Bagian 27 : Did You Change?

846 98 0
                                    

"... Aku tidak bisa ikut rapat hari ini. Tolong gantikan, oke?... Lakukan saja... File musiknya sudah kukirim... Hmm."

Yoongi mematikan telepon lalu menjatuhkan kepalanya ke atas meja. Dia tidak tidur semalaman karena harus menyelesaikan pekerjaan yang tertunda. Ingin rasanya menjatuhkan tubuh lelahnya untuk bermesraan dengan kasur meskipun matahari sudah beranjak naik. Tapi Yoongi masih mengingat perkataannya kemarin, akan datang ke rumah sakit saat pagi. Jadi dengan segera mematikan lampu ruangan lalu bergegas keluar untuk bersiap.

Tidak banyak yang dilakukannya. Niatnya hanya mandi lalu bergegas pergi. Tapi dia tertahan karena mengingat sesuatu. Yoongi harus mengirim surat izin ke agensi atau Jungkook akan mendapat masalah. Mengingat dirinya terlalu malas untuk melakukan itu, jadi dia langsung menyambar ponsel dan menelepon seseorang yang pasti akan membantunya.

"Yeoboseyo, Daehyun-ah. Jungkook sakit, buatkan dia surat izin."

Dan begitulah Yoongi, langsung mematikan telepon tanpa menunggu lawan bicaranya merespon. Langkahnya berlanjut, tapi terhenti lagi kala pening menyapa. Yoongi harus rela menubrukkan tubuhnya pada tembok untuk mencari pegangan karena sungguh berbahaya jika dia terjatuh dari tangga.

Dalam hati dirinya mengumpat. Sekali lagi tubuhnya mengingatkan bahwa Yoongi membutuhkan istirahat. Tapi memang dasar dia terlalu tidak peduli pada diri sendiri sehingga mengabaikan sakitnya berkali-kali. Saat ini pun setelah memastikan bahwa pening itu tak terlalu mengganggu, Yoongi kembali melanjutkan langkah.

"Yoongi-ssi, kau baik-baik saja?"

Atensinya teralih, merasa aneh kala mendengar suara familiar di sana. Yoongi jelas tinggal sendiri, jadi bagaimana mungkin ada orang lain di tempat tinggalnya? Mungkin dia benar-benar memerlukan kasur dan tidur sekarang juga.

Pencuri? Penguntit? Yang benar saja?! Orang-orang semacam itu memerlukan password untuk masuk ke apartemennya. Meskipun dia tentu tahu bahwa ada berbagai macam cara untuk menerobos masuk, tapi baginya itu tidak mungkin.

"Yoongi-ssi! Berhenti bersikap seolah kau tidak melihatku di sini."

Rentetan kalimat itu membuat Yoongi tersadar dan akhirnya berhasil mendapati presensi seorang perempuan yang berdiri tak jauh darinya. Helaan nafas terdengar setelah itu. Entah lega karena jelas itu bukan penguntit atau menahan kesal karena lagi-lagi Jieun masuk ke apartemennya tanpa izin.

"Jieun-ssi, berhenti datang tanpa memberitahu. Kita akan sama-sama mendapat masalah jika media menangkapmu berada di sini." entah sejak kapan Yoongi mulai senang mempermasalahkan hal semacam itu.

"Cih, aku hanya khawatir karena kau pasti lebih senang mengurung diri di studio dari pada menyayangi dirimu sendiri. Seharusnya kau bahagia karena memiliki teman sebaik aku. Mulai sekarang—Ya!"

Jieun terpaksa menghentikan ceramahnya karena tiba-tiba Yoongi limbung begitu saja. Tapi saat dia berniat untuk membantu, laki-laki itu mencegahnya dan malah mencoba mempertahankan keseimbangan dengan berpegangan pada dinding yang berada di dekatnya.

"Yoongi-ssi..."

"Aku mengalami Haphephobia. Jangan menyentuhku, oke?"

Jieun berdecak, jelas kesal mendengar ucapan Yoongi. "Berhenti bercanda! Kau kira aku percaya dengan omong kosong semacam itu? Kau sangat menyebalkan." kesalnya

Seharusnya Jieun tahu bahwa Yoongi hanya akan menganggap ucapannya sebagai angin lalu. Bahkan tanpa menghiraukan kekesalan perempuan itu, Yoongi langsung berjalan melewatinya begitu saja. Meskipun begitu tidak ada yang bisa dilakukan Jieun selain mengikuti laki-laki itu.

"Kau akan pergi? Dengan keadaan seperti ini?" tanya Jieun setelah memperhatikan Yoongi yang sedang memakai sepatu. Padahal dia sudah sering melihat laki-laki itu mengacuhkan kesehatannya. Tapi tetap saja itu terasa salah. Ah, tidak. Itu memang salah. Seharusnya Yoongi tidak melakukan itu.

Spring Day [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang