45

829 68 1
                                    

Sandra, wanita itu sedang sibuk menyiapkan sarapan untuk keluarganya di pagi yang cerah ini. Masakkan yang paling disukai yang lain adalah ketika sandra memasak sayur ayam dengan nasi telur. Sederhana tapi sangat berarti.

Sandra pun membawa masakannya ke meja makan. Ia lihat Jeva dan argan yang turun dari tangga dengan seragam rapihnya.

Jeva dan argan pun duduk bersampingan, jefri juga sedang mengurus berkas-berkas pekerjaannya. Seperti biasa pria yang umurnya hampir setengah abad itu selalu sibuk.

"masak apa mah?"-tanya jeva dengan senyumnya. Sandra pun tak kalah tersenyum dan menjawab pertanyaan putrinya. Jeva dan argan serta jefri mulai mengambil porsi makan mereka masing-masing. Sementara itu sandra kembali ke kamarnya mengambil dompet serta tas lalu kembali turun.

"mama mau langsung ke rumah sakit?"-tanya argan di sela makannya.

"iya, nanti kalian kalau ga sibuk nyusul aja ya."-Sandra pun segera pamit keluar meninggalkan keluarganya sarapan.

Hari ini adalah hari ketujuh Jeje koma. Tapi baik sandra maupun jefri takkan menyerah untuk menunggu anaknya kembali bangun. Mereka harus tetap kuat dan berdiri tegap sebagai tumpuan bagi argan dan jeva.

Sandra membuka pintu ruang rawat jeje, ia tersenyum sambil menyapa jeje. "Selamat pagi sayang,ini mama."

Sandra membuka tirai yang menutupi sinar matahari. Setiap hari ia selalu membawa setangkai bunga dan menaruhnya di vas diatas nakas dekat dengan jeje.

Tidak lama pintu ruangan terbuka menampilkan dokter cantik yang selalu setia menunggu pasien kesayangannya bangun. "ganti infus ya?"-tanya sandra.

Vira mengangguk dengan ramah, segera ia mengganti infusan jeje dengan sangat hati-hati. Dokter vira adalah salah satu orang yang selalu mendukung dan menguatkan keluarga Thio.

"kamu sudah sarapan dok?"-tanya sandra basa-basi. "sudah kok."

Keheningan kembali menyapa, biasanya sandra akan mengajak ngobrol jeje atau membacakannya buku.

"kira-kira kapan ya jeje bangun?"-gumam sandra yang menatap jeje. Sebelumnya vira melihat ke arah sandra sekilas.

"mengapa ga tanya sendiri aja sama jeje?"-tanya vira balik. Dan anehnya sandra beneran melakukannya.

"Je kapan bangun?mama kangen!"

"setidaknya anggap saja bahwa jeje selalu mendengarkannya."-ujar vira.

****

"JEVA YUHUHUUU!!!"

dari ujung pintu kantin bisa jeva dengar suara dari lambe turah. Siapa lagi kalau bukan zean yang sambil bawa mangkok bakso teriak-teriak ga jelas.

Pletak!!

Baru saja zean menempelkan pantatnya di bangku sudah di lempar pakai sendok sama bima.

"APAANSIH BIMM??SAKIT NJG!"-kesal zean pada bima.

"diem ah gw mau makan dengan tenang!"

Mau ga mau zean diam karena ada jeva kalau ada jeva mereka agak sungkan berantem. Kalau dah berantem depan jeva itu malah jeva yang lebih galak.

"makan apa jev?"-tanya zean dengan santai.

"batagor."-jawab jeva sekenanya.

Dari arah belakang andara datang ke meja mereka membuat satu meja itu bertanya-tanya. "aku mau jenguk jeje, va."

"jenguk tinggal jenguk."-jawab athala.

"yaudah nanti habis pulang sekolah bareng sama gw."-jawab jeva dan reaksi andara begitu senang. Andara memang sudah melupakan rasanya tapi jeje tetap orang terdekatnya kan?

He's returns (2) {END}√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang