Mark terkesima dengan warna-warna kembang api yang terlontar keluar dari tabung itu dan pecah di angkasa menjadi bunga api seukuran raksasa.
"Perth!! Lihat! Kembang apiku..." Mark melihat ke belakang dan tak menemukan sosok Nong-nya disana.
Dia berbalik dan mencoba mencari sosok pemuda itu dan tak menemukannya dimanapun. Pantai itu sedikit gelap. Penerangan yang ada hanya dari lampu-lampu yang dipasang dekat hotel dan bulan yang tinggal separuh.
"P'Pam... Apa kau lihat Perth?" tanyanya pada Pam,
"Tadi dia mengikuti kita kemari, tapi setelah itu tak tahu kemana. Sepertinya duduk di bukit itu. Entahlah!!" jawabnya cuek.
Mark melihat ke arah yang ditunjukkan Pam dan memicing mencari sosok Perth. Nihil.
'Apa dia kembali ke kamar? Mungkin dia merasa bosan...' pikirnya, sambil mengamati kembang api di langit, 'Tadi dia terlihat lelah. Mungkin dia hanya ingin istirahat lebih awal...'
Mark seolah berbincang dengan dirinya sendiri. Bahkan dia tak mendengar saat Pam dan Nink memanggilnya untuk mendekat ke arah mereka.
"A... Aku... harus kembali!" kata Mark akhirnya,
"Bantu kami habiskan kembang apinya dulu Nong!" sahut Nink,
"Lebih baik disimpan dulu saja Phi... Masih ada malam penutupan kan. Kita bisa menyalakannya bersama yang lain saat itu!" kata Mark sambil berbalik dan mulai berjalan,
"Mark..." Pam mencoba menghentikannya dengan menarik sikunya,
"Aku harus kembali Phi... Terima kasih sudah mengajakku!"
Mark merasa cukup berbaik hati pada gadis itu. Dia juga tak ingin memberi kesan seolah tertarik padanya. Yang mana dia sama sekali tidak tertarik. Pam gadis yang manis dan cantik, tapi hati Mark tidak tergerak.
Dan saat ini dia lebih mengkhawatirkan keadaan Perth yang tiba-tiba menghilang.
"N'Maaark..." protesnya, namun Mark tak menggubris panggilan Pam.
Dia berjalan melintasi pasir, kembali menuju hotel dalam penerangan seadanya. Karena tadi Pam yang membawa senter untuk menerangi jalannya.
***
"Perth..."
Mark memasuki kamar hotelnya yang dalam keadaan gelap. Dia hampir mengira juniornya itu belum kembali saat melihat gundukan selimut di atas tempat tidur Perth.
"Nong... Kau baik-baik saja?" Mark mencoba menggoyang-goyang tubuh Perth yang berbelit selimut,
"Uhn... Aku capek!" sahutnya lemah dan dengan suara yang terdengar sedikit serak,
"Kenapa tidak menjawab saat Phi memanggilmu tadi?" tanya Mark sedikit kesal,
"..."
"N'Perth..." Mark mulai merasa kesal karena Perth mengacuhkannya.
Mark menyalakan lampu tidur di samping ranjang Perth dan menyingkapkan selimut untuk melihat pemuda yang berbaring di baliknya. Dia bisa melihat wajahnya terlihat lesu, membuat Mark sedikit khawatir.
Dengan perlahan dia menyentuh kening Perth dan walau pria itu langsung menjauhkan keningnya dari tangan Mark, dia bisa merasakan suhu tubuh Perth yang meningkat.
"Nong... Kau demam?" dengan cepat Mark menyibakkan bed cover Perth dan tangannya menyentuh kening, leher dan pipi Perth, tidak mempedulikan perlawanan lemah dari juniornya,
"Aku tak apa-apa Phi... Hanya demam biasa!" sahutnya, "Tapi ada apa denganmu? Kenapa tubuhmu penuh dengan pasir?!"
Perth mengernyit melihat keadaan Mark saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKING CHANCES (COMPLETED)
FanfictionPerth dan Mark bertemu di project LBC. Mereka memulai semuanya dari sebuah persahabatan, hingga hubungan Kakak-Adik yang akrab. Perth selalu ada untuk Mark dan Mark menikmati apa yang ditawarkan Perth padanya. Mereka saling menjaga dan peduli satu...