30

819 66 1
                                    

"kamu habis darimana aja?papa kamu nyari-nyariin kamu je!"-sandra yang melihat kedatangan anaknya langsung bertanya tapi tak ada jawaban dari jeje. Sandra merasakan ada yang aneh dari anaknya ini,belum pernah sandra melihat tatapan datar dan dingin yang ditunjukkan oleh jeje sekarang. Sandra tahu bahwa suaminya itu telah memberitahu jeje semuanya dan ia jelas tahu bahwa anaknya sangat kecewa sekarang.

"ga penting jeje habis darimana mama ga perlu tahu."

Untuk pertama kalinya dalam hidup sandra melihat anaknya yang berbeda,ia menjadi dingin dan seperti tak punya ekspresi lain selain diam. Jeje melangkah menaiki tangga menuju kamarnya dan mengunci dirinya sendiri, ia butuh waktu untuk menerima semuanya. Ia butuh ketenangan dan sendiri untuk kembali siap menghadapi semuanya.

Bisa jeje dengar baik suara jefri maupun sandra yang membujuk bahkan juga meminta maaf padanya. Bukan,ini semua bukan salah mereka hanya saja jeje tak bisa menerima ini dengan mudah. Jeje duduk di depan pintu,tubuh itu bersandar dengan kepala yang menunduk menyembunyikan wajah tampannya.

Cahaya terang menerangi kamarnya yang sedang gelap karena sang pemilik yang tak mengizinkan secercah cahaya pun untuk masuk. Cahaya itu adalah dirinya,ava.

"kecewa. Itu adalah perasaan yang pasti semua manusia akan merasakannya. Dulu aku juga pernah kecewa saat papaku masih menganggap bahwa diriku masih sakit...kamu ingat?memang saat itu rasa kekanakkan masih ada dalam diri. Ya sama yaitu mengunci diri di kamar dan membuat keluarga mu khawatir tak berujung menunggu kamu untuk sekedar membuka pintu."

Jeje mengangkat wajahnya,tak ada air mata karena anak itu sudah lelah menangis. Air mata terlalu berharga untuk dibuang sia-sia di waktu yang tidak tepat.

"aku hanya butuh waktu untuk menenangkan diri. Bukankah dulu kamu juga begitu?"

Ava tau,ia begitu tau apa yang dirasakan oleh jeje, rasanya begitu campur aduk sampai rasanya bingung mau marah sama siapa. Dan jeje membuat keputusan yang salah dengan memutuskan marah kepada dirinya sendiri.

"yang aku tau sedari tadi kamu tidak menenangkan diri tapi menyalahkan diri sendiri. Kamu tidak bersalah dan kamu juga tidak bisa menyalahkan takdir. Tidak ada yang salah yang salah adalah karena kamu menyalahkan dirimu sendiri. Berhenti lakukan itu!"

Jeje kemudian berdiri berjalan ke arah lemari kaca penuh kebanggan yang menyimpan sejarah.

"lalu aku harus apa?aku butuh pendapatmu sebagai diriku yang lain. Haruskah aku berhenti dan mulai melupakan atau kembali dengan pemaksaan? Apapun yang kamu putuskan akan aku ikuti dengan sepenuh hati tanpa paksaan."

Ava terkejut otaknya berusaha mencerna perkataan jeje yang sulit diterka.

"mengapa harus aku?karena apapun nanti hasilnya jiwamu yang akan menjalani itu semua. Bukan aku!aku hanya menyaksikannya."

Jeje tersenyum kecil,katakanlah ia gila sekarang karena tekanan yang terus ia dapatkan. Masa indah tujuh belas tahunnya terganggu dengan banyak hal membuat anak itu hampir lupa dengan rasa sakit dan bahagia.

"karena diriku yang ini tidak tahu pilihan apa yang harus dipilih. Setidaknya keputusan mu adalah keputusan ku juga."

Ava melihat jeje yang berdiri didepannya. Tidak ada bedanya,Tuhan memang memberinya kesempatan kedua tapi ia juga memberi luka dan penderitaan kedua pada jeje,hidup jeje menjadi tak ada bedanya dengan ava.

"setengah dirimu ingin kembali tapi setengah dirimu juga tak mau ada rasa paksaan. Mana yang mau kamu pilih?aku tak suka pilihan jadi aku tak akan memilih untukmu."

"lalu?"

".........haruskah aku memilih keduanya?"-lanjut jeje dan saat itu juga ia telah memutuskan.

****

"emang sebenarnya apa yang terjadi 3 tahun yang lalu si je?kasih tahu kita dong. Kita kayak orang bego ga tau apa-apa tentang sahabat sendiri."-desak zean pada jeva dengan wajah seriusnya. Mereka yaitu zean,mark,athala,bima dan juga gadys yang telah bergabung sedang berada di cafe untuk mengerjakan tugas bersama. Selain mengerjakan mereka juga menceritakan semua pada jeva tentang jeje yang berenang untuk menyelamatkan bima.

"tapi janji ya kalian jangan kasih tau siapa-siapa!gw serius sekarang!"

"iya kita janji!"-jawab mereka semua serentak.

Jeva kemudian terdiam memikirkan yang akan ia katakan.

"waktu umur 14 tahun seperti yang kita tau jeje itu sangat berprestasi dalam akuatik,dia bahkan telah menjuarai banyak turnamen dan membuat banyak fans. Mungkin saat itu adalah masa kejayaan prestasinya. Bangga?tentu. Sampai suatu hari jeje ditemukan tak sadarkan diri dipinggir kolam renang berdua dengan kara."

Penjelasan jeva sempat berhenti karena mark yang memotong pembicaraannya.

"tunggu! Kara.?.....maksudnya Arkara kelas 12?"

Jeva mengangguk dan kini semua pertanyaan itu terjawab. "jadi itu alasan selama ini lo ga suka dengan kehadiran kara dan juga adiknya kasya?"

Lagi dan lagi jeva hanya merespon dengan menganggukan kepala. "jadi kara apain jeje emangnya?"

Kembali jeva menjelaskan."dalam hidup ketika kesuksesan menghampiri pasti ada aja orang yang ga suka dengan semua itu. Dulu kara adalah sahabat dekat jeje dan ka argan. Mereka bertiga sangat dekat apalagi dengan jeje yang setiap hari bertemu untuk latihan. Jeje menjadi terkenal karena prestasi yang ia raih membuat rasa iri dan dengki menguasai akal sehat kara. Kara mengaku bahwa saat selesai latihan di kolam. Ia marah dan mengamuk pada jeje tentang rasa irinya,awalnya jeje berusaha untuk menghilangkan rasa itu dengan sedikit pengertian. Namun entah iblis apa yang merasuki kara,kara pun menghajar habis-habisan jeje yang mana jelas kara lebih kuat. Sampai akhirnya kara tanpa sengaja memukul kepala jeje yang dimana akhirnya jeje terjatuh ke dalam kolam renang dan terbentur cukup keras sampai ke dasar. Kara sangat panik ia akhirnya menyelamatkan jeje dan menyesali perbuatannya dengan menelpon pelatih dan ambulance segera menuju rumah sakit. Keadaan jeje sangat parah yang pertama kepala jeje terbentur sangat keras yang mengakibatkan jeje hilang ingatan, ia melupakan siapa kara dan kejadian itu sehingga saat ia sadar ia tak mengingat apa-apa selain yang ia ingat ia hanya sedang latihan. Yang kedua adalah jeje mengalami patah tulang rusuk dan berbagai luka pukulan dari kara yang sukses membuat jeje koma selama 3 bulan."

Semua terkejut ternganga tak menyangka akan masa lalu dari jeje yang rumit. "terus gimana sama kara?"

"karena ia masih dibawah umur dan ga ada niatan pembunuhan akhirnya pengadilan memaafkannya dan ia hanya dijatuhi hukuman denda tapi ga ada satupun dari keluarga gw yang memaafkannya. Karena malu keluarga kara memutuskan pindah ke luar negri dan memutus hubungan. Jadi saat jeje sadar dan tak ingat siapa kara dan lupa apa yang telah ia alami,keluarga gw memutuskan untuk membohongi dan merahasiakan ini semua dari jeje. Karena rasa trauma sejak saat itu papa melarang jeje untuk berenang dan memutuskan agar jeje vakum dari karirnya secara tiba-tiba. Papa menganggap renang bisa membuat celaka bagi anaknya. Dan saat kara datang lagi ke sini, dia berhasil membuka luka lama bagi keluarga gw."

Semua terdiam memilih untuk tidak berkata apa-apa. Terbesit rasa iba pada jeje atas apa yang menimpanya. Bayangin aja sahabat masa kecil lo,sahabat perjuangan lo itu ga suka lihat lo sukses dan malah mencelakai lo,menghancurkan karir dan impian disaat yang bersamaan.

Dan yang lebih menyakitkannya lagi adalah karena kau tidak mengetahui apa-apa dan harus meninggalkan impian lo dengan rasa terpaksa.

Tanpa yang lain sadari seseorang dari belakang menguping dan akhirnya berdiri mendatangi meja mereka.







"maka dari itu kedatangan gw kembali adalah untuk mengembalikan harapan dan impian dari jeje yang sempat gw hancurin dulu."










Bersambung...

He's returns (2) {END}√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang