36

703 54 2
                                    

"hah?!apa maksud lo je?kenapa gw ga boleh ketemu sama lo?butuh penjelasan nih!!masa kembaran gw dijodohin gw nya ga tau."-ucap jeje dalam teleponnya. Wajahnya terlihat kesal atas keputusan yang diambil sang papa kalau ia tidak boleh datang dan menyaksikan acara pertunangan itu entah alasan nya apa.

"ya bodo,yang tunangan gw kok elo yang ribet. Lagian calon gw baik kok."

Jeje menggertakan giginya."lo kenal athariq?sejak kapan?gw yakin lo baru ketemu sekali sama dia."

Terdengar helaan nafas dari telpon seberang."udahlah je,please ikutin aja apa mau papa."

Wajah jeje sekilas berubah datar dan tanpa ekspresi. "apa kalian ga kangen sama gw?tega kalian biarin gw sendirian?hah ok semoga acara tunangan lo lancar tanpa gw. Dan sampai jumpa nanti di perlombaan."

Jeje langsung mematikan sambungan ponsel itu,jeje sekarang yakin bahwa ini adalah waktunya untuk hidup tanpa sosok keluarganya. Ini hanya itungan hari tak akan lama dan ia pasti bisa melaluinya.

Jeje yang lagi telpon di lorong sekolah pun melajukan langkahnya sampai tak sengaja ia menabrak pundak seseorang.

Andara,rupanya.

"maaf dar."-ucap jeje tapi seketika pergelangan tangannya di cekal oleh andara.

"bisa kita bicara?"

Tanpa ragu jeje mengangguk dan ia dibawa oleh andara menuju ke taman sekolah.

"tentang kejadian kemarin,maaf atas apa yang lo lihat."-ujar jeje terlebih dulu sebelum andara.

"ah tak apa,aku mengerti sekarang. Aku telah mendengar semuanya dan aku tak akan membocorkannya."

"lalu apa yang mau kamu bicarakan?"

Andara meremat ujung roknya. "setelah mendengar tentang kisah tante ku dan ava,aku takut."

Jeje mengerutkan dahinya.
"aku takut perasaan dalam diriku sama kamu juga akan berakhir seperti perasaan tante andara."

Jeje hanya diam memilih mendengarkan semuanya tanpa jeda. "maka dari itu aku putusin untuk move on dari kamu. Aku ga mau tumbuh perasaan yang salah jika terus begini."

"kalau begitu makasih,aku menghargai semua keputusan kamu."-balas jeje dan setelahnya andara pergi tanpa sepatah kata pun dari pandangan jeje.

Tiba-tiba jeje merasakan sesak di dadanya. Ada firasat buruk menyelimuti perasaannya.
"kenapa hidup gw ga bisa tenang sedetik aja sih?"-keluhnya.

Tanpa jeje tahu ada seseorang tengah mengamatinya dari belakangnya dengan seringainya.






"kalau lo mau ketenangan maka akan gw beri arti ketenangan sesungguhnya dalam hidup. Tunggu gw akan menghampiri lo Ravael."

****

"hei kenapa kamu melamun?"

Jefri berjalan sambil membawa cangkir teh menyusuli istrinya yang lagi duduk di teras seorang diri. Kebetulan karena rumah santika selalu sepi jadi dengan kedatangan mereka membuat jehan dan jena sedikit senang karena mereka takkan kesepian lagi.

"jeje dah sarapan belum ya?dia udah minum vitaminnya belum?dia baik-baik aja kan?"-gumam sandra yang didengar oleh jefri.

"dia dah dewasa san,dia pasti bisa urus dirinya sendiri."

"sampai kapan dia sendiri?"

Jefri terdiam mendengar pertanyaan dari istrinya. Sebenarnya bukan tanpa alasan jeje tak boleh ikut dan ditinggal sendirian di rumah. Tapi alasan itu hanya diketahui oleh sandra dan jefri berdua.

He's returns (2) {END}√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang