"Kau pasti tinggal nama jika ketahuan dekat denganku, Jungkook-ah."
Jungkook yang sudah nyaris keluar dari mobil sontak menghentikan gerakan untuk memberi tatapan sinis kepada Jieun yang duduk di belakang kemudi. Tapi yang diberi tatapan itu malah tersenyum menang karena lagi-lagi berhasil menjahilinya. Selalu.
"Siapa yang mengatakan bahwa kita dekat?" balas Jungkook dengan wajah kesal. Ia pikir mendengarkan semua ocehannya selama perjalanan sudah cukup. Bukankah seharusnya ia bisa langsung pergi setelah mengucapkan terima kasih seperti biasa?
"Oh, kita bahkan sering bertemu, kan?" balasnya.
Mendengar itu Jungkook hanya memasang senyum terpaksa sebelum kemudian berucap, "Berhenti membual, noona. Dan terima kasih tumpangannya. Lain kali jangan menemuiku lagi." Lantas ia segera keluar dari sana dan berjalan cepat untuk masuk ke gedung agensi.
Hari ini Jungkook akan bekerja di bagian editing, seperti perintah kemarin. Dan sejujurnya ia merasa beruntung karena artinya tidak akan bertemu dengan Daehyun. Bukannya apa-apa, pemuda itu pasti akan menginterogasinya jika bertemu.
Jungkook hanya harus menaiki lift seperti biasa dan menunggu untuk sampai di lantai tujuan. Membungkuk singkat kepada beberapa staff lain yang akan masuk, lantas berjalan cepat ke tempat tujuan. Jungkook melirik jam tangan, memastikan jika ia tidak akan terlambat. Tapi nyatanya ia menggunakan terlalu banyak waktu hingga berakhir harus berlari-lari kecil agar tidak terlambat.
"Jungkook-ssi!"
Sungguh Jungkook sudah mengumpat dalam hati—karena ada saja orang yang menahannya—sembari menoleh mencari siapa yang memanggil. Ia hampir saja terang-terangan mendengus kesal saat melihat Kang PD-nim di sana. Jujur saja ia masih tidak menyukai laki-laki yang hampir menyentuh umur empat puluh itu karena selalu memojokkannya agar mau debut solo.
"Annyeonghaseyo, PD-nim." Jungkook membungkuk singkat, basa-basi agar tidak dicap kurang ajar. Padahal sebenarnya ia ingin langsung pergi tanpa meliriknya lagi. Laki-laki itu begitu menyebalkan di matanya.
"Ah, kebetulan sekali melihatmu di sini. Aku memerlukan bantuanmu, Jungkook-ssi," ujar laki-laki itu dengan terburu-buru. Entah memang begitu atau sedang bersandiwara agar terlihat panik. Jungkook sendiri sudah kebal terhadap sandiwara yang sering dimainkannya.
"Apa yang terjadi?"
"Aku memerlukan back vocal segera."
"Back vocal? Kenapa harus aku?" Jungkook sengaja tidak menghilangkan nada kesal di sana. Sepertinya laki-laki itu benar-benar ingin memaksanya untuk debut. Mendebutkan ulang orang yang pernah jatuh sedalam-dalamnya karena dunia itu jelas akan mengundang banyak perhatian publik. Mereka pasti berencana untuk memanfaatkannya dengan cara itu. Di saat seperti ini Jungkook merasa sangat bersyukur karena mereka tidak memiliki apapun untuk benar-benar memaksanya. Jungkook hanya tidak ingin diekspos lagi, itu saja.
"Pitch nya terlalu tinggi. Tidak ada yang sesuai."
Kau hanya perlu menurunkan pitch nya.
Jungkook hanya bisa menghela nafas sembari melirik jam tangan. "Maaf, PD-nim. Tenggorokanku sedang sakit, aku tidak yakin akan melakukannya dengan baik. Aku juga harus segera pergi," ujarnya sembari membungkuk singkat lantas bergegas pergi. Ia harus menerima omelan singkat karena tertahan di sini, itu pasti. Dan saat itu Jungkook harus menyalahkan Produser Kang yang jelas-jelas menjadi penyebab keterlambatannya.
Ting!
Lagi-lagi Jungkook harus menghentikan langkah. Ia segera mengambil ponsel yang diletakkan di dalam tas yang dibawanya kemudian berjalan sembari melihat pesan yang baru saja masuk. Tapi sedetik kemudian langkahnya terhenti lagi. Menghela nafas, berbalik, kemudiannya kembali menuju lift.
Sembari menunggu lift ia membuka pesan lain yang ternyata sudah masuk beberapa menit yang lalu. Lagi-lagi ia dioper. Tim Editing tidak memerlukannya, jadi sekarang Jungkook ditugaskan ke lapangan. Ingin tahu apa yang harus ia lakukan? Menjadi cameo di salah satu adegan music video.
Mungkin itu terdengar seperti bisa memberi masalah kepadanya karena tentu saja peran ini sangat menarik perhatian. Tapi setidaknya ia harus percaya bahwa mereka tidak akan mengekspose wajahnya lagi. Cukup saat itu saja ia menjadi bahan makian.
Saat masih banyak hal yang berputar dalam pikirannya, tiba-tiba pintu lift terbuka. Jungkook segera membungkuk singkat kepada beberapa orang yang keluar lalu masuk ke dalam lift. Tidak membutuhkan waktu lama untuk membawanya sampai ke lantai dasar. Diam-diam bersyukur karena artinya ia tidak akan membuat yang lain menunggu. Dengan segera ia berjalan keluar gedung agensi setelah menghubungi orang yang katanya akan menjemput.
BRAKK!
Jungkook segera tersadar bahwa telah menabrak seseorang karena berjalan sambil melihat ponsel. Pandangannya turun, melihat beberapa note book dan map berceceran di lantai. "Jwesonghamnida." ucapnya sembari membungkukkan tubuh dalam-dalam kemudian segera mengambil barang-barang yang terjatuh.
"Maafkan aku. Ini—" ucapanku terhenti tepat setelah tiba-tiba menangkap sosok familiar di hadapannya. "Hyung..."
"Kenapa kau terkejut seperti itu? Bukankah sudah kubilang bahwa aku akan berada di sini hari ini?" ucapan Yoongi membuatnya langsung tersadar. Dengan segera ia membungkuk sekali lagi lalu menggumamkan kata maaf.
"Berhenti meminta maaf. Kau bekerja hari ini? Wajahmu masih terlihat pucat," ujar Yoongi lagi, mengabaikan Jungkook yang jelas-jelas canggung setengah mati. Padahal kemarin ia sudah berani membual tentang banyak hal. Kemana perginya semua kata yang bisa ia ucapkan?
"Aku baik-baik saja."
Yoongi hanya mengangguk-angguk, entah apa maksudnya. "Kau akan pergi?" tanyanya sembari mengambil barang-barang miliknya dari tangan Jungkook.
"Ah..." Karena Yoongi mengatakan itu, Jungkook langsung mengingat hal yang seharusnya ia lakukan. "Aku ikut dalam pembuatan music video. Sedang menunggu seseorang menjemputku ke lokasi shooting."
"Eoh? Kupikir kau tidak ingin diekspos ke publik lagi."
"Aku tidak akan membiarkan wajahku terekspos. Lagi pula ini sudah biasa."
Yoongi terdiam dan itu membuat Jungkook ikut melakukannya. Tapi kemudian laki-laki itu membuka tas yang ia bawa, mengeluarkan sesuatu dari sana. Mengabaikan Jungkook yang memberikan tatapan bertanya, Yoongi segera meraih tangannya lalu memberikan benda itu begitu saja.
"Aku berada di studio lantai lima. Temui aku jika kau sudah selesai," ujarnya sebelum kemudian pergi begitu saja, benar-benar mengacuhkan Jungkook yang masih ingin menanyakan banyak hal.
Karena tahu bahwa Yoongi tidak akan menggubris bahkan jika Jungkook meneriakinya sekalipun, atensinya segera beralih pada benda yang kini berada di tangannya. Kotak kertas kuning yang familiar. Mendadak Jungkook berpikir dari mana Yoongi tahu stok vitaminnya habis. Padahal ia sudah berniat mampir ke apotek setelah pulang nanti.
Jieun? Apa perempuan itu benar-benar mengatakan semua yang ia tahu kepada Yoongi? Kalau begini sih namanya benar-benar memata-matai. Tapi entah kenapa rasanya malah menyenangkan. Perhatian-perhatian kecil seperti ini benar-benar sukses membuatnya banyak tersenyum.
"Jungkook-ssi!"
Si pemilik nama mendongak, memandang seseorang yang melambaikan tangan untuk menarik perhatiannya. "Ye. Tunggu sebentar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring Day [END]
Fiksi Penggemar[방탄소년단 x 전정국] Ini adalah kisah tentang kerinduan seseorang pada sebuah kebahagiaan. Mengenai bagaimana dirinya menjalani kesunyian hatinya dan tentang keteguhannya dalam mencari alasan mengapa dia harus menanti. Jeon Jungkook harus terpisah dari ena...