Chapter 2 "Don't Wanna See You Hurt"

694 66 19
                                    


Keramaian di hall membuat perut Mark melilit gugup. Sahabatnya di kampus yang juga ketua angkatan mereka menepuk pundaknya pelan, membuatnya menoleh padanya.

"Alai na? Kenapa kau terlihat gugup?!" pria yang berdiri di sebelahnya menepuk pundak Mark pelan, menuntut perhatian darinya,

"Tentu saja aku gugup Ai'Som... Bisakah aku tidak usah bicara?! Aku tak yakin bisa bicara di atas sana tanpa mengacaukan semuanya..." Mark memainkan ujung kukunya dengan gelisah,

"Ai'Mark yang benar saja! Kau yang artis... Kenapa jadi kau yang lebih gugup daripada aku na?!" sahut Som tak percaya, walau begitu dia sedikit simpati melihat wajah Mark yang terlihat lebih pucat dari biasanya,

"Tapi mereka banyak sekali Som..." keluhnya,

"Tentu saja... Di luar sana ada mahasiswa/i baru SWU dan juga anak-anak angkatan kita, serta perwakilan dari angkatan atas... Mungkin ada 700an orang menunggumu di luar sana!" sahutnya, jelas-jelas menggoda Mark dengan kalimatnya,

"Ba o, Pheun... Kau malah membuatku semakin gugup!" omelnya pada Som,

"Cai yen yen... Kau bisa melakukannya! Tenang saja na... Ayo ini giliran kita!"

Mark dan beberapa perwakilan angkatan mereka naik ke atas panggung. Dia dan Som akan bertugas memberi sambutan untuk mahasiswa baru. Dia bisa melihat Saint dan Blue juga naik ke atas panggung sebagai perwakilan dari angkatannya. Mereka pun bertukar sapa dengan anggukan kepala.

Begitu sampai di atas panggung dia mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru auditorium. Para mahasiswa baru duduk di tengah lapangan basket menghadap panggung dan mahasiswa angkatan atas duduk di tribun menghadap ke arahnya.

Sekilas pandang matanya tertarik ke sebuah kerumunan yang tampak asyik sendiri. Beberapa mahasiswi mengerubuti mahasiswa baru dan berbicara seru satu sama lain. Som menyikut Mark pelan, menunjuk ke arah yang sama.

"Bukankah itu Nong-mu?" tanya Som,

"Nong-ku?"

"Yang bermain denganmu dalam serial LBC... Siapa namanya? Perth?" sahut Som seraya mencoba mengingat-ingat,

"Perth? Dimana ada Perth?" Mark terkejut mendengar Perth ada di antara mahasiswa baru,

"Itu di tengah kerumunan di deretan belakang! Kau tak melihatnya?"

Mark berkonsentrasi mencoba melihat menembus kerumunan itu. Tapi tak berhasil. Terlalu banyak orang yang menghalangi pandangannya. Namun saat upacara penyambutan dimulai, barulah kerumunan itu terurai dan disanalah Mark melihatnya.

Pria dengan rambut tebal berwarna hitam, kulit yang sedikit lebih gelap dari dirinya dan senyum yang sanggup mencerahkan pagi yang mendung suram sekalipun. Perth terlihat tampan dengan kemeja putih lengan panjang dan celana hitam.

Perth dengan riang melambaikan tangan ke arahnya dan menunjuk-nunjuk dirinya dengan gerakan heboh. Mark melirik ke arah Saint, yakin Perth melambai pada Saint. Tapi saat melihat ke arah seniornya, Saint terlihat cuek dan asyik ngobrol dengan temannya tak memperhatikan mahasiswa di bawah sana.

Sekejap Mark bisa melihat wajah Perth berubah sedikit kecewa dan dia menurunkan tangannya. Melihat itu Mark mengangkat sedikit tangannya dan melambai pelan ke arah Perth sambil tersenyum kecil membuat semua orang terkesiap demi melihat senyumannya. Walau sebenarnya dia tak yakin Perth melihat ke arahnya.

TAKING CHANCES (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang