"Ini terlihat bagus kan?!""Ketakutannya jelas terlihat, ketegangannya tersampaikan. Tapi kita tidak bisa menilai semua ini sebelum kita melihat adegan puncak bagi mereka berdua..."
"Menurutmu dia bisa memalsukan getaran tangannya itu? Dia benar-benar gemetar memegang botol obat itu Phi..."
"Interpretasinya kuakui cukup bagus. Masih sedikit kasar tapi bagus... Kita lihat adegan malam nanti! Semoga dia bisa seprima ini!"
Mark menatap adegan itu dari layar kecil di depan mereka. Scene ini hanya menampilkan Krit dan Anan jadi Mark bisa beristirahat setelah menyelesaikan bagiannya.
Malam ini dia akan melakukan adegan bunuh dirinya.
Pada bagian inilah saat Krit akan membantunya mengakhiri penderitaannya. Adegan inilah yang membuat Mark menerima peran Jack. Adegan penuh perasaan dan menguras emosi. Dia selalu ingin mencoba peran seperti ini.
Mark berjalan kembali ke cabin-nya untuk bersiap. Baru saja dia mendengar pujian Sutradara untuk akting Perth jadi dia merasa sedikit terbebani karena itu berarti jika dia tidak bisa mengimbangi kekuatan akting Perth, bisa jadi mereka akan gagal membawakan peran ini.
Dia terkejut saat mendapati Perth ternyata ada di dalam cabin. Dia berbaring seperti janin di atas tempat tidur dengan ac menyala maksimal dan ruangan gelap gulita. Segelap yang bisa dia dapat mengingat matahari masih bersinar di luar sana.
"Perth apa yang kau lakukan?" tanyanya, namun Perth tak bergerak. Matanya menatap nanar tembok kosong.
Mark bergerak mendekati Perth, menyentuh pundaknya dan merasakan tubuhnya mengejang. Namun pria muda itu tidak meresponnya.
"Perth... Perth..."
Dia masih tak merespons, hingga kemudian Mark terpikir sesuatu dan sambil duduk di tepi tempat tidur dia membelai rambut Perth sambil berbisik lembut, "Krit..."
Mata hitam Perth mengerjap beberapa kali sebelum kepalanya menoleh ke arah Mark dan menatapnya.
"Me ben rai... Aku disini..."
Tanpa bersuara dia beringsut memeluk tubuh Mark. Tangannya melingkari pinggang Mark dan kepalanya ada di paha pria yang lebih tua itu.
Mark bisa merasakan pelukan erat Perth dan tangannya tak berhenti membelai rambut Perth yang halus, hingga dia merasakan deru napas halus.
'Hoiii... Kau tertidur?! Apa yang harus kulakukan padamu? Kau membuatku khawatir na...' batinnya.
Mark membiarkan Perth tertidur dan dia pun menyamankan tubuhnya. Bersandar pada headboard. Walau Perth tertidur, tangannya tak melepaskan tubuh Mark sama sekali. Dengan posisi itu kedua remaja itu tertidur.
***
"Kau siap Mark?" tanya P'Nan
"Sesiap yang bisa aku rasakan untuk mati!" sahutnya,
"Hoi... Jangan bercanda na..." sebuah pukulan mendarat di bahunya, membuat Mark terkekeh,
"Khor tut... Khor tut..." sahutnya meminta maaf,
"Perth akan baik-baik saja?" tanyanya, "Dia melamun terus sejak tadi... Bahkan dia tidak merespons saat dipanggil!"
"Me ben rai Phi... Dia sedang mempertahankan aktingnya..." sahut Mark,
"Hah?"
"Uhn... Setelah ini kami akan mengambil scene berat, jadi mungkin dia sudah masuk lebih dulu!" jelasnya,
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKING CHANCES (COMPLETED)
FanfictionPerth dan Mark bertemu di project LBC. Mereka memulai semuanya dari sebuah persahabatan, hingga hubungan Kakak-Adik yang akrab. Perth selalu ada untuk Mark dan Mark menikmati apa yang ditawarkan Perth padanya. Mereka saling menjaga dan peduli satu...