Suara tawanya membuat Mark merasa terganggu dan mungkin dia berbagi perasaan itu dengan pengunjung cafe yang lain. Walau dia meragukannya.
Walau pria ini bertingkah aneh, slengekan dan kurang ajar, tak banyak orang yang berhasil membencinya. Blue Pongtiwat bisa dimaafkan hampir untuk semua kesalahan hanya dengan menggunakan wajah tampannya.
'Issat!!' rutuknya sebal,
"Apa kau masih belum puas tertawa? Aku bisa pergi ke kamar mandi dulu atau ke supermarket terdekat atau lebih baik lagi, aku bisa pulang dan tidur siang daripada duduk disini bersamamu!" sahut Mark tanpa menyembunyikan kekesalannya,
"Ohooo... Jangan marah na... Aku hanya teramat sangat bahagia karena akhirnya kau mengakui perasaanmu Mark...
Kau tak tahu seberapa penasarannya aku ingin mengetahui hal itu..." kata Blue mencoba mengontrol tawanya, dia tak ingin membuat Mark lebih kesal dari ini,
"Mengetahui apa?"
"Kapan kau akan menyadari apa yang kau rasakan pada N'Perth itu bukan sekedar rasa suka antar teman..." sahutnya dengan cengiran jahil,
"Bagaimana aku bisa tahu jika aku tak pernah merasakan itu pada orang lain?" gumam Mark memutar mata,
"Ini bukan pertama kalinya kau memiliki kekasih... Dan aku cukup yakin kau bukan perjaka!
Bagaimana mungkin kau melewatkan semua tanda-tandanya?" sahut Blue tak percaya,
"Tak ada yang pernah membuatku merasakan apa yang kurasakan saat bersama Nong!"
Blue merasa ingin muntah karena kata-kata cheesy Siwat.
"Heuiii... Tanpa sadar kau sudah jatuh terlalu dalam no..."
"Tapi... Apa dia juga merasa begitu?" tanya Mark, lebih kepada dirinya,
"Dari apa yang kau ceritakan... 75persen moment yang kalian alami, diinisiasi oleh Perth... Bagaimana kau bisa bilang dia tak tertarik padamu?" Blue hanya bisa berdecak sebal mendengar keraguan kental dalam suara Mark,
"Karena mungkin saja itu hanya dia rasakan karena kami terlalu mendalami karakter kami..." jawabnya,
"Mark... Serius deh! Apa yang kau lihat di mata Perth minggu-minggu belakangan ini, sudah kulihat padanya selama hampir setahun belakangan..." kata Blue dengan raut wajah serius, "Apa kau ingat betapa bahagianya dia saat melihatmu di atas panggung saat pesta penyambutan mahasiswa baru?! Bahkan saat itu aku sudah tahu Perth menganggapmu spesial..."
"Tapi saat itu dia masih menyukai Saint..." protes Mark,
"Dia mungkin masih menyukainya. Masih terluka karenanya. Tapi bukan berarti saat itu dia menganggapmu teman biasa..." sahut Blue.
Mark nampak berpikir keras sambil mengaduk-aduk rootbeer float-nya.
Melihat hal itu Blue menambahkan, "Dari yang aku lihat... Perth sudah berusaha mendekatimu lebih keras, bahkan sebelum shooting Stranded dimulai..."
"Mana mungkin..." ucapnya tak percaya,
"Mungkin saja... Kau ingat saat kau mengajarinya Bahasa Inggris?!"
"Unn..."
"Saat itu aku benar-benar mengajaknya berkencan, asal kau tahu saja!" kata Blue sambil tersenyum miring,
"Alai wa?"
"Cai... Aku mendapat nomornya dan menelpon Perth. Aku bahkan mengajaknya bertemu untuk makan malam dan bilang aku ingin mendekatinya..." jelas Blue sambil mengacungkan Jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf V,
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKING CHANCES (COMPLETED)
FanfictionPerth dan Mark bertemu di project LBC. Mereka memulai semuanya dari sebuah persahabatan, hingga hubungan Kakak-Adik yang akrab. Perth selalu ada untuk Mark dan Mark menikmati apa yang ditawarkan Perth padanya. Mereka saling menjaga dan peduli satu...