperti kembali ke masa lalu. Saat aku sakit dan hyungdeul mencemaskanku. Rasanya ini sangat nyata.

"Kudengar kau sudah menjadi produser, hyung. Selamat karena mimpimu benar-benar terwujud." ucapku, memulai pembicaraan yang lain.

"Eoh? Dari mana kau tahu?"

Aku tersenyum canggung. Sepertinya Jieun noona tidak mengatakan apapun—tentang membicarakan Suga hyung denganku—kepadanya. Aku salah karena memilih topik ini. Bagaimana jika nanti Suga hyung marah kepada Jieun noona karena memberitahuku?

"Ah, apakah Jieun-ssi yang memberitahumu?"

Aku terkesiap pelan. Insting Suga hyung masih saja tajam. Bagaimana dia bisa tahu jika itu yang terjadi? Tapi terlepas dari itu aku masih takut jika dia akan marah kepada Jieun noona. "Eum, sebenarnya begitu. Kau tidak akan marah kan, hyung?" kataku.

"Kalau begitu apa boleh buat." balasnya acuh.

Kami terdiam setelahnya. Suga hyung mengotak-atik ponselnya, entah apa yang dia lakukan. Sementara aku hanya memperhatikannya dalam diam. Berbicara tentangnya, bukankah Jieun noona mengatakan bahwa Suga hyung yang memintanya untuk mengawasiku? Mendadak aku memikirkan itu. Apa kutanyakan saja?

Spring Day [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang