Mark mendapat informasi tentang audisi ini dari agent-nya dan dia sangat senang mendengar hal ini. Netflix memutuskan membuat sebuah film lokal Thailand. Dia tahu ini adalah kesempatan emas dan dia ingin melakukannya.
Bermain dalam produksi Netflix berarti dia akan memiliki kesempatan untuk go International. Film itu walau ber-setting Thailand, ada kemungkinan akan diputar di luar negeri.
Hari itu dia berangkat ke lokasi audisi dengan semangat membuncah dan mood yang baik. Dia telah menyiapkan fisik dan mentalnya demi hari ini.
"Mae tidak usah menungguku. Setelah audisi P'Katty akan menjemputku..." sahutnya dengan setengah badan di dalam mobil dan mencium pipi Ibunya,
"Semoga sukses Mark... Mae rak chan!" sahut wanita itu sambil memeluk tubuh tinggi Mark dan mengecup pipinya,
"Mark rak Mae na..." jawabnya sambil tersenyum.
Pihak Netflix menyewa sebuah auditorium untuk acara hari itu. Mark telah mengirimkan portofolio dan berkasnya 1 bulan yang lalu, jadi secara teknis ini adalah audisi putaran keduanya.
Begitu memasuki auditorium itu dia menyadari jumlah peserta yang tidak terlalu banyak. Baru saja dia duduk di kursinya, seseorang berteriak heboh dan memeluknya membuat Mark tertarik berdiri.
"P'Maaarkkkk... Aku tak tahu akan bertemu denganmu disini!" sahut pemuda itu,
"Perth? Apa yang kau lakukan disini?" tanyanya bingung.
Sudah beberapa saat sejak terakhir dia bisa menghabiskan waktu bersama Perth. Jadwal ujiannya dan Perth hampir berurutan.
Saat Perth senggang, Mark sedang mempersiapkan ujian, kemudian menjalani ujian itu sendiri. Sedangkan setelah Mark selesai ujian, giliran Perth yang harus mempersiapkan ujian semesternya.
"Audisi Phi..." katanya sambil tertawa,
"Kau tidak bilang kalau..."
"Phi juga tidak bilang apa-apa!" katanya sambil tertawa renyah, "Agent-ku yang mengirim berkas, aku baru diberi tahu saat ada panggilan berikutnya... Yaitu seminggu yang lalu. Mereka kejam sekali... Aku tak punya banyak persiapan untuk hari ini..."
Perth duduk cemberut dan melipat kedua tangannya di depan dada, membuat perut Mark terasa seperti diaduk-aduk, Perth terlihat imut dengan raut kesalnya. Percakapan mereka terhenti karena beberapa orang berjalan masuk ke dalam auditorium itu dan memperkenalkan diri sebagai penilai.
Mark mencuri lihat pria muda di sebelahnya dan kemudian memusatkan perhatian ke depan, senyumnya muncul tanpa bisa ditahan.
Dia berharap mereka berdua akan lolos dan bisa menghabiskan waktu bersama lagi seperti saat workshop LBC. Dia berdoa dengan keras dalam hati demi kesuksesan mereka berdua.
Hanya Tuhan dan dirinya yang tahu betapa Mark merindukan menghabiskan waktu dengan pemuda ceria yang kini duduk di sampingnya dan bergerak-gerak tak sabar.
***
Perth, Mark dan Plan janji bertemu di Starbuck dekat condo Plan untuk nongkrong bareng sambil makan siang karena kebetulan jadwal mereka bertiga sedang kosong.
"Aw... Jadi kalian akhirnya lolos dalam audisi itu?" tanyanya sambil mengusak kepala Perth yang langsung ditepis dengan cepat oleh Si Empu, tak mau rambutnya berantakan karena ulah Phi-nya,
"Urr... Aku benar-benar tidak menyangka akan lolos... Ini menyenangkan sekali kan Phi? Kita bisa bermain bersama dalam satu film lagi..." sahut Perth pada Mark.
Mark hanya bisa tersenyum kecil melihat antusiasme Perth yang menular. Plan yang duduk di depan mereka juga tertawa senang melihat tawa Perth. Tapi Plan melirik Mark yang terlihat sedang berpikir keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKING CHANCES (COMPLETED)
FanfictionPerth dan Mark bertemu di project LBC. Mereka memulai semuanya dari sebuah persahabatan, hingga hubungan Kakak-Adik yang akrab. Perth selalu ada untuk Mark dan Mark menikmati apa yang ditawarkan Perth padanya. Mereka saling menjaga dan peduli satu...