Lara duduk didepan meja makan dengan memegangi kepalanya yang tiba-tiba merasa pusing. Lara tak tau penyebabnya tapi itu sangat mengganggu aktifitasnya.
Selain pusing ia juga merasa kedinginan,Lara benar-benar terganggu karena sakitnya.
Liam baru saja masuk ke menghampiri Lara,dan ia melihat wanita itu tengah memegangi kepalanya.
"Lara,kau kenapa?"tanyanya,Lara menatap Liam.
Ia menggeleng. Padahal sudah jelas kalau ia sedang sakit.
Liam mendekati Lara,lalu ia menyentuh kening Lara .
"Kau demam lagi"ucap Liam,Lara menatap pria itu,Lara baru ingat jika ia belum meminum obat demam yang dokter berikan. Mungkin ini penyebabnya sehingga ia demam.
"Kau belum minum obat?"tanya Liam
Lara menggeleng.
"Biar aku ambilkan obatmu, sepertinya kau pusing"ucap Liam,Lara hendak mencegahnya namun pria itu terlalu cepat pergi dari hadapan Lara.
******
Liam marah, saat tau bahwa obat dari dokter,sama sekali tak Lara minum.
Andai saja Lara tau betapa khawatir nya Liam,saat itu pasti Lara mau meminum obat demam yang dokter berikan.Liam segera membawa obat itu kepada Lara. Bagaimana pun caranya Lara harus minum obat itu.
****
"Lara, kenapa kau tidak meminum obat ini sama sekali"ucap Liam,sambil memperlihatkan obat yang masih utuh.
"Maaf,aku tidak sempat meminumnya"ucap Lara pelan.
"Lara,apa kau tau karena kau sakit,Eliza harus menundah pekerjaan nya dan aku tidak bisa menemaninya karena harus menjaga mu"ucap Liam dengan nada marah
"Apa kau tidak perpikir tentang itu"ucap Liam, lagi-lagi dengan nada tinggi.
Lara menatapnya,Lara tidak pernah meminta Liam, untuk menamainya, jika ia ingin pergi silahkan. Dan Liam, tidak perlu berkata seperti itu pada Lara. Sungguh itu menyakiti hati Lara.
"Aku tidak pernah meminta mu menjagaku,kalau kamu ingin pergi.. silahkan"ucap Lara, sebelum ia berlari meninggalkan Liam.
"Lara.."teriak Liam. Lagi-lagi ia salah.
Liam segera mengejar Lara yang masuk ke kamar. Liam menatap pintu kamar yang tertutup. Ia tak tau apa yang Lara rasakan sekarang.
Liam ingin sekali membuka pintu itu lalu meminta maaf kepada Lara. Namun ia belum berani mengatakan itu.
Untuk mengetuk pintu saja,Liam merasa ragu. Ia akhirnya duduk di kursi yang berada didepan kamar.
"Tidak seharusnya aku berkata seperti itu, pasti Lara terluka"ucapnya
******
Lara kembali menangis dibalik selimut yang menutupi tubuh nya. Ucapan Liam, amatlah menyakiti hatinya. Seolah pria itu menyalahkan Lara atas semua yang terjadi.
Karena Lara, Eliza membatalkan kepergiannya dan Liam, tidak bisa menemaninya.
Lara tau ia salah,tapi Lara tak pernah meminta agar Liam menjaganya.
Dan ucapan tadi cukup tajam bagi Lara.Lara tak percaya ucapan itu bisa Liam ucapkan padanya.
Lara mencoba bangkit,ia menghapus air matanya. Lalu berjalan mendekati pintu.
Ia menatap pintu didepannya.
"Aku berharap kalau kamu ada didepan pintu lalu memeluk ku,tapi itu hanya harapan ku, harapan yang tidak bisa jadi kenyataan"ucap Lara dalam hatinya. Air matanya kembali turun. Harapan itu terlalu tinggi untuk menjadi sebuah kenyataan.
Disaat bersamaan,Liam kembali menatap pintu kamar yang tertutup itu.
"Lara,andai saja kau tau,saat ini,entah kenapa aku ingin melihatmu, memeluk mu dan meminta maaf atas ucapan ku,tapi aku belum berani"ucap Liam, dalam diamnya. Ia masih menatap pintu itu. Ia berharap,Lara baik-baik saja.
Lara menyentuh pintu tertutup itu dengan tangannya.
"Kalau memang cinta mu hanya untuk nya, kenapa masih ada aku
disisimu"ucap Lara dalam hatinya.Liam menempel tangannya pada pintu tertutup itu. Dengan perasaan bersalah akibat ucapan nya tadi.
"Maafkan aku Lara"ucapnya dalam hati.
Bersambung.
Kurang greget apa coba mereka ini :(
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bukan Dia
Romance|Terdapat Unsur Dewasa| "KU KIRA KAU BENAR-BENAR MENCINTAI KU, KARENA KAU MENIKAHI KU, TERNYATA AKU SALAH, KAU MASIH MENCINTAI KEKASIH MU, TERBUKTI SAAT PERCINTAAN KITA KAU SELALU MENYEBUT NAMANYA, LALU KAU ANGGAP AKU INI APA?" ~~~~~~~~ "AKU TAU AKU...